"Sekarang kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kamu berhak atas diriku! Semua ini aku lakukan atas kemauan kakek dan Putri ku. Karena bagiku kau tetaplah baby sitter putri ku! Camkan itu!" ucap Revan dingin.
Deg
Sakit itulah yang di rasakan oleh Anin, mendengar ucapan mantan majikannya barusan yang sekarang sudah menjadi suaminya itu. Kalau memang tidak suka dengan perjodohan ini kenapa lelaki itu harus menerimanya.
"Saya tahu tuan, saya sadar diri siapa saya." balas Anin.
Bagaimana dengan kisah mereka berdua? jangan lupa mampir ya ke novel baru Author.. hanya di Novel Toon 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Ziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22
"Anin..!" panggil Kakek Ray sembari nyamperin Anin yang lagi di taman sedang bermain bersama Yuna. "Anin..!" Anin pun menolah mendengar namanya di panggil.
"iya kek, ada apa? Apa kakek perlu sesuatu?!" tanya Anin
"Itu, emm ayo kita kerumah sakit sekarang!" ujar kakek.
"Kerumah sakit?! Kakek sakit? Kenapa gak kasih tahu Anin kek..!" sahut Anin panik.
"Bukan Anin, itu Revan kecelakaan.. tadi baru saja ada yang menghubungi kakek." ucap kakek lagi. "Ayo Anin kita kerumah sakit sekarang." ajak kakek.
"Hah, tuan Revan kecelakaan?! Ya udah kek ayo!" Anin pun langsung mendorong kursi roda kakek Ray. Tak lupa Anin mengajak Yuna dan Yuna mengekor di belakang Anin. Yuna sendiri menangis mendengar papanya kecelakaan.
"Sayang jangan nangis, berdoa ya semoga papa tidak apa-apa." ucap Anin sembari mengelus rambut Yuna.
"Papa, bunda.. Hiks.. Hiks..!" isak Yuna yang masih menangis di dalam mobil.
"Princess, hei dengerin kakek. Papa pasti tidak apa-apa, Yuna doain papa ya..!" ucap Kakek Ray. Yuna menganggukkan kepalanya.
Setengah jam akhirnya mobil yang membawa kakek Ray, Anin dan Yuna sampai juga di rumah sakit. Sampai di dalam, Anin menanyakan ruang korban kecelakaan yang belum lama terjadi. Suster lalu memberitahukan letak ruang rawat Revan. Bergegas mereka menuju ruangan perawatan Revan.
Sampai di depan pintu ruangan Revan, dan ketika ingin ingin masuk kedalam Dokter yang menangani Revan keluar dari ruangan nya.
"Tuan Ray?!" ucap Dokter paru baya yang memang mengenal Kakek Ray.
"Iya Dokter Bram.. Gimana dengan cucu saya Bram?!" tanya Kakek Ray langsung.
"Alhamdulillah tidak ada luka yang serius, hanya saja kaki kanannya terkilir. Tapi tidak perlu kuatir kakinya masih bisa sembuh dan berjalan dengan normal lagi." ucap Dokter yang bernama Bram itu.
"Syukur lah." ucap kakek Apa kami sudah boleh masuk melihat keadaan nya Dok?!"
"Oh boleh tuan Ray, silahkan." Jawab Dokter Bram. "Kalau gitu saya permisi tuan." pamit Dokter Bram. Kakek Ray menganggukkan kepalanya.
Setelah Dokter Ray pergi, kakek Ray, Anin dan Yuna masuk kedalam. Mendengar suara pintu terbuka, Revan yang memang sudah sadar langsung menolah ke arah pintu.
"Kakek, Yuna." ucap Revan dengan suara lirih karena tubuhnya terasa lemas dan seluruh tubuhnya juga terasa sakit semua.
"Papa..!" Yuna langsung berlari menuju ranjang Revan sembari menangis setelah melihat kening papanya di perban dan kakinya juga. "Papa kenapa? papa jangan sakit, Yuna sedih kalau papa sakit.. Hiks.. Hiks..!" Revan tersenyum sambil mengelus kepala Yuna dengan lembut.
"Papa gak apa-apa sayang.. Tadi cuman jatuh aja di tempat kerja." jawab Revan. "Hei anak papa jangan nangis, papa gak apa-apa kok. Sini naik peluk papa." ujar Revan menyuruh Yuna naik ke atas ranjangnya dan Yuna pun menurut. Kemudian dia memeluk Revan dengan erat. "Jangan nangis ya princess papa. Papa udah gak apa-apa kok." ucap Revan lagi menenangkan putrinya karena Yuna masih menangis sambil memeluknya.
"Bagaimana bisa terjadi Van?!" tanya Kakek. Revan menoleh ke arah kakek.
"Revan tadi kurang fokus kek nyetirnya, jadi Revan nabrak pohon." jawab Revan.
"Untung luka kamu tidak parah, hanya kaki kamu yang terkilir." Revan hanya tersenyum menanggapi ucapan kakek Ray. Kemudian Revan beralih melihat Anin sekilas lalu kembali menatap kakek Ray.
"Kakek tahu dari mana Revan kecelakaan? Sedangkan Dian asisten Revan belum ada Revan kasih tahu." tanya Revan.
"Tadi, Dokter Bram yang menghubungi kakek kalau kamu masuk rumah sakit karena kecelakaan." jawab Kakek Ray. Dokter Bram adalah teman kakek Ray, makanya Dokter Bram mengenal Revan juga.
*
*
"Kek ini udah jam 7 malam, kakek harus makan malam dan minum obat." ucap Anin. Malam ini mereka akan menginap menemani Revan. Tadi nya Revan sudah menyuruh kakek dan Yuna untuk pulang saja tidak perlu menunggu nya. Tetapi Yuna tetap mau bersama papanya, jadi kakek pun Anin ikut menunggu Revan di rumah sakit. Sementara dengan Anin, Revan tidak ada berbicara pada wanita itu sama sekali.
"Ayo kek kita ke kantin rumah sakit untuk makan malam mumpung tuan Revan masih tidur." ajak Anin. Dan Anin tak lupa Juga mengajak Yuna untuk makan malam. Karena Yuna juga belum ada makan, tapi Yuna menolaknya.
"Yuna gak mau makan bunda.. Yuna nemenin papa aja disini, kasian papa gak ada yang jagain." tolak Yuna.
"Sayang, kalau kamu gak makan yang ada kamu juga sakit.. Terus entar kalau kamu sakit siapa yang jagain papa, coba?!" bujuk Anin. "Kita makan dulu ya sayang, selesai makan kita bisa jagain papa lagi. Lagian papa juga masih tidur." ajak Anin lagi.
"Emm.. " Yuna berpikir sejenak. "Oke deh bunda, Yuna makan dulu."
"Nah gitu dong, anak pintarnya bunda ini." ucap Anin sembari mengelus rambut Yuna.
Yuna tersenyum manis mendengar pujian dari Anin.
"Ya sudah, ayo." Anin pun mendorong kursi roda kakek Ray keluar dari ruang Revan dan membawanya ke kantin rumah sakit.
Tidak lama mereka pergi, Dian datang kerumah sakit melihat keadaan bosnya. Dan dia belum lama di beritahukan oleh kakek Ray. Dan ketika Dian masuk ke ruangan Revan, mata bos nya itu masih terpejam.
"Bos, kenapa bisa kecelakaan? Terus kenapa bos tidak beritahu saya langsung kalau bos kecelakaan?" gumam Dian seorang diri.
"Saya tidak apa-apa Yan, kamu jangan sedih gitu!" sahut Revan yang langsung membuka matanya. Sebenarnya Revan tadi belum benar-benar tertidur pulas ketika Anin mengajak Kakeknya dan putri nya untuk makan malam.
"Bos! saya kira bos tidur.." ucap Dian. "kok bisa bos sampai kecelakaan?! Udah gitu bos tidak ada ngabari saya langsung. Untung kakek Ray kasih tahu saya tadi." ucap Dian lagi.
"Saya tahu kamu lagi sibuk Yan, jadi saya tidak mau menggangu kamu." ujar Revan.
"Sesibuk apa pun saya, kalau mendengar bos kecelakaan seperti ini pasti saya langsung datang." balas Dian.
"Bagaimana dengan permintaan saya tadi siang Yan?!" tanya Revan.
"Yang mana ya bos?!"
"Ck! Cepat kali kamu lupa, perasaan baru beberapa jam saja saya tadi menyuruh kamu untuk cari tahu apa saja yang di lakukan Gladies kalau saya tidak bersama saya.."
"Oh yang itu ya bos, orang suruan kita masih terus memantau mbak Gladies. Dan mereka juga masih mencari tahu tentang lelaki yang datang ke apartemen mbak Gladies." jawab Dian
"Bagus, awasi terus Gladies. Saya curiga dia ada main di belakang saya." perintah Revan.
"Oke Bos."
Saat sedang asik berbincang dengan Dian, tiba-tiba saja pintu di buka oleh seseorang. Revan dan Dian menolah bersamaan ke arah pintu.