NovelToon NovelToon
Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Anak Kembar / Anak Yatim Piatu / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Gywnee

"Untuk sementara waktu menyamarlah jadi guru disana, entah kenapa aku merasa orang itu juga berada di sekolah itu." Ucap seorang pria 35 tahun, dia bernama Leon, dia adalah ketua kepolisian.
"Tenang saja Axel, tidak ada yang mengenalimu aku akan mengganti identitasmu. Namamu akan aku ubah menjadi Gavin Alexander." Jelas Leon sambil menyentuh pundak Axel, lalu Axel menatap Leon dengan tatapan dinginnya.

"Tujuanku bersembunyi dari orang-orang, kenapa malah menyuruhku jadi guru disana?" Tanya Axel dengan kesal.
Leon menatap Axel dengan kesal, "Aku tidak mau membicarakan ini tapi putra dan putrimu sekolah disana, apa kau tidak takut jika terjadi sesutu dengan mereka?" Tanya Leon.
"Ini saatnya kau bekerja sebagai polisi sungguhan bukan polisi bayangan lagi Axel." Ucap Leon sambil tersenyum.

Axel hanya diam, dia sebenarnya lebih memikirkan tentang kedua anaknya daripada orang itu.

"Leon, apa kau tahu siapa nama anak-anakku?" Tanyaa Axel dengan raut wajahnya yang sedih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gywnee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

"Ivan kau harus hati-hati, kalau aku tidak dengamu mereka mungkin akan menyerangmu." Ucap Axel dengan tatapan tajamnya.

"Apa sih? siapa emang?" Tanya Ivan dengan heran.

"Wanita itu menyuruh orang untuk menggangguku." Jawab Axel.

Ivan menghela nafas dengan kesal, "Lalu jika mereka mengganggumu bagaimana?" Tanya Ivan dengan cemas.

"Lebih baik begitu daripada kalian yang diganggu." Jawab Axel dengan kesal.

"Heh mungkin saja anggota mereka itu banyak, kau ini jangan merasa hebat kenapa sih?" Omel Ivan dengan kesal.

"Aku ini polisi meskipun hanya bayangan saja. Banyak kasus yang sudah aku selesaikan, meskipun ini tidak terlalu sulit tapi aku tetap harus berhati-hati taruhannya kalian." Jelas Axel.

"Axel tenang saja meskipun kau tidak ada aku tetap jaga diri dan jaga keluargamu. Tapi Axel aku penasaran dengan dirimu, jadi kau selama ini menangangi kasus berat-berat begitu?" Tanya Ivan dengan penasaran. Axel menoleh ke Ivan dengan heran, padahal keadaan lagi genting tapi sempat-sempatnya dia bertanya hal itu.

"Tentu saja." Jawabnya dengan malas.

"Apa saja? wah aku tidak menyangka temanku hebat mana orangnya kayak gini lagi." Ucap Ivan dengan kagum ke Axel, dia heran saja orang dingin, cuek, menyebalkan seperti Axel bisa menjadi polisi.

"Maksudmu apa kayak gini." Gumam Axel dengan heran.

"Jangan tanya hal aneh, kau pulanglah aku harus pergi agar mereka tidak mengganggumu." Jawab Axel lalu dia pergi meninggalkan Ivan.

"Tuh kan tuh kan, apa iya dia bisa menangani kasus sama orang-orang, atau jangan-jangan korban yang minta tolong dia abaikan lagi." Gumam Ivan dengan heran.

.

Keara duduk di kursi kasir, karena dia sudah melayani pembelinya dia beristirahat sambil menunggu pembeli lain datang. Keara tersenyum kecil mengingat ucapan Ivan tentang Axel, dia senang akhirnya Axel akan kembali ke dirinya. Dan yang dia harapkan selama ini akan menjadi kenyataan.

"Axel..." Lirih Keara dengan tersenyum senang.

.

Sedangkan itu Axel kembali ke rumah sakit, saat dia mau masuk ke lift Hera melihatnya hanya sekilas.

"Itu kayak Axel...apa iya Axel tapi kenapa dia kesini." Gumam Hera dengan heran.

"Dokter Hera ada apa dok?" Tanya suster disebelah Hera.

"Ah enggak, aku seperti melihat teman lama tapi mungkin cuma mirip aja kali," Jawab Hera sambil tersenyum.

.

Malam harinya.

Keara memanggil kedua anak-anaknya di ruang tamu karena Keara ingin membicarakan tentang sekolah ke mereka berdua.

"Ada apa ma?" Tanya Vyan dengan heran.

"Vyan, Vina mama mau daftarin kalian ke SMA Nory." Ucap Keara.

Mereka berdua sontak terkejut mendengarnya.

"SMA Nory? mama yakin...ya bukannya mau merendah tapi itu SMa anak-anak konglomerat ma..." Jawab Vyan dengan heran.

"Iya lagian disana bukan level kita," Jawab Vina.

"Kenapa mama pengen kita sekolah disana, mama punya uang untuk kita kesana?" Tanya Vyan dengan lembut karena dia tidak mau hal itu menyinggung mamanya.

"Tenang saja mama punya tabungan dan asuransi. Kalian tidak perlu memikirkan tentang uang mama ingin kalian sekolah disana." Jawab Keara sambil tersenyum.

"Lebih baik uangnya di tabung lagi aja, kita bisa sekolah di sekolahan biasa ma..." Jawab Vyan.

Vani menganggukkan kepalanya dengan setuju. Keara diam sejenak untuk berpikir, dia sebenarnya sudah mengira jika mereka berdua akan menolak seperti ini.

"Tidak apa-apa, mama masih punya banyak uang mama ingin anak-anak mama sekolah di sekolah yang bagus, itu juga impian papa kalian." Jawab Keara sambil tersenyum.

Mereka berdua menatap Keara dengan terkejut mendengar kata papa dari mamanya.

"Jangan cemaskan soal apapun, orang tua akan melakukan apapun untuk anak-anak mereka. Kalian percaya kan sama orang tua kalian?" Tanya Keara sambil tersenyum.

Mereka berdua terdiam.

"Mana janji mama mau cerita tentang papa?" Tanya Vani dengan heran. Vyan menoleh ke Vani dengan terkejut.

"Iyakah? kenapa tidak memberitahuku?" Tanya Vyan ke Vani dengan kesal.

Keara tersenyum kecil, "Mungkin paman Ivan dan bibi Hera sudah pernah cerita tentang papa kan, semua yang dikatakan mereka itu benar." Jawab Keara.

"Kenapa mama menyembunyikan apapun tentang papa ke kita?" Tanya Vani dengan heran.

"Maaf, mama egois selama ini mama hanya memikirkan perasaan mama saja, harusnya mama juga memikirkan kalian." Jawab Keara dengan sedih.

"Apa papa menyakiti mama?" Tanya Vyan dengan heran.

"Eh enggak...papa tidak pernah menyakiti mama, papa itu-"

"Kalau begitu kenapa papa meninggalkan mama??" Sahut Vyan dengan kesal. Keara menoleh ke Vyan dengan terkejut, baru kali ini dia melihat putranya semarah itu dengannya.

"Vyan, ada hal yang tidak bisa mama ceritakan sekarang ke kalian. Nanti papa akan cerita sendiri ke kalian. Maafkan mama ya..." Ucap Keara dengan sedih.

Vyan menghela nafas dengan kesal, selalu saja seperti ini dia tidak mendapatkan jawaban apapun dari mamanya. Sedangkan Vani hanya diam.

"Iya terserah mama, apapun yang mama papa inginkan kita akan lakukan." Jawab Vyan.

Vani menoleh ke Vyan dengan tatapan kesalnya.

Keara menatap mereka, dia tahu mereka kesal dengannya.

Maafkan mama ya...sebentar lagi kalian akan mengerti semuanya. (Batin Keara).

"Terimakasih Vyan...Vani..." Ucap Keara sambil tersenyum.

Vyan tersenyum kecil, dia berusaha membuang emosinya karena tidak mau melihat mamanya sedih, sedangkan Vani dia tetap diam.

Setelah itu mereka masuk ke kamar masing-masing untuk istirahat. Sedangkan Vyan dia keluar dari rumah tanpa ijin Keara. Dia merasa suntuk di kamarnya dan dia jalan-jalan untuk mencari udara segar.

Vyan berjalan sambil memasukan kedua tangannya di saku hodienya. Dia mengelamun memikirkan papanya. Sebenarnya banyak hal yang ingin Vyan proteskan ke mamanya soal papanya tapi dia takut jika mamanya sedih mendengar protesannya. Tapi dia juga muak terjebak dengan cerita mamanya, dia sama sekali tidak mendapatkan jawaban apapun tentang papanya.

"Vyan ya..." Panggil Axel.

Vyan menoleh ke belakang dan dia terkejut melihat Axel di belakangnya.

"Pak Gavin?" Tanya Vyan dengan terkejut.

Axel tersenyum lalu dia menghampiri Vyan.

"Malam-malam begini mau kemana kamu?" Tanya Axel dengan heran.

"Saya mau jalan-jalan aja sih pak, bapak darimana??" Tanya Vyan dengan heran karena Axel masih memakai jas kerjanya.

"Ah ini bapak baru pulang kerja. Tadi ada rapat penting jadi pakai pakaian formal." Jelas Axel sambil tersenyum.

Vyan mengangguk mengerti. Sebenarnya Axel mengikuti Vyan sejak dari rumah Keara, sebelum pulang dari kantor Axel sengaja mampir ke rumah Keara untuk melihat mereka dan kebetulan sekali dia melihat Vyan kelar rumah dan dia pun mengikutinya.

"Kenapa wajahamu lesuh begitu?" Tanya Axel dengan heran.

Vyan menghela nafas dengan sedih, "Saya muak dengan sesuatu." Jawab Vyan dengan sedih.

Axel terdiam mendengarnya, dia penasaran dengan apa yang membuat putranya muak itu tapi dia tidak boleh terlalu menunjukkan hal itu ke putranya.

"Vyan mau basketan sama saya?" Tanya Axel.

Vyan menoleh ke Axel dengan terkejut.

"Kalau bapak lagi emosi biasanya bapak basketan," Ucap Axel.

Vyan tersenyum kecil, "Saya juga, ayo kalau begitu pak." Jawab Vyan dengan senang.

Axel berdecih tersenyum.

1
hitijahubessyjeane 01
keren
Mbak Thia
cerita nya bagus tapi tolong di tetap kan namannya Vina apa vani
Gywnee: namanya vina, kadang salah ketik ☺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!