Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.
Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.
Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mecca luluh
.
.
.
Ken memperhatikan istrinya sejenak kemudian mengangguk pelan, ia menarik kursi untuk duduk di depan istrinya yang masih betah berada di dalam ayunan rotan. " Mulai sekarang aku boleh minta sesuatu nggak?"
Mecca terkesiap. "Apaan? Jangan aneh-aneh Ken, kamu tahu kan aku belum nerima kamu jadi suami aku?" tawa kecil Ken berderai, jari telunjuknya mengetuk dahi Mecca pelan. "Nggak usah mikir kejauhan sayang, aku bakal sabar nunggu kamu nerima aku. Buat nunggu kamu selama enam tahun lebih aja aku bisa. Apalagi sekarang, kamu udah jadi istri aku." Mecca tidak menyelanya, kata-kata yang Ken ucapkan masuk menembus relung hatinya yang terdalam. Lama tidak bertemu, keahliannya dalam meluluhkan hati Mecca makin meningkat saja.
"Aku cuma mau bilang, biasakan kasih tahu aku yaa kalau mau pergi, jangan biarin aku nggak tahu istriku pergi kemana, dan kamu bisa minta tolong apapun sama aku. Hal sekecil apapun itu, " imbuhnya lagi.
Kalimat itu membuat Mecca ingin membantah, dia tidak terbiasa bergantung pada siapapun sejauh ini. Mecca berfikir akan menjadikannya terlihat sangat lemah, tapi lidahnya kini mendadak kelu tidak bisa berucap apa yang ada di pikirannya.
Kali ini bukan baper pada ucapan Ken, hanya saja beberapa kali Mecca berpacaran tidak pernah merasa di milikki seperti ini. Mungkin karena kebanyakan pacarannya LDR.
Mecca menatap acak sekeliling, susah payah menghindari tatapan matanya, tapi malah justru tangan Ken yang tadi memegang gelas kopi sekarang sudah beralih menggenggam tangannya tanpa permisi, tidak erat karena ada kopi di tangan Mecca, tapi tetap saja sentuhannya membuat jantung gadis keras kepala itu meloncat tidak aman.
" Eum,, iyaa, ingetin aku soal itu. Aku belum terbiasa. Mm,, Ken kamu nggak ingin merubah keputusan kamu, yakin? "
" Soal? "
" Soal pernikahan kitaa. " gumam Mecca suaranya ragu seperti tidak yakin dengan kata-katanya sendiri. Ken kembali menatapnya dalam-dalam, berusaha menyelami perasaan istrinya melalui kedua bola matanya yang tak mungkin bohong.
" Mecca, sayangg. Aku memang nggak bisa janji kalau nggak akan bikin kamu sedih atau nangis, tapi aku janji perasaan aku dari dulu sejak bertemu kamu sampai sekarang ngga ada yang berubah. Yang ada aku semakin sayang sama kamu dan ingin kita menjadi pasangan tidak hanya di dunia tapi juga di surga nanti, pahamm? "
" Tapi aku bukan wanita sholehah yang pantas jadi istri kamu Ken dan lagii.. Aku belum siap jadi istri kamu yang seorang ustaz, dann satu hal lagi paling penting, kamu tahu aku baru aja putus dari Darren beberapa hari lalu. Semua terjadi begitu cepat dan bersamaan, aku nggak tahu musti gimanaa menghadapi ini semua, hiksss. "
Air mata yang berdesakkan di kelopak mata Mecca lolos begitu saja tanpa bisa dia tahan lagi, jawaban dari Ken tidak seperti apa yang dia bayangkan, ia pikir Ken pasti akan marah mendengar kalimatnya barusan.
" Ssttt,, sayangg, jangann nangiss. Maaf yaa jadi menempatkan kamu dalam situasi yang kurang tepat ini. " Ken tidak marah justru dia mengambil alih gelas yang Mecca pegang, untuk ia letakkan di meja dan membawa pelan tubuh gadis itu dalam pelukannya.
" Nggak usah mikir terlalu jauhh sayangg, let it flow. Aku masih Kenindra yang dulu hanya beda usia sajaaa, kamu nggak harus menjadi seorang ustazah untuk jadi istri aku. Cukup bersedia jadi istri aku aja, itu udah sangat cukup buat aku, yaaa? Kita jalani bareng, saling koreksi apa yang harus kita benahi bersama dalam hubungan baru kitaa. Aku pun tidak sesempurna yang kamu kira, jadi berhenti menganggap kamu tidak pantass untuk aku. Kita tidak perlu menjalani hidup kita berdasarkan penilaian orang lain. Asal kamu tahu, Mecca Jesselyn, nama itu adalah nama yang selalu ku minta dalam tiap sujudku selama ini, " terang Ken. Satu tangannya terangkat untuk mengusap kepala Mecca sampai ke punggungnya, ia ingin menunjukan kalau sama sekali tidak keberatan dengan latar belakang mereka. Yang terpenting untuknya adalah, Mecca sudah bersedia menerima pernikahannya dan memperbaiki hubungan mereka bersama.
"Kalau memang kamu meminta aku, kenapa Allah yang kamu bilang sudah mempertemukan kita, baru sekarang mengabulkan doa kamu? Padahal bukan cuma kamu yang minta, aku pun sama. Setahun lebih aku habiskan waktuku hanya untuk memohon biar kamu kembali."
"Gini sayang, Kenapa? Karena Allah sedang menyiapkan diri aku untuk lebih pantas buat kamu. Buat membimbing kamu, coba kalau dari dulu kita udah terus sama-sama dalam arti pacaran. Belum tentu aku bisa mempersiapkan banyak hal buat kamu, belum tentu aku bisa mempelajari kewajiban-kewajiban yang harus aku lakukan agar aku bisa memuliakan wanita yang aku sayang. Dan kamu sadar nggak, mungkin kalau kita masih sama-sama, karir kamu juga nggak sehebat sekarang. Karena kita hanya akan terus terpaku pada hubungan kita yang nggak tau arahnya, yang sangat mungkin menjerumuskan kita pada dosa. Semua yang kita lewatin, terjadi karena Allah sudah menyiapkan takdir terbaik buat kita sayang."
Dan kali ini, Mecca tidak berusaha menolak skinship dengan Ken, ia balas memeluknya. Sejujurnya, rasa yang dulu kira sudah mati, masih menyimpan sejuta rindu. Dan, pelukan itu salah satu penawarnya.
" Kamu sayang banget sama aku? " Mecca melonggarkan sedikit pelukannya untuk mendongak mencari keberadaan wajah suaminya yang sudah berujar dengan sangat romantis tadi.
"Iishh,, masih nanya. Sayang banget lahh. Oh iyaa ini cincin pernikahan kita. Aku udah pakai tinggal punya kamu. " Ken mengeluarkan kotak kecil dari sakunya yang berisi sebuah cincin dengan hiasan satu berlian berwarna putih di atasnya. Dulu di awal bertemu Mecca sudah langsung menatap sinis cincin yang Ken pakai, ternyata itu cincin pernikahan mereka. Ia sempat dengan bodohnya mengira kalau itu cincin pernikahannya, yang bukan dengan dia.
Kali ini gadis itu benar-benar terharuuuu.. Ia terus menatap cincin yang sudah tersemat di jari manisnya. Namun senyum harunya lenyap, seketika.
" Harusnya kamu pasangin pas aku pakai gaun pengantin, dandan cantik kayak princess dengan acara dream wedding seperti yang ada dalam impiankku, hiksss,, "
Ken tersenyum kecil. " Iyaa sorry, besok-besok kita bikin resepsi sesuai dream wedding kamu yaaa? Atau kamu pengin honeymoon juga mungkinn, kemana? "
Mecca melepas pelukannya, melipat kedua tangan di dada. " Iiihh.. Itu nanti aja mikirnyaaa, aku cuma lagi inget aja sempat punya dream wedding dulu sama kamu waktu SMA, walaupun akhirnya kita menikah tanpa dream wedding itu, tetap hanya akan menjadi dream may be,"
" Aku akan mewujudkannya kalau kamu mau. "
" Seriuss.. ? " seru MEcca, kali ini matanya berbinar ceria. Labil sekali mood nak gadis ini
" Iyaa,, kita cari waktu yang pass yaa?"
" Okk,, tapii... Mm, aku,, akuu belum mau tidur satu kamar sama kamu." lirih Mecca sambil menunduk tidak berani menatapnya. Mecca paham ini salah, tidak seharusnya ia berlaku begini, Ken sudah berhak atas dirinya. Hanya saja Mecca benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa, moment yang serba mendadak terjadi bersamaan menggempur mentalnya.
Lagi-lagi Ken menatap istrinya dengan senyum, mengangkat dagunya, agar tatapan mereka bertemu. Mecca jadi kwpikiran ucapan Zahra yang sering bilang Ken itupria yang dingin, sangat jauh berbeda dengan KEn yang sejak tadi justru banyak tersenyum di depannya.
" Iyaa nggak apa-apa, aku tidur di kamar bawah, aku nggak menuntut itu sekarang. Yang penting kamu tidak terus menerus menolakku, seperti yang aku bilang,, let it flow. "
Mecca menatap netra hitam Kenindra dengan lekat, kemudian mengangguk dalam dekapannya, siapapun yang mendengarnya past akan bisa merasakan betapa bahagianya mendapat ungkapan perasaan Ken. Walaupun tetap saja bagi Mecca rasanya masih ada hal yang belum bisa dia ungkapkan. Mecca masih terjebak dalam luka lamanya ketika berada sedekat itu lagi dengan Kenindra.
Dalam jarak sedekat itu, indera penciuman Mecca bisa menangkap harum aroma parfum white musk milik Ken yang masih sama saat dulu mereka masih pacaran, bahkan kali ini Mecca bisa merasakan detak jantungnya pun berpacu sangat cepat, tanpa sadar dia pun makin mnegeratkan peluknya, tangannya melingkar di pinggang Ken.
" Kamu tahu? Pelukan ini rasanya masih tetap sama seperti dulu, maafin aku membuat kamu menunggu selama bertahun-tahun Mecca, hingga akhirnya Allah menjawab doaku dengan cara semanis ini. Thank you Mecca,, I love you so fuckin much."
" Yakinnn,, nggak ada pelukan lain selain ini, hmm? " wajah Meccakembali mendongak ke atas menunggu jawabannya, berharap dia akan menjawab iyaaa tentu saja.
"Hmm,, sangatt yakinn tuan putrii. Selama ini wanita yang pernah menyentuh aku itu cuma umma sama kamu, udahh nggak ada lagi,"
" Massa sii?? Di Kairo kan pasti banyak mahasiswa lain juga yang jauh lebih cantik dan sholehah, apalagi mereka bule-bule arab pasti cantik -cantik bangett. "
" Dengerinn yaaa, sayangggku, istriku yang cantiknya kayak bidadari surga, di sana nggak ada yang namanya pacaran. Kalau ada mereka pasti udah nikah duluann baru pacaran, dan secantik apapun mereka, istriku tetap yang paling cantik di antara semuanya."
" Gombal ish,, terus kamu udah nikah belum di sana?"
Otak kritis Mecca makin overthingking dengan tidak sopannya, siapa tahu di sana Ken juga ternyata punya wanita masa lalu dan belum selesai dengannya. Biasanya seorang ustaz akan identik dengan poligami kan?
Apa benar tebakan Mecca?? Mengingat sudah beberapa kali Kenindra didatangi guru-gurunya bersama dengan putri mereka...
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍