Niat hati hanya ingin mengerjai Julian, namun Alexa malah terjebak dalam permainannya sendiri. Kesal karena skripsinya tak kunjung di ACC, Alexa nekat menaruh obat pencahar ke dalam minuman pria itu. Siapa sangka obat pencahar itu malah memberikan reaksi berbeda tak seperti yang Alexa harapkan. Karena ulahnya sendiri, Alexa harus terjebak dalam satu malam panas bersama Julian. Lalu bagaimanakah reaksi Alexa selanjutnya ketika sebuah lamaran datang kepadanya sebagai bentuk tanggung jawab dari Julian.
“Menikahlah denganku kalau kamu merasa dirugikan. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku.”
“Saya lebih baik rugi daripada harus menikah dengan Bapak.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Mangga Muda
Mangga Muda
Penglihatan Julian rasanya masih baik-baik saja. Jelas-jelas ia melihat Alexa yang sedang menawar-nawarkan barang pada setiap orang yang dijumpainya.
Namun begitu ia mendekat dan menarik lengan gadis itu, ternyata gadis itu bukan Alexa. Mungkin karena gadis itu berambut panjang dan memiliki tinggi dan postur yang hampir mirip Alexa, sehingga ia mengira gadis itu adalah Alexa.
“Maaf,” kata Julian, sadar ia sudah salah orang.
Gadis itu hanya tersenyum. Kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya, menawarkan sampel parfum pada setiap orang yang ditemuinya.
Sedangkan Julian hanya bisa menghela napas panjang sembari memijat pangkal hidungnya. Rupanya ia hanya berhalusinasi saja melihat Alexa, sebab sejak tadi ia memikirkan gadis itu.
Namun dahi Julian berkerut saat beberapa detik lalu ia melihat barang yang ditawarkan gadis itu ternyata adalah produk baru perusahannya. Ia tak habis pikir mengapa cara perusahannya mempromosikan produk masih menggunakan cara seperti itu. Apakah cara itu dinilai masih efektif?
Rupanya ia sudah melewatkan beberapa hal yang penting, dan sepertinya ia punya tugas baru yang harus ia kerjakan.
“Mike, tolong kamu atur jadwalku untuk rapat dengan marketing,” titahnya begitu naik kembali ke mobil.
“Baik, Pak.” Mike mulai mengemudikan mobil meninggalkan bahu jalan. Sesekali ia melirik spion, memperhatikan raut wajah atasannya yang terlihat cemas entah sedang memikirkan apa.
***
“Ris, aku duluan ya. Punyaku sudah habis.” Alexa menyeruak diantara kerumunan orang yang sedang mengerubungi Risma. Mereka tertarik dengan parfum yang dipromosikan Risma, gadis berambut panjang yang beberapa saat lalu dikira Julian adalah Alexa.
Risma juga merupakan karyawan baru bagian marketing di Royale Grup. Sama seperti Alexa, ia juga ditugaskan turun ke lapangan sebagai SPG selama tiga hari. Risma dan Alexa baru berkenalan beberapa jam lalu saat mereka memilih pusat perbelanjaan yang sama untuk promo.
“Aku duluan ya?” pamit Alexa, melambaikan tangannya sembari berjalan meninggalkan Risma.
“Oke, Al. Hati-hati ya. Nanti kita ketemu di kantor,” seru Risma, membalas lambaian tangan Alexa.
Tugas yang cukup melelahkan hari ini ternyata tidak seburuk dugaan Alexa. Dengan terjun langsung ke lapangan, ia bisa bertemu dengan berbagai karakter konsumen. Dari konsumen-konsumen yang berasal dari berbagai kalangan berbeda itu ia mendapat sebuah pengalaman dan pelajaran yang penting.
Beberapa dari konsumen yang mencoba sampel parfum yang ia bagikan itu memberikan komentar mereka tentang wangi parfumnya.
Di hari pertamanya ini Alexa memilih mengendarai sepeda motor demi menghindari macet agar ia tidak telat sampai di kantor. Setelah menyelesaikan tugasnya ia mampir sebentar ke gedung utama Royale. Melaporkan kinerjanya hari ini pada Bu Arini, serta mengambil sampel lagi untuk ia bawa terjun ke lapangan esok hari.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, ia mampir sebentar di toko buah yang ditemuinya di tepi jalan.
“Bang, mangganya sekilo,” pintanya pada penjual buah.
“Ini boleh milih sendiri tidak, Bang?” tanyanya sembari memilih-milih buah mangga yang diinginkannya.
“Boleh, Neng.”
“Ada yang muda tidak?”
“Kalau mangga muda tidak ada, Neng. Semua mangganya sudah matang. Dijamin manis, Neng.”
“Yaelah, Bang. Saya nyarinya yang muda.”
“Kalau yang itu tidak ada, Neng. Di toko lain mungkin ada.”
“Yah, si Abang. Jualannya gimana sih?” keluhnya dengan wajah cemberut. Tapi tetap memilah dan mengambil beberapa buah mangga yang tidak terlalu matang.
“Lagi ngidam ya?” Tiba-tiba terdengar suara lembut seorang perempuan dari arah samping Alexa, menarik kepala Alexa menoleh ke ke arah sumber suara itu.
Seorang wanita cantik berambut panjang dan bergelombang sedang tersenyum kepadanya. Wanita yang tengah memilih beberapa buah mangga itu terlihat ramah.
Alexa hanya menarik senyumnya. Ia tak ingin membenarkan ucapan wanita cantik itu walaupun benar ia sedang sangat ingin mangga muda. Di mall beberapa jam lalu ia tidak menemukan rujak yang diinginkannya. Sehingga timbul keinginannya untuk membeli mangga muda. Tetapi sayang ia tidak menemukannya.
“Mau beli mangga muda juga?” tanya Alexa pada wanita cantik itu.
“Tidak. Aku lebih suka yang matang.” Wanita itu tersenyum ramah, kemudian memberikan sepiring buah mangga kepada penjual untuk dibungkus. “Sekilo saja, Bang,” ujarnya sembari membuka tasnya dan mengambil dompet dari dalam sana.
“Kerja di Royale?” tanya wanita itu kemudian setelah melihat ID Card yang menggantung di leher Alexa.
“Eh, iya. Baru hari ini,” jawab Alexa malu-malu.
“Berarti kita bakal ketemu setiap hari.”
Alexa yang tengah menghirup aroma mangga itu pun menoleh kaget.
“Terima kasih, Bang. Duluan ya?” Wanita itu kemudian bergegas pergi usai berpamitan dengan Alexa.
Padahal Alexa sudah membuka mulutnya ingin bertanya apakah wanita itu juga bekerja di Royale. Tetapi wanita itu sudah lebih dulu naik ke mobilnya.
“Bang, sekilo juga,” ujarnya pada akhirnya memilih mangga matang.
***
Sepulang bekerja Alexa tidak langsung pulang ke rumah. Ia mampir sebentar di toko kue ibunya. Mangga yang ia beli sebagian dikupas untuk ia makan dan sebagian lagi ia minta dibuatkan jus.
“Gimana hari pertamanya?” tanya Sandra sembari menyodorkan segelas jus mangga kepada putrinya yang sedang mengunyah potongan mangga.
“Lumayan berat. Hari ini aku dapat tugas di lapangan,” jawab Alexa sembari mengunyah dengan mulut penuh. Sedotan sudah ia hadapkan ke mulutnya, hendak menyedot jus mangga buatan ibunya.
“Kerjanya apaan di lapangan begitu?”
“Jadi SPG. Mempromosikan produk baru. Tapi cuma tiga hari. Setelah itu aku bakal kerja kantoran beneran.”
“Mangganya enak? Jusnya enak juga?” Sandra menopang dagu, memperhatikan putrinya yang tengah lahap menikmati mangga.
Alexa mengangguk sambil menyedot jus mangga itu tanpa jeda sampai hanya menyisakan seperempat gelas.
“Kok tumben kamu doyan mangga. Biasanya juga kalau Mama beli kamu cuekin aja.”
Hampir saja jus yang sudah disedotnya itu menyembur keluar jika saja ia tidak mengatupkan bibirnya rapat. Alexa seperti baru tersadar kalau ia sedang menyembunyikan kehamilannya dari ibunya.
“Oooh itu, Ma. Tadi teman aku beli jus mangga juga di mall. Aku ikut nyobain dan ternyata enak. Makanya aku beli dan minta Mama yang bikinkan. Kan apapun yang Mama bikin itu pasti enak,” kilahnya memuji seraya menyengir lebar agar Sandra tidak menaruh curiga.
Sandra pun hanya mengangguk. Percaya-percaya saja dengan apa yang dikatakan oleh Alexa. Ia bertanya seperti itu juga bukan karena curiga putrinya sedang berbadan dua. Yang ia tahu Alexa tidak terlalu suka mangga. Setiap kali ia membeli mangga, Alexa tidak pernah menyentuhnya.
“Tadi Robin cari kamu,” kata Sandra, teringat Robin yang datang ke rumah bahkan ke tokonya hanya untuk mencari Alexa.
“Katanya nomor kamu tidak bisa dihubungi,” imbuhnya seraya menyodorkan tisu yang diambilnya di atas meja dan menyodorkannya pada Alexa.
Alexa mengambil tisu dari tangan ibunya, menggunakan tisu itu untuk menyeka mulutnya. Kemudian mengambil ponsel dari dalam tas kecilnya. Lalu menghidupkan ponsel itu.
“Handphone sengaja aku matiin, Ma.”
“Pantesan.” Sandra kemudian berdiri dari duduknya, mengambil gelas jus yang sudah kosong usai disedot Alexa sampai habis.
Dahi Alexa berkerut saat bunyi denting ponselnya beruntun. Ada banyak pesan yang masuk ke ponselnya. Beberapa pesan dari Robin dan beberapa lagi dari Julian.
Kedua sudut bibirnya pun tertarik tipis saat ia membaca pesan dari Julian.
“Ada yang ingin kamu makan hari ini?”
Kebetulan sekali. Pikir Alexa. Dengan lincah jemarinya mengetikkan pesan balasan.
“Ada. Mangga muda. Sekalian belikan rujak yang paling enak.”
To Be Continued ...
ayooo berjuangg.. rebut Al dari robin/Determined/
kurang gercep
jadi gemeuss sama Alexa
saat sama pak Julian nyerocos gak bisa diem
giliran sama Robin kalah telak
heduuh
sabar sabaar. semoga dadamu Makin lebar pak Julian