Lanjutan Novel Liontin dan Devia Pura-Pura Amnesia
Mustika Naga Biru, slah satu pusaka keramat. Keberadaan Mustika Naga ternyata berdampak yang sangat luar biasa bagi yang memilikinya. Pemilik saat ini adalah keluarga besar Anderson yang di sebut Liontin.
Andara Putri Dharma , seorang gadis yang mempunyai keturunan dari Naga. Naga berwujud manusia bernama Mpu Bathara Naga atau Ki Bledek. Dara mempunyai misi untuk menumpas musuh bebuyutannya dahulu kala, bernama Azael atau Raja Ibliss saat ini.
Keturunan Naga yang lahir di hari dan weton yang sama, yang bisa mengendalikan Pedang Naga Langit setelah bersatu dengan Mustika Naga.
Davin, salah satu keluarga Anderson tertarik dengan Dara. Apalagi ia menyimpan Mustika Naga itu.
Dalam penyatuan itu ternyata memakan korban, yang tak lain adalah Raden Mas Satria Hadiningrat. Satria selama ini dilindungi Mustika Naga atau Liontin yang disimpan keluarga Anderson.
Dara dan Davin harus menyempurnakan Pedang Naga Langit. Dan ternyata....!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jasad Ningsih
Pagi harinya, Nita dan Dara pun pergi ke kampus dengan menggunakan motor Nita.
Dara memang tidak pernah menggunakan kendaraan, baik roda dua maupun yang lainnya. Ia lebih suka jalan kaki atau naik angkot bahkan kadang ojek, karena jaraknya tidak terlalu jauh.
"Nanti jadi beneran nih, ke danau?" tanya Nita kepada Dara.
"Jadi, tapi kita berdua. Jangan libatkan orang lain." sahut Dara.
Sesampainya di Kampus, Nita mengajak Dara ke kantin terlebih dahulu. Sekedar untuk sarapan, karena di rumah masih teringat dengan Ningsih.
Dara hanya tertawa melihat Nita yang sebenarnya sudah biasa melihat hal mengerikan begitu, namun masih tidak enak makan.
"Biasanya sampai beberapa hari baru bisa menikmati makan di rumah. Tapi kan kejadian selalu di luar rumah. Bukan di dalam rumah kayak semalam"
Itulah alasan Nita, kenapa tidak mau makan di rumahnya.
"Pantesan di samperin udah ga ada. Kamu jadi nginap di rumah Nita!, Ra?" ucap Alfian yang tiba-tiba datang.
Dara mengangguk, sedikit tersenyum melihat Alfian yang habis lari mengejarnya.
"Di rumahmu aman kan Yank?, perasaanku tadi malam tidak enak." Ucap Alfian kepada Nita.
Sekilas Nita melirik Dara, karena ia pasti tahu apa yang di tanyakan Alfian.
"Aman." Sahut Nita nyeplos begitu saja.
Nita sengaja karena Dara sudah tahu jika Alfian adalah kekasihnya Nita. Dan tidak mau bisik-bisik di depan Dara.
"Nanti sore mau jemput Alex di rumah sakit, kalian mau ikut tidak?" tanya Alfian kepada Nita dan Dara.
"Kayaknya ga bisa deh Al, gue ada perlu dengan Dara." Sahut Nita.
Nita sudah janji untuk menuntaskan tentang arwah Ningsih yang tenggelam di danau tempat adiknya bermain. Meski agak jauh dari tempatnya berada.
"Ya udah kalau begitu, kasih kabar kalau terjadi sesuatu!" Ucap Alfian, kemudian mereka pun berpisah menuju ruang kelas masing-masing.
.
.
Sore harinya, Nita dan Dara menuju ke tempat dimana jasad Ningsih di tenggelamkan.
Perjalanan mereka menggunakan aplikasi google map untuk mencapai tujuannya. Sebab Nita memang belum tahu letak danau yang dimaksud.
Perjalanan hampir dua jam lamanya, hingga keduanya pun telah sampai di danau yang di maksud.
Kemudian Nita menitipkan kendaraanya, agar lebih leluasa untuk mencari titik dimana mayat Ningsih berada.
Hal itu tentu hanya Dara yang tahu, karena Dara yang ingin menyelesaikannya.
Keduanya sampai di pinggir danau yang masih terlihat ramai. Bahkan mungkin sebentar lagi akan ramai oleh pengunjung. Karena bertepatan dengan jam pulang kerja bagi karyawan maupun pegawai lainnya.
Suasana danau yang begitu sejuk , membuat pengunjung betah untuk menikmati cuaca sore hari.
Tentu sebagai penghilang lelah setelah aktifitas yang di lakukan setiap harinya.
"Cari tempat yang teduh dan sepi." Ucap Dara kepada Nita.
Nita pun mengangguk, kemudian mencari tempat di sekeliling danau untuk menjadi tempat duduk berdua.
"Ahaaa, dibawah pohon beringin itu bagaimana. Tapi agak serem." Ucap Nita. Namun di setujui oleh Dara.
Keduanya pun menuju tempat paling ujung, dimana tempat itu ada pohon beringin tua.
Dara menatap sekeliling tempat itu, di rasa sepi, ia pun mulai tenang.
"Elu jaga-jaga disini ya!" perintah Dara kepada Nita.
"Elu mau kemana?"
"Duduk." Sahut Dara kemudian duduk bersila.
Nita melotot tak percaya, kenapa Dara sampai bilang begitu kalau untuk duduk. Lalu bagaimana mencari jasad Ningsih kalau duduk saja di tempat ini.
"Ikutin aja kata gue!" Ucap Dara.
Akhirnya Nita pun mengikuti dara dan duduk di samping Dara.
Dara duduk bersila, jemarinya seperti menghitung sesuatu. Matanya terpejam dan bibirnya seakan membaca doa.
Nita tersentak kaget, ketika sebuah bayangan keluar dari tubuh Dara dan melesat cepat ke arah danau. Dan tak lama kemudian, bayangan itupun kembali masuk ke dalam tubuh Dara.
Sementara yang di alami oleh Dara saat itu terjadi. Dara melesat dan mencari keberadaan jasad Ningsih, yang ternyata sudah mulai membusuk di dasar danau. Namun jasadnya di tungguin oleh makhluk lain.
"Siapa kamu berani-beraninya datang ke tempat ini?" ucap sang penunggu yang berupa siluman buaya.
"Hmmm, aku mau ambil jasad Ningsih yang ada di sini."
"Ohhh, tadi malam kabur ternyata buat laporan kepadamu?" ungkapnya marah.
"Aku mau ambil jasad Ningsih, jika tidak di perbolehkan maka aku akan memaksamu!" Ucap Dara.
Kemudian mata Dara mengeluarkan sinar berwarna biru seperti laser mengarah ke siluman buaya.
Siluman buaya tampak terkejut dengan orang yang di hadapannya itu. Bahkan ia langsung menyerah tanpa melakukan perlawanan.
"Si..silahkan Nyai!" Ucapnya.
Sorot mata Dara perlahan memudar, lalu dengan cepat melesat melepas jasad Ningsih yang terikat.
"Sebagai penggantinya adalah orang yang memerintahkan mu!" Ucap Dara tanpa segan menunjuk majikan dari Ningsih yang nyatanya meminta pesugihan terhadap buaya putih di tempat itu.
Jasad Ningsih perlahan terangkat ke atas, dengan bau yang menyengat.
Kemudian Dara melesat meninggalkan siluman buaya putih, dan kembali ke raganya.
"Hah, siapa itu tadi?" ucap Nita yang melihat bayangan melesat secepat kilat.
Dara perlahan membuka matanya, dan menatap Nita.
"Masih ada aja pesugihan dengan cara seperti ini." Gerutu Dara sambil menatap Nita.
"Ma..maksudnya?"
"Ningsih menjadi korban majikannya sebagai tumbal siluman buaya di danau ini."
"Hahhh...!"
Dara mengangguk, dan menjelaskan tentang jasad Ningsih yang berada di dalam dasar danau tersebut.
Terdengar teriakan pengunjung, karena ditemukan sebuah mayat yang mengapung di tengah danau.
Mayat seorang wanita yang sudah mulai membusuk.
Nita tercengang dengan apa yang di lihatnya. Sebab baru saja Dara menceritakan tentang situasi di dasar danau tersebut.
Tak lama kemudian terdengar sirine ambulan mendatangi wilayah danau tersebut. Begitu juga team SAR untuk mengambil serta mengidentifikasi mayat yang telah mengapung.
"Untuk jasad Ningsih sudah di temukan. Lalu tugas kita apa lagi." Ucap Nita yang masih penasaran dengan Dara.
"Aku rasa ini sudah cukup. Karena tugas kita membantu Ningsih yang tidak di ketemukan."
"Bukankah dia juga disekap disana?"
"Benar, tapi aku sudah minta untuk di lepas. Tunggu nanti malam. Jika Ningsih tidak kembali. Maka aku akan kesini lagi." Sahut Dara meyakinkan Nita agar bersabar tentang keberadaan Ningsih yang sempat datang ke rumahnya.
"Datang kerumah lagi?, Hiiii....!"
Dara menggelengkan kepala.
"Nanti kita cari tempat aman, kontrakanku mungkin." Sahut Dara.
Nita mengangguk, karena tidak mau jika Ningsih datang ke rumahnya lagi. Terlebih dalam bentuk yang mengerikan seperti semalam.
"Ayok kita pulang. Sudah cukup rasanya." Ucap Dara, kemudian berdiri.
Tangannya mengibas bagian belakang untuk membersihkan debu yang menempel di celananya.
Keduanya melangkah menuju tempat parkir kendaraan Nita.
Suasana semakin ramai karena di temukan mayat yang mengapung di danau tersebut.
Dan tak lama kemudian terdengar berita melalui televisi, berita tentang mayat wanita yang di temukan di danau. Bahkan media online lah yang paling cepat menyebarkan berita tersebut.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kenapa jadi cinta romantis🤣🤣🤣
dirubah oeeee
sama Noveltoon
Horor, horor tahuu🤣🤣🤣