NovelToon NovelToon
K.U.N

K.U.N

Status: tamat
Genre:Horor / Komedi / Misteri / Sudah Terbit / Eksplorasi-detektif / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Hantu / Tamat
Popularitas:12.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Gerimis Senja

WARNING!!
Segala bentuk penjiplakan bisa di laporkan yaaa, bijaklah dalam berkarya..

Berawal dari Agam, seorang murid baru yang mendapat tantangan dari Maxim untuk masuk ke dalam gudang angker di sebuah sekolah, menyebabkannya bertemu dengan hantu Kuntilanak Laki-laki dengan segala praharanya.

Hingga pada akhirnya masalah pelik mengikutinya, membuat Agam mau tak mau harus membantu Kuntilanak tersebut dalam mengungkap siapa dalang pembunuhannya.

Kasus 16 tahun lalu yang begitu kelam pun terbuka, dengan seorang tersangka yang harus di kuak oleh Agam dan teman-teman.

Namun sekali lagi, kepolisian, detektif, jurnalis dan keluarga dari pawang sekolah, harus mati karena berusaha ikut campur. Korban siswi sesuai dengan inisial nama de

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Adam or Agam?

*Author POV

Tok tok tok..

Suara ketukan pintu pada ruang BK. Salah satu pegawai magang yang seharusnya berada di ruang TU pun beranjak. Ia berada di ruang BK atas permintaan pak Edi selaku guru BK. Sekarang pak Edi tak berada di ruangannya. Ia juga sibuk mengurus siswa dan beberapa guru yang kesurupan.

Pintu di buka. Menampakkan seorang lelaki tinggi berkulit sawo matang. Wajahnya serius dengan rambut yang menjuntai di dahi sebelah kiri dan sebelah kanannya. Ia membiarkan dahi indah bagian tengahnya terlihat sempurna. Hidung mancungnya begitu lancip dengan bibir tipis yang sedikit melebar. Kalau melihatnya sekilas, kalian akan berpikir kalau ia memiliki darah keturunan barat di tubuhnya.

"Kak, pak Edi ada?" Tanyanya cepat, padahal pintu ruangan belumlah terbuka seluruhnya. Lelaki yang di panggil kakak itu mengernyit menatapnya yang berkeringat dengan napas tergopoh dan terengah-engah. Ia habis lari maraton sepertinya.

"Kamu Maxim kan? Ada perlu apa ya?"

"Pokoknya ini penting kak! Kalau bisa, kakak hubungin pak Edi sekarang. Dia pasti gak ada di ruangannya kan?" Lelaki itu kembali mengernyit.

"Kalau Max cari sekarang kan percuma, Max butuh cepet kak!"

"Iya cepatlah!!" Sambung Kun yang ikutan panik.

"Ada apa sih Max?"

"Banyak tanya, seperti wartawan gosip!" Keluh Kun kesal.

"Max udah dapet dalang dari kesurupan massal ini!!" Pegawai magang itu tersentak.

Bak di perintahkan atasan, ia segera mengeluarkan ponsel miliknya. Menekan beberapa nomor dan menempelkan ke telinganya.

"Assalamualaikum, Pak Edi?" Ia terdiam sesaat. Mendengar suara balasan dari seberang sana.

"Di sini ada ketua Osis, si Maxim!"

"Dia mau ketemu bapak sekarang di ruang BK. Katanya, dia udah nemuin dalang dari kesurupan massal ini, pak." Ia kembali terdiam. Entah apa jawaban balasan yang di berikan pak Edi, yang pasti wajahnya begitu tegang.

"Oke pak.. oke oke.. makasih pak!" Ia menjauhkan ponsel dari telinganya. Max menunggu respon darinya ketika ia selesai meletakkan ponselnya kembali ke saku celana.

"Masuk Max.. kata bapak tunggu di dalam!" Ucapnya seraya mempersilahkan Maxim masuk.

Tanpa basa basi, ketua osis itu pun masuk ke dalam ruang BK, diikuti Kun. Ia di persilahkan duduk di dekat sebuah kursi yang menghadap ke meja. Maxim duduk dengan tegang dan gelisah, sambil sesekali menoleh ke arah pintu masuk. Ia benar-benar berharap Pak Edi segera datang, sebelum dalangnya pulang.

*Author POV End

.

.

Sayup-sayup aku membuka mata. Mengerjap dan mengernyit bergantian. Ku dengarkan lantunan doa yang indah dari ayat Al Qur'an. Aku yang tersender duduk di dekat papan tulis pun tersentak. Ada di mana aku sekarang?

Ku edarkan pandangan, kepala ku cukup berat dan tubuhku sakit seluruhnya. Seperti habis di kerok. Ku lihat seseorang berparas lembut, berpakaian dan sorban putih seluruhnya, ia menatap lurus ke arahku yang baru saja menatapnya.

"Sudah sadar?" Tanyanya. Ia sedang berdoa dengan tasbih di tangannya. Ku lihat tak jauh di hadapannya, ada teman sekelas kami yang sedang menggeliat bak kepanasan. Apa ini seorang ustad? atau kiai yang di maksud Kun?

"Ngomong-ngomong tentang Kun.. dimana dia?.." Gumamku dalam hati sambil menelirik ke sekitar lagi.

"Kamu di dalam kelas. Habis sadar dari kesurupan." Sambung pak ustad ketika melihatku menilik. Membuatku yang masih setengah sadar, hanya membalas ucapannya dengan tatapan melongo.

"Iya Gam!! Tadi lu kesurupan setan di wc!" Ucap seseorang yang berada di sampingku. Dan entah kenapa kehadirannya tak ku sadari sedikit pun.

"Ciko?" Gumamku sambil menatapnya.

Aah, aku ingat!! Aku di rasuki Kun di dalam toilet. Awalnya aku masih sadar, dan masih bisa mengendalikan diriku sendiri meski ia telah masuk. Tapi, setelah Maxim dan Gino datang tiba-tiba dan menuduhku sebagai dalang di balik semua ini, kendaliku menghilang sepenuhnya.

Yang bisa ku lakukan hanyalah menuruti dan bergerak sesuai keinginan Kun.

Bahkan aku merinding di dalam tubuhku sendiri. Kun memang terlihat lucu di hadapanku, tapi kenapa dia terlihat seram di hadapan orang lain?

Aku tak menyangka dia akan bersiul dan menyakar cermin seperti tadi. Aku tak dapat menahan dan melawannya meski telah berkonsentrasi. Tubuhku kebas seluruhnya. Menjalar bak kesetrum ringan.

Ia bahkan menghajar Gino dengan menggunakan tubuhku. Baru kali itu aku merasa di aliri tenaga luar biasa di seluruh tubuhku. Tubuh kekar Gino melayang hanya dengan tendangan kaki kiriku.

Tapi di samping itu, saat Kun merasukiku, aku bisa sedikit memahami perasaannya. Ketika ia marah, aku bisa merasakannya. Dan kenapa aku merasa senang ketika melihat Maxim. Apa karena aku merasakan perasaan Kun?

Tapi.. kenapa juga dia senang pada Maxim? Katanya dia bukan kunti bencong.

Tapi rasa senangnya itu, kenapa terasa seperti ketika aku rindu, lalu bertemu kakek nenekku. Seperti itu yang ku rasakan sih. Aku juga tak terlalu mengerti.

"Kasih dia minum. Masih kayak orang linglung." Ucap pak ustad, hingga membuyarkan lamunanku.

Ciko bergegas mengambil minuman cangkir dalam kemasan. Ia melubangi penutup kertas plastik itu dengan jempolnya. Lalu merobek bungkus seluruhnya, hingga yang tampak kini adalah air mineral dalam cangkir tanpa penutup lagi.

"Nih Gam, minum." Sodornya padaku. Aku pun mengambil dan meminumkannya. ia membantuku meski aku tak membutuhkannya.

Air dingin mulai mengalir membasahi kerongkonganku yang sedikit perih, mungkin karena Kun berteriak kencang tadi.

Tapi di dalam mulutku, aku merasa seperti ada sebuah benang panjang yang menyangkut di antara gigi dan lidahku.

Aku tersedak dan melepaskan cangkir plastik itu menjauh dari mulutku. Ciko agak kaget karena aku menyembur. Segera ia menatap heran padaku, begitu juga dengan pak ustad yang sedang sibuk berdoa.

Aku merasakan kumpulan benang di dalam mulutku, hampir mencapai kerongkonganku. Ku masukan jari-jariku, menjangkau benda dalam mulutku.

Ketika aku menariknya, segumpal rambut panjang keluar dari dalam mulutku. Tubuhku langsung bergidik, merinding campur jijik.

"Huek!!" Aku hampir muntah di buatnya.

Ku lihat Ciko langsung menutup mulutnya. Ia membuang pandangannya dariku ketika aku menatapnya. Wajahnya memerah dan ia pun hampir muntah.

"Astaghfirullahaladzim!! Siapa yang jahat sama kamu nak?!" Sentak pak ustad ketika melihat segumpal rambut keluar dari dalam mulutku.

Ku lihat cangkir minumanku airnya masih jernih, dan sama sekali tidak ada rambut. Aku sedikit kaget dan bingung, dari mana rambut-rambut panjang itu berasal. Beberapa temanku yang sudah sadar menatap khawatir ke arahku.

"Agam kenapa pak ustad?"

"Kena sihir.. Kayak target dari makhluk halus yang sengaja di panggil." Kami semua nampaknya bergidik. Terlebih lagi aku, di tambah dengan ekspresi yang sulit ku artikan dari teman-temanku.

"Ustad bisa nyembuhinnya?" Pak ustad menggeleng.

"Ustad hanya peruqiah. Yang bisa nyembuhin ya orang pilihan Allah."

"Dukun pak ustad? atau orang pinter?" Sambar Ciko.

"Itu syirik, gak sesuai syariat islam."

"Terus siapa dong pak ustad?"

Tiba-tiba dari arah kejauhan, seseorang berlari ke dalam kelas. Ia menyanggah tubuhnya dengan bertumpu pada tangan yang ia letakkan di pintu. Ia menghirup napas dengan penuh nafsu.

Kami semua menatap heran ke arahnya. Semua perhatian pun terarah padanya. Ia terengah-engah, seperti baru saja lari dari jauh.

"Kak Pian?" ucap Ciko heran. Kalau aku tidak salah sih, orang ini pegawai magang kan? Biasanya menunggu di ruang TU.

"Agam.. udah sadar ya??" Aku mengangguk diiringi dengan jawaban "Sudah!" Dari Ciko.

"Ayo ikut kakak ke ruang BK. Kamu udah di tunggu pak Edi." Terangnya, bak sedang menjelaskan maksud kedatangannya.

Aku beranjak dengan kaki yang masih bergetar. Ciko membantuku tanpa di minta. Setelah berusaha menyeimbangkan tubuhku, aku pun berdiri tegap.

"Misi ya pak ustad.. Maaf ganggu." Ucap kak Pian sambil menuntunku.

.

.

.

Selama perjalanan menuju ruang BK, tak sekali pun kak Pian berbicara denganku. Bahkan langkahnya tergopoh, bak seseorang yang sedang kebelet dan membutuhkan kamar mandi.

Yang melintas di pikiranku kini adalah, kenapa dia memanggilku ke ruang BK? Apakah ini ada hubungannya dengan masalah kesurupan massal itu?

Kalau ada, apa hal yang membuatku terkait dengan hal itu? Jelas kan aku tidak tahu menahu. Meski aku sudah tahu dari Kun kalau ini adalah ulah Gino, tetap saja aku tak memiliki bukti apa pun.

Lalu, kemana perginya setan itu seusai merasuki ku?

Firasatku buruk, apakah aku tertuduh melakukan hal-hal yang berbau mistis? Lagi pula aku masih merasa mual akibat rambut yang tadi ku minum.

Pindah ke sekolah ini ternyata benar-benar memberatkanku. Jika aku tidak pindah, mungkin sekarang aku masih sibuk dengan tugas harianku, pr dan juga mata pelajaran baru.

"Gam, kamu bisa jalan cepet dikit gak?" aku terkesiap. Kak Pian memintaku untuk berjalan lebih cepat. Tapi tubuhku seolah belum siap untuk melakukan itu.

"Menurut kakak?" Ia terhenti. Memandang tubuhku yang masih gemetaran.

"Yaudah, tapi dicepetin dikit." Sambungnya, seolah tak menggubris ucapanku.

Ah, si*l.. Apa orang ini gak pernah kesurupan? Jelas ini rasanya pegal, lemas dan gemetaran. Mana tadi aku harus minum air yang di penuhi rambut. Mual ini membuatku tambah lemas saja.

Kami mulai memasuki teras dari ruangan yang di khususkan untuk para guru dan staff. Tak sedikit pun kak Pian menolehku yang ada di belakang.

Ia mendahuluiku sampai ke ruang BK. Membuka pintu dengan penuh tenaga. Bersemangat sekali nampaknya. Dia mau menyidangku ya di dalam?

"Pak.. anaknya udah sadar. Udah saya bawa." Ucapnya yang segera masuk ke dalam. Bahkan aku hanya mampu mendengar suaranya, tanpa melihat tubuhnya di pandangan mataku lagi. Ia menghilang di balik dinding setelah memasukinya.

"Mana Agam nya?"

Kali ini aku mendengar suara balasan dari pak Edi. Aku mempercepat langkahku. Menuju ke balik pintu.

Ketika aku sampai, aku tak perlu mengedarkan pandangan untuk dapat melihat isi di dalamnya, karena tentu aku langsung dapat melihat mereka di hadapan mataku.

Aku tersentak. Tidak ramai, tapi cukup membuatku sedikit gentar. Di dalam sana ada Pak Edi, Maxim, Kun dan juga Gino.

"Agam!!! Kamu datang?!!" Seru Kun yang masih melayang di samping Maxim.

Sementara semua orang yang berada di dalam ruangan langsung menujukan pandangannya padaku. Aku mengerjap. Pastinya merasa bingung.

Apa Maxim dan Gino sedang melaporkanku atas tuduhan dalang di balik kesurupan massal ini? Barusan mereka datang untuk menghakimiku kan di toilet.

Tapi entah kenapa, wajah senang Kun seolah menampik dugaanku itu. Kalau aku dalam masalah, tentu wajahnya akan terlihat tegang.

"Agam.. Masuk." Pinta pak Edi, dan aku pun masuk.

"Duduk." Pintanya lagi, dan aku pun duduk.

"Bapak manggil kalian kesini, mau bahas tentang dalang dari kesurupan massal yang terjadi." Aku mengernyit mendengarnya. Ternyata dugaanku benar kan.

"Kenapa bapak panggil kalian berdua?"

"Karena Maxim datengin bapak, dengan dugaan kalau Gino adalah pelaku di balik semua ini!" Dan kali ini aku terbelalak mendengarnya.

Maxim? Menduga pelakunya adalah Gino? Bukan aku? Padahal saat di toilet ia benar-benar menyerangku dan membela Gino. Kenapa sekarang jadi berbeda? Apa karena dia mendengar ucapan Kun di badanku? Tapi, tidak semudah itu kan Maxim mempercayainya. Dan lagi, kalau dia seberani ini melaporkannya. Apakah mungkin Maxim memiliki bukti?

"Kok Gino sih pak?? Agam tuh!!!" Sangkal Gino sambil menyela.

"Diem dulu kamu! Kalian baru mau bapak sidang!"

"Jadi, Maxim udah bilang, kalau pelakunya adalah Gino, dan targetnya adalah Agam. Maka dari itu bapak manggil kalian semua kesini." Gino langsung beranjak, dan berdiri dari tempat duduknya.

"Apaan lu!! Jangan asal ngomong deh!! Lu punya bukti kalau gue pelakunya?" Bentak Gino. Tak berapa lama ia tersentak dan memegangi perutnya. Ya, efek dari tendangan Agam masih berasa pada dirinya.

"Ini orang berisik terus!! Tendangan saya kurang kuat deh kayaknya!" Sambung Kun yang ikut kesal pada Gino.

"Nanti saya tendang lagi lah buah zak*rnya biar guling-guling di pasir." ucap Kun lagi hingga membuatku mendengus menahan tawa.

"Ngetawain apa lu?? Lu sadar kan tadi udah nendang gue?! Lu pura-pura kesurupan kan tadi?" Duga Gino padaku. Aku hanya tersenyum sinis.

"Jangan kekanakan deh." Singkatku hingga membuat wajah Gino memerah.

"Eh Gino!! Duduk kamu!" Sentak Pak Edi. Gino hanya diam menatap kesal ke arahku.

"Kamu gak bosen-bosen ya masuk ke ruang BK??" Tanya pak Edi hingga membuat Gino melepaskan napas panjang.

"Tapi Gino gak mau lah pak di tuduh kayak gini!!"

"Gino gak salah!" Sambungnya lagi.

"Pfft.." Dengusku lagi, sengaja membuat Gino bertambah kesal. Entah kenapa, ngebakar kayu kering itu menyenangkan. Aku suka melihat apinya menjadi besar, namun cuma sesaat. Saat kayunya habis, apinya pun padam.

"Cari gara-gara lu ya!!!" Pekiknya sambil berusaha menghampiriku.

"Duduk kamu!!" Sentak pak Edi, dan sukses membuatnya terhenti. Ia kembali duduk di kursinya sambil mendengus kesal. Ia membuang pandangannya dariku, sejurus dengan tubuhnya yang ikut memunggungiku.

"Kepala botak ini kapan selesainya? Bicara saja langsung!!" Protes Kun yang merasa kesal. Aku pun menatap kepala pak Edi. Itu sih bukan botak, tapi celantang.

"Jadi Max, mana bukti yang kamu bilang ke bapak tadi? Yang udah kamu temuin?" Max pun terenyah. Ia segera mengeluarkan segumpal kertas dari saku celananya.

"Bukti yang pertama ini! Max dapet dari saku celana Gino!" Ucap Max sambil menyodorkan kertas itu pada pak Edi.

Gino langsung tersentak bak baru saja di sambar petir. Diam-diam ia langsung merogoh saku celananya sendiri. Merasa kehilangan sesuatu, raut wajahnya pun nampak panik.

"Apa ini? Jelek kayak cakar ayam!" Komen pak Edi setelah membacanya. Sebenarnya tulisan apa yang ada di kertas itu. Kenapa juga itu bisa menjadi bukti bagi Maxim?

"Agam?" Sebut pak Edi.

"Ya pak?" Sahutku. Ia mengangkat kepalanya sesaat dan menatapku.

"Bapak bukan manggil kamu, tadi baca tulisan di kertas ini Agam!" Kini aku mengernyit.

"Saya pak?" Tanyaku heran.

"Nih, coba kamu baca!"

Pak Edi pun memberikan kertas yang teremas itu padaku. Aku lantas menyambutnya. Lalu mengernyit bingung setelah melihat tulisannya.

Gila sih!! Ini tulisan terjelek yang pernah ku temui. Tapi, bacanya kok...

"Adam?" Ucapku hingga membuat semua orang yang berada di dalam ruangan tersentak kaget.

Aku merasa, Kun yang berada di antaraku dan juga Maxim sedang terkesiap lalu gemetaran. Karena penasaran, aku pun sedikit melirik ke atas tanpa mendongak. Aku ingin melihat reaksinya. Dan apa yang sudah terjadi padanya.

Kedua matanya terbelalak.

Kaget??

Takut??

Kenapa ia harus terkejut mendengar nama yang barusan ku sebut?

Ada apa?

.

.

.

Bersambung...

1
sidak karya
suka.
bagus.
Junita Azriyani
udah dari tahun lalu baca novel ini..dari masih bab awal2 lagi,sampai bab akhir ngikutin ceritanya..suka dgn ceritanya..dan baru2 ini adek dgn anak2 ku suka ngomongin tentang BTS,,kayak pernah dgar tapi dimana ya... ternyata setelah aku baca ulang lagi novel ni selama 3 hari ini, akhirnya ku temukan kata BTS ni novel ini ☺️..semangat untuk author
Salim Aksara123
suka sama si Kun Adam, kocak banget 🙂
Salim Aksara123
Syukur Alhamdulillah mamang Edo ada niat membantu
Al-za Nur Rasyid
2023-2025
Salim Aksara123
berhasil y Thor🙏
Riz Rizki
pliss aku minta tolong yang tau versi bukunya di jual dimana 😭😭
Herni Wati
Rara GK pernah nonton Naruto nih
Herni Wati
berasa cebol juga karna TB ku sama kaya dara 🤣
Lutfi Maulana
Lumayan
Herni Wati
3 bab yg kubaca dan 😭😭😭😭lagi
Herni Wati
akhirnya bisa ketemu kun lagi🤩
Herni Wati
hari ini,ngulang baca lagi dr awal.setelah bbrp taun lalu namatin
walo GK benar" tamat😭
karna klimaks ny di buku dan blm punya😭
Lisani Qouli Dini
kayaknya yang janji sama nyai itu kun deh
ai
comeback lagi untuk ketiga kalinya 😁😁😁😁
kepo😐
kakak....boleh gakk kakak jual sambungan novel kun nya di shoppe......saya mau beli tapi saya dari malay🙏....pliss yahh kakakkk
geora elysian vale
aaaa sooo sweettt/Whimper/
Anna Jannah
akhirnya nemu juga and baca ulang lagi lahhh soalnya menantang bgt
Anna Jannah
kucari2 tapi gak nemu karena nyarinya dengan judul kun tanpa titik, kgn bgt ama cerita ini walau q digantung 🤣
Indi Endah
/Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!