NovelToon NovelToon
EX WIFE'S REVENGE

EX WIFE'S REVENGE

Status: tamat
Genre:Identitas Tersembunyi / Romansa / Tamat
Popularitas:5.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: lena linol

Zahra adalah wanita cantik yang sangat mencintai suaminya. Tapi, siapa sangka jika suaminya yang selama ini terlihat sangat mencintainya justru menghianatinya, di tambah lagi sang ibu mertua malah mendukung perbuatan suaminya yang berselingkuh.

Segala rasa sakit hati yang di terima Zahra akan segera di balaskan! Wanita itu akan memberikan pelajaran setimpal kepada suami dan ibu mertuanya yang sudah menorehkan sebuah luka yang sangat dalam di hatinya.

Tapi, siapa sangka di perjalanannya membalaskan dendam kepada suami dan ibu mertuanya, Zahra bertemu dengan seorang pria yang tak lain adalah teman masa kecilnya.

Lalu bagaimana kisah Zahra selanjutnya? Penasaran? Jangan lupa tekan SUBSCRIBE agar tidak ketinggalan update kisah ini. 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janjian Sama Berondong

Esok harinya.

Wahyu datang ke pengadilan agama untuk mencabut gugatan cerainya, akan tetapi tidak bisa dengan alasan berkas cerai sudah diproses dan besok pagi akan diadakan sidang. Pria tersebut merasa pusing tujuh keliling karena dia tidak bisa mencabut gugatan cerainya.

"Arghhh, sial!" umpat Wahyu mengacak rambutnya frustrasi ketika dia keluar dari kantor pengadilan agama. Sia-sia dia izin nggak kerja setengah hari dari kantornya jika hasilnya zonk seperti ini. Ia menaiki motor matic-nya dan segera melajukannya ke Holitron grup karena waktu sudah mendekati jam makan siang, itu artinya batas izinnya sudah habis, dia harus bekerja kembali.

Sampai di tempat kerja. Dia di tatap sinis oleh Vania yang menghadangnya di depan lift.

"Dari mana aja kamu? Kamu sampai melewatkan acara peresmian Zahra menjadi wakil direktur?" tanya Vania menatap Wahyu.

"Bukan urusan kamu! Minggir!" Wahyu mendorong pundak Vania ke samping.

"Oh, jadi gitu sekarang? Ternyata ini sifat aslimu ya?" cecar Vania menatap Wahyu penuh kebencian. Sifat Wahyu sudah berubah setelah mengetahui identitas Zahra. Ia merasa kesal dan merasa di manfaatkan saja oleh Wahyu.

"Kita udah nggak ada urusan lagi, jadi stop nganggu aku!" balas Wahyu seraya memencet tombol lift menuju lantai atas, di mana ruangannya berada.

"Apakah kamu masih berharap kalau Zahra akan kembali sama kamu? Jangan bermimpi! Cowok kayak kamu itu memang pantas di tinggalkan!" umpat Vania penuh emosi.

"Diam!" bentak Wahyu. Ia menuding wajah Vania penuh emosi. "Yang menggodaku lebih dulu adalah kamu! Jadi jangan merasa kalau kamu paling benar di sini! Kamu juga yang menawarkan naik jabatan kepadaku!" Wahyu menatap tajam wanita yang ada di hadapannya itu.

Vania panik ketika mendengar ucapan Wahyu. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, takut kalau ada orang lain yang mendengar ucapan Wahyu, tapi untung saja di area lobby itu terlihat sepi. Namun, tanpa ia sadari ada sepasang mata yang memperhatikanya  dari tempat persembunyian sambil mengarahkan kamera ponsel ke arah dua manusia laknat itu.

Siapakah orang itu?

Wahyu segera masuk ke dalam lift yang terbuka, meninggalkan Vania yang terus mengumpatinya. Pria tersebut menghela nafas kasar sembari menyedarkan diri di dinding lift. Dia merutuki dirinya karena saat ia merasa terjebak dalam permainannya sendiri. Berulang kali ia mengumpat untuk melampiaskan rasa kesalnya, sembari menedang udara beberapa kali. Andaikan saja dia tidak serakah akan uang semua tidak akan menjadi seperti ini. Dan Zahra mungkin masih berada di pelukannya. Dan dia menjadi suami yang beruntung sedunia karena mempunyai istri yang kaya raya.

Arghhh! Kini semua itu tinggal mimpi. Akan tetapi, Wahyu akan tetap berusaha untuk merayu Zahra agar mau rujuk kembali kepadanya. Agar mimpinya itu menjadi kenyataan.

Zahra duduk di kursi kebesarannya, sembari menggoyangkanya beberapa kali. "Empuk kursinya, he he he." Zahra terkekeh sambil menatap kedua orang tua dan adiknya yang berada di ruangannya.

"Ih! Dasar norak!" cibir Mattew pada kakaknya.

"Sirik! sahut Zahra seraya menjulurkan lidahnya, mengejek adiknya.

Mattew mencebikkan bibir seraya beranjak dari duduknya.

"Mau ke mana?" tanya Melisa kepada putranya.

"Balik ke sekolah, ngajar, Mi," jawab Mattew tanpa menoleh, ia keluar dari ruangan tersebut.

"Hati-hati!" seru Ansel pada putranya yang sudah berada di luar ruangan.

"Yes, Pi!" sahut Mattew berteriak.

Di ruangan tersebut hening sejenak. Ansel menatap putrinya yang duduk di balik meja. "Bagaimana?" tanya Ansel pada putrinya.

"Senang, tapi sedikit takut," jawab Zahra jujur.

"Takut? Kenapa?" Melisa yang menyahut.

"Takut nggak bisa mengerjakan pekerjaanku dengan baik." Zahra menghela nafas panjang.

"Kan, ada Papi yang akan bimbing kamu. Santai saja, dan gunakan kekuasaanmu untuk membalas si pria brengsek itu!" Melisa memberikan semangat kepada putrinya.

Zahra mengangguk seraya mengepalkan salah satu tangannya dengan kuat di depan dada. Bertanda kalau dia akan semangat dan berjuang untuk menjadi pemimpin yang baik sekaligus membalaskan dendamnya.

Tepat jam 4 sore, semua karyawan Holitron Grup bersiap membubarkan diri karena jam pulang kerja sudah tiba.

Termasuk Wahyu yang kini sedang berada di parkiran menunggu Zahra pulang. Dia harus berbicara dengan istrinya itu.

Sedangkan Zahra sendiri saat ini sedang berhadapan dengan tumpukan berkas yang ada di atas mejanya. "Papi, kenapa banyak sekali." Zahra mengeluh dan kepalanya menjadi migrain karena banyak hal yang harus di pelajari.

"Menjadi wakil direktur umum kamu harus mempelajari banyak hal! Jadi, jangan mengeluh," ucap Ansel sambil terkekeh.

"Tapi, ini sudah waktunya jam pulang. Apakah aku tidak boleh pulang juga?" keluh Zahra seraya menopang dagunya dengan kedua tangannya yang ia letakkan di atas meja, kedua matanya terpejam dan mulutnya menguap lebar bertanda kalau saat ini dia benar-benar lelah dan mengantuk.

Jika dia tahu kalau melelahkan seperti ini, ia tidak akan mengambil posisinya. Ah, pantas saja, Mattew menyerahkan tidak mau menjadi bagian dari perusahaan dan lebih memilih menjadi seorang guru di sekolah swasta.

"Kamu tidak boleh pulang kalau kamu belum selesai mempelajari semua ini!" Ansel menepuk tumpukan berkas yang ada di meja sambil tertawa pelan.

"Ayolah, Zahra!" Ansel memberikan semangat kepada putrinya yang terlihat sangat lesu.

"Hem ... baiklah." Zahra mengambil salah satu berkas dari tumpukan berkas tersebut.

Waktu bergulir dengan cepat, tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 8 malam. Wahyu masih berada di parkiran sambil menatap mobil Zahra yang terparkir area khusus untuk direksi perusahaan.

"Hah! Kenapa dia lama sekali?" gumamnya seraya mengusap perutnya yang terasa lapar, lalun memukul pipinya karena ada nyamuk yang hinggap di sana.

"Sial! Jangan sedot darahku! Sana pergi dan cari darah kotor saja!" kesal Wahyu lalu meniup nyamuk yang sudah tidak berdaya di telapak tangannya.

Jika nyamuk itu bisa berbahasa manusia mungkin dia akan berkata, "darahmu juga kotor dan pahit rasanya, huek!"

Zahra sudah bersiap pulang. Dia membereskan meja kerjanya, setelah rapi ia segera keluar dari ruangannya sambil menteng tas kerjanya.

"Mau pulang sama Papi nggak?" tanya Ansel kepada putrinya, kebetulan ia baru keluar dari ruangan Ricko menyerahkan laporan yang baru saja di buat oleh Zahra.

"Nggak, Pi. Aku ada janji sama temen," jawab Zahra tersenyum tipis.

"Temen? Cewek apa cowok?"  Ansel menaikkan sebelah alisnya, mulai mengintrogasi putrinya. Kegagalan rumah tangga Zahra membuat Ansel menjadi paranoid, takut kalau putrinya kepincut dengan pria tidak bertanggung jawab seperti Wahyu.

"Cowok, he he he," jawab Zahra tersenyum meringis.

"Zahra!" Ansel melotot tajam kepada putrinya itu.

"Tenang saja, yang ingin bertemu denganku ini Arvan--temannya Mattew--sekaligus teman masa kecilku," jelas Zahra saat melihat ayahnya mulai marah kepadanya.

Ansel berpikir sejenak, mencoba mengingat teman putranya yang bernama Arvan, kemudian ia menganggukkan kepalanya setelah berhasil mengingat.

"Suruh dia jemput  kamu ke sini!" titah Ansel tidak mau di bantah.

"Tapi, Pi ..."

"Jangan membantah!"

"Iya ... iya ..." Zahra segera merogoh ponselnya yang ada di dalam tas, segera menghubungi Arvan.

1
Rafa Pratama
👍👍👍👍
Aurell And Friends
sedang d baca.. nunggu kelanjutannya nih Thor.../Rose//Rose//Rose/
Aurell And Friends
sudah baca Thor...good..good.../Kiss//Kiss//Kiss/
Aurell And Friends
sudah baca Thor..Bagus ceritanya /Ok//Ok//Ok/
Rahma Wati
Luar biasa
Atoen Bumz Bums
A
Atoen Bumz Bums
Zahra Cemen balas dendam pake kuasa ortu
bukan dgn skill sendiri
Atoen Bumz Bums
Zahra bego
seharusnya jgn bedandan dulu buat Wahyu ilfil biar cepet proses cere nya
Yumma Proling
🤣🤣🤣🤣🤣
-the'XXI✓
Luar biasa
Susilo Wati
wkwkwkwk
Susana Sari Sari
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Su pendi
Luar biasa
Momoh Wati
ah
mardiana sari
mampus loe wahyu makanya jd org jgn belagu ud miskin belagu lg sombong sm ky ibunya.
mardiana sari
knp ga di grebek warga?kumpul kebo.sm aj zinah.yg bukan muhrimnya seharusnya di grebek warga br rasa
mardiana sari
inilah yg aq ga suka ud rmh ngontrak gaji pas2an selingkuh lg laki ga tau diri.apalagi ibu mertuanya gerecokin hub anak sm mantunya.ya allah gusti kl ad yg ky gtu didunia nyata kasihan bgt.
LENY
GOOD KOKOM BIAR TAHU RASA TUH SI NENEK LAMPIR
LENY
WAH KETEMU MAK LAMPIR SEREM😂
LENY
IBU DURJANA BUQNG CUCU KANDUNG PEREMPUAN KRN BUKAN LAKI2 GILA BENER
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!