EX WIFE'S REVENGE
Tepat jam 10 malam seorang wanita cantik berdiri di dekat jendela ruang tamu sambil menatap ke arah luar dengan perasaan yang gelisah. Sesekali ia menatap ke arah jam yang tertempel di dinding ruang tamu. Ia menghela nafas berulang kali sambil bergumam-bergumam kecil.
"Kenapa Mas Wahyu belum pulang juga ya?" Wanita itu masih setia di dekat jendela dengan perasaan cemas luar biasa.
Hingga satu jam berlalu, akhirnya yang dia tunggu datang juga. Wahyu--suaminya--pulang kerja menggunakan motor matic yang di beli 2 tahun yang lalu, tepatnya satu minggu sebelum mereka menikah. Rumah tangganya dulu sangat hangat dan juga harmonis, meski ia menikah tanpa restu dari orang tuanya. Tapi, belakangan ini rumah tangganya terasa dingin, dan sikap Wahyu berubah kepadanya sejak kehadiran ibu mertua di rumahnya.
Zahra adalah nama wanita itu dan usianya 33 tahun. Ia mempunyai fisik yang sangat cantik, kulit putih, rambut panjang hitam berkilau, kedua mata teduh dan bibir yang sangat manis jika tersenyum. Visual Zahra sangat mirip seperti artis China yang bernama Dilraba Dilmurat.
"Mas, kok baru pulang?" tanya Zahra ketika suaminya baru memasuki rumah.
"Lembur!" jawab Wahyu singkat padat dan jelas, terdengar sangat ketus dan dingin, bahkan suaminya itu sama sekali tidak menoleh pada Zahra yang berdiri tidak jauh darinya.
Zahra tersenyum miris mendengar alasan suaminya yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Padahal sore tadi ia menghubungi teman kantor suaminya, dan teman suaminya itu mengatakan tidak ada lemburan selama sebulan ini, lalu ke mana suaminya pergi hingga setiap hari pulang selarut ini?
Rasa curiga dan berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di kepalanya, namun Zahra berusaha berfikir positif.
Wanita cantik itu melangkah gontai menuju kamar sembari menahan rasa sesak di dalam dada.
"Sudah makan?" tanya Zahra ketika sampai di dalam kamar. Ia melihat suaminya sedang melepaskan semua pakaian dan berjalan menuju kamar mandi.
"Sudah!"
"Mau aku buatkan kopi, Mas?"
"Tidak perlu! Aku lelah, habis mandi langsung mau tidur!" jawab Wahyu sebelum menutup pintu kamar mandi.
Zahra menatap nanar pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat, kemudian ia berjalan menuju tempat tidur yang berukuran tidak terlalu besar namun cukup untuk dua orang. Lalu mengambil pakaian kotor suaminya, tapi gerakannya terhenti ketika mencium aroma parfum yang sangat asing di indra penciumannya.
Dengan jantung yang berdegup kencang, Zahra mendekatkan hidungnya ke arah kemeja suaminya yang berwarna putih itu. Tidak salah lagi, aroma parfum wanita itu berasal dari sana. Untuk memastikan lebih lanjut, wanita itu segera memeriksa kemeja tersebut.
"Tega kamu Mas!!" Zahra seperti di sambar petir di malam hari saat melihat cap bibir berwarna merah di kemeja suaminya di bagian kerah. Ternyata dugaannya selama ini benar, suaminya telah berselingkuh dengan wanita lain, pantas saja hubungan mereka tidak hanya dingin, tapi juga terasa hambar saat di atas ranjang.
Zahra segera menyimpan kemeja tersebut ke dalam lemari, ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Dan ia segera mengusap air matanya dengan cepat, memasang wajah biasa seolah tidak terjadi apa-apa.
"Ada apa? Kenapa kamu diam di sana? Tidak tidur?" tanya Wahyu yang kini sudah duduk di atas tempat tidur. "Oh ya, aku sudah mentransfer uang ke rekeningmu," lanjutnya seraya merebahkan diri di atas tempat tidur yang sempit itu.
Zahra menjawab dengan anggukan saja, lalu berjalan ke arah tempat tidur dan merebahkan diri di sana.
Wahyu hanyalah seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan ternama yang ada di Ibu Kota Jakarta. Gajinya 6 juta perbulan, dan itu pun di serahkan separuhnya saja kepada Zahra, dan sisanya di pegang oleh Wahyu sendiri.
Zahra menatap langit-langit kamarnya, dengan perasaan yang hancur, sakit dan juga patah hati, tidak menyangka jika suaminya yang dulu sangat mencintainya telah mendua. Karena melihat Wahyu yang sangat mencintainya, Zahra kala itu sampai kabur dari rumah demi mempertahankan hubungannya, dan ia menikah dengan Wahyu tanpa persetujuan orang tuanya. Zahra kini baru merasakan penyesalan.
Benar kata orang, jika menikah tanpa restu orang tua hubungan pernikahan itu tidak akan harmonis.
Lelah dengan pikirannya yang kalut, akhirnya Zahra memejamkan kedua mata, terlelap dalam mimpinya, akan tapi baru lima menit memejamkan kedua mata, ia kembali terbangung ketika mendengar suaminya sedang mengobrol melalui sambungan telepon.
Dalam diam wanita itu meneteskan air mata sangat deras, saat mendengar percakapan suami yang sepertinya dengan wanita lain.
"Iya, bye ... muach ..." Wahyu segera menutup panggilan teleponnya dan segera meletakkan ponselnya di atas nakas seraya melirik istrinya yang tidur membelakanginya. Melihat nafas Zahra yang teratur, ia yakin kalau istrinya itu sudah terlelap, dan tidak mendengar pembicaraannya.
*
*
Pagi hari telah tiba, seperti biasa Zahra bangun tepat jam 5 pagi untuk membereskan rumah dan juga memasak. Rumah sederhana itu masih mengontrak, suaminya dari kalangan yang kurang mampu, tapi Zahra dulu tidak memusingkannya yang terpenting dia hidup bahagia bersama suaminya, tapi setelah mengetahui sebuah fakta jika suaminya telah selingkuh, Zahra merasa sangat menyesal.
"Buatkan aku bubur kacang hijau!" titah ibu mertua secara tiba-tiba dan mengejutkan Zahra yang sedang melamun di dekat kompor.
Zahra menoleh dan menganggukkan kepala, dia segera membuatkan permintaan ibu mertuanya tanpa membantah.
Tidak berselang lama Wahyu bergabung di meja makan bersama ibunya.
"Wahyu, Ibu minta uang buat beli baju baru dong." Ismi merayu putranya yang duduk di sebelahnya.
"Minta sama Zahra, aku sudah memberikan uang kepadanya," jawab Wahyu pada ibunya.
"Dengar itu Zahra! Jadi aku minta uang 1 juta buat beli bajiu baru." Ketus Ismi sambil menatap tidak suka kepada Zahra. Dia sebenarnya juga tidak menyukai Zahra, karena ia mengira jika Zahra adalah wanita gelandangan yang di persunting oleh putranya.
Zahra menelan ludahnya dengan pahit, dia menatap suaminya dengan tatapan nanar.
"Mas, bukannya aku tidak mau ngasih, tapi kebutuhan bulan ini sangat banyak. Uang yang kamu berikan mana cukup kalau di minta Ibu satu juta." Zahra berkata kepada suaminya, berharap kalau suaminya itu mengerti dan membelanya, akan tetapi dugaannya itu salah, Wahyu malah semakin menyudutkanya.
"Pintar-pintar kamu mengatur keuangan!" Wahyu menatap tajam istrinya.
"Dasar wanita tidak berguna! Bisanya cuma minta sama suami!" timpal ibu mertua tanpa sadar diri.
Zahra mengepalkan kedua tangannya dengan erat, sudah cukup kesabarannya selama ini karena selalu di tindas ibu mertua yang kejam, belum lagi suaminya sudah ketahuan mendua.
Zahra selesai memasak, dia meletakkan menu sarapan di atas meja makan.
"Mana buburku?" tanya Ismi kasar.
"Belum matang," jawab Zahra.
"Dasar nggak berguna!" umpat Ismi tapi dengan nada pelan, dan Zahra masih bisa mendengarnya.
Zahra berusaha keras meredam emosinya agar tidak meluap.
****
Jangan lupa Like, komentar, kasih setangkai bunga, dan subscribe novel ini agar tidak ketinggalan updatenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
Yuuuhuuuu mampir disini
2024-10-01
0
Catursiwi Nurhandayani
sekali kali paksu suruh atur duit kebutuhan rumah tangga sendiri biar mumet....istri adalah direktur keuangan yg gak ada tandingannya...seberapa hasil paksu bisa cukup
2024-09-25
0
Griselda Nirbita
dasar mertua laknat... beli baju aja harganya 1 juta... minta uang ke anak pula... merepotkan
2024-09-08
0