NovelToon NovelToon
Desa Hujan

Desa Hujan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Sudah dua tahun ini Feri tidak pernah pulang ke rumah. Ia tinggal di asrama tempatnya bersekolah. Rencananya ia hanya akan pulang setelah lulus. Tapi di liburan kenaikan kelas kali ini firasatnya berbeda. Hatinya menuntunnya untuk pulang. Ia juga mengajak sahabatnya untuk pulang ke desa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Alasan Kenapa Feri Pulang Ke Desa

“Kenapa kamu pulang?”,

Di keesokan paginya ayah Feri menanyakan dengan serius alasan dibalik kepulangan putranya. Feri menjelaskan keyakinannya dengan jelas kepada ayahnya mengapa ia harus pulang ke rumah tidak seperti janji yang sudah mereka sepakati ketika di hari pertama ia berangkat ke sekolah. Ditambah lagi ia mengajak seorang teman yaitu Iwan yang akan menjadi tanggungjawab mereka selama waktu liburan selesai.

“Aku bermimpi”, jawab Feri.

“Apa yang dikatakan mimpimu itu?”, tanya Pak Tomo.

Feri berdiri di tengah-tengah embung yang kering. Tanah embung di kala musim kemarau yang panjang sungguh keras menapak bumi. Ia hanya seorang diri di sana. Sejauh mata memandang tidak ada seorang pun. Hanya kesunyian dan keheningan tanpa bersuara. Tiba-tiba saja latarnya berubah. Terik terang di mimpi itu berganti dengan hitam mendung awan yang bergantungan di langit yang gelap. Tanah merah keras kering yang dipijaknya kini telah beralih menjadi tanah hitam lembik yang menelan telapak kakinya. Ia pun tidak sendiri lagi. Di dalam embung yang mencekam itu kini ia bersama dengan wajah-wajah yang dikenalnya yaitu para warga desa yang menjadi korban embung memenuhi rumah manusia lumpur. Hujan lebat pun seketika mengguyur mereka tanpa memberi aba-aba. Feri pun berlari meninggalkan tempat terkutuk itu untuk menyelamatkan dirinya. Sementara orang-orang yang lain hanya pasrah berdiam diri tidak bisa bergerak. Kaki-kaki mereka sudah ditelan oleh lumpur embung yang mengunci.

Feri berlari dengan langkah yang berat dan dalam. Tubuhnya tidak bisa leluasa bergerak karena tanah embung yang mulai melebur disiram deras air hujan dan juga halangan dari orang-orang desa yang hanya berdiri mematung menutupi jalan. Keberanian dan tekadnya akhirnya membawanya bisa keluar dari embung yang setelah ia menoleh kembali embung itu sudah terisi air hampir setengahnya. Tapi ketika ia sudah berada di bibir embung ia tidak bisa lagi jika harus pergi meninggalkan embung. Matanya tertahan ketika kembali menatap tempatnya berdiri di dalam embung tadi. Di sana dia melihat kakaknya Endang yang telah menggantikan dirinya. Tanpa pikir panjang Feri pun kembali masuk ke dalam embung untuk menyelamatkan kakaknya.

Kini Feri terbangun di kamar rumahnya. Dari udara yang masuk melalui jendela kamarnya yang telah terbuka ia bisa mencium segarnya bau desanya di pagi hari itu. Ia terbaring di tempat tidurnya. Ia melihat di sekelilingnya sebuah rumah dimana ia tinggal di sana, dimana semua kenangan ia tumbuh ada di sana dan dimana orang-orang terkasihnya selalu menunggunya untuk pulang. Dalam perjalanan mimpi itu selanjutnya datang seseorang yang tidak pernah sama sekali diharapkan kehadirannya. Feri dihampiri oleh ibunya yang sudah bertahun-tahun yang lalu meninggalkannya sewaktu ia masih kecil. Perempuan itu duduk di samping anaknya yang masih terbaring. Memandangi wajah anaknya yang sudah beranjak dewasa. Mengusap-usap wajah tampan putranya seperti kenangannya dulu. Feri tidak kuasa menahan tangisnya. Memandangi wajah ibu yang selama ini selalu dirindukannya.

“Itulah mimpiku”, ujar Feri kepada Pak Tomo.

“Lalu kenapa kamu mengajak temanmu ke desa?”, tanya Pak Tomo.

“Di dalam mimpiku aku juga melihat mbak Endang sedang berdua dengan seseorang. Aku kira seseorang itu adalah aku karena orang itu memakai baju olahraga sekolah yang sama dengan yang aku kenakan. Mereka berdua berbincang-bincang dan bersenda gurau. Orang itu adalah temanku yang aku ajak pulang sekarang”, jelas Feri.

“Apa ibumu menyampaikan sesuatu?”, tanya Pak Tomo.

“Tidak. Ibu tidak berkata apa-apa. Ibu hanya tersenyum. Wajahnya masih cantik sama seperti dulu. Ayu berseri”, kata Feri.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
makin penasaran
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
gurauan nya kurang bisa gw pahami
Kustri
ini beneran 26 part?
pendek BGT...
coba lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!