Hanna harus menerima kenyataan pahit bahwa sang suami telah memiliki hubungan dengan saudara kandungnya.
Ia merasa di bodohi dengan sikap suaminya yang baik dan penyayang, begitu juga dengan sikap adik kandungnya yang terlihat baik dan polos. Namun ternyata mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya.
Apakah Hanna akan memaafkan suami dan adiknya? atau ia akan pergi dari kehidupan rumah tangganya?
Yuk ikuti ceritanya! jangan lupa like, komentar, dan suscribe ya. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratih Ratnasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Akhirnya mereka bertiga telah pulang ke rumah, Hanna sangat bahagia melihat Dafa ceria kembali seperti kemarin.
"Tante, kita main yuk!" ajak Dafa dengan menarik tangan Hanna.
"Iya," Bram melihat Dafa yang sangat bahagia dengan Hanna. Baru kali ini ia menemukan pengasuh untuk Dafa yang sangat akrab dengannya. Bram sendiri merasa terbantu setelah ada Hanna dirumahnya.
Bram tersenyum melihat mereka berdua, tak lama kemudian ia juga merasakan sedih pada hatinya. Tiba-tiba hatinya teringat pada istri yang sudah tiada. Bram membayangkan bahwa dirinya bertiga sedang bahagia, namun semua itu hanya bayangan yang tak mungkin terjadi.
Hanna menyadari tatapan Bram pada dirinya, ia langsung memanggilnya.
"Mas, kenapa melamun di sana?" dengan cepat Bram menggelengkan kepalanya.
"Ah tidak, kalau gitu aku permisi dulu," ucapnya, membuat Hanna heran dengan tingkah Bram.
"Hem, ada-ada saja," pikir Hanna.
Hanna kembali bermain dengan Dafa, mereka berdua seperti ibu dan anak. Dafa sangat ceria, begitu juga dengan Hanna.
Hari ini adalah hari pernikahan Revan dan Sarah. Pesta pernikahan dilaksanakan di hotel milik Bu Rohanah.
Sarah memandang cermin yang ada di hadapannya. Ia sangat cantik seperti bukan dirinya. Revan benar-benar mencari orang yang bisa merias Sarah dengan sempurna.
"Mas, gimana? Aku cantik gak?"
"Cantik, sayang."
"Terima kasih, Mas. Sudah membuat aku seperti bidadari," Revan hanya tersenyum menanggapi Sarah, bagi dirinya Hanna tetaplah yang paling cantik.
"Sebentar lagi pesta pernikahan kita akan di mulai, perlihatkan dirimu pada kakakmu bahwa kau bahagia,"
"Tentu saja, kak. Em maksudku Mas,"
"Lain kali biasakan panggilan Mas untukku, kau jangan panggil aku kakak. Karena sekarang aku bukan kakakmu lagi."
"Baik, Mas," ucap Sarah mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Revan.
"Bagus, ayo kita kebawah." Revan melambaikan tangannya pada Sarah, kemudian Sarah menggenggam tangan suaminya dengan mesra.
Semua orang menatap Sarah dengan kagum, Sarah benar-benar cantik seperti bukan dirinya. Banyak orang yang memuji dengan kecantikan dan ketampanan mereka berdua.
"Selamat atas pernikahan anda tuan Revan," ucap salah seorang tamu undangan.
Semua tamu menatap ke arah pintu utama dengan kedatangan pasangan baru yang baru dilihatnya.
"Hanna!" ucap Revan dengan takjub melihat Hanna yang jauh lebih cantik dari Sarah.
Bram sengaja membawa Hanna ke salon untuk mempercantik tampilannya. Bram ingin Hanna terlihat cantik di mata orang. Awalnya Hanna menolak untuk di make up, karena ia tidak suka dengan riasan wajah Namun setelah Bram membujuknya ia terpaksa menerima tawaran Bram.
"Mas, aku malu," ucap Hanna, ia tak sadar bahwa dirinya menggenggam tangan Bram dengan erat, sehingga terlihat mesra di mata orang.
Revan mengepalkan tangannya, ia cemburu melihat mantan istrinya bersama pria lain. Ia kira Hanna tak akan berpenampilan seperti itu, namun ternyata Hanna lebih cantik dari pengantin wanita. Sehingga semua orang tertuju pada Hanna, apalagi Bram yang membawanya karena ia CEO terkaya dari perusahaan mana pun. Hanya saja Bram tak pernah menunjukan jati dirinya, hanya ada beberapa orang penting yang tahu bahwa Bram orang terkaya.
"Selamat atas pernikahanmu," ujar Bram pada Revan.
"Ah, iya terima kasih," kemudian Hanna melambaikan tangannya pada Revan dan mengucapkan selamat. Namun Revan tak melepaskan tangannya, ia merasa tangan itu yang pernah membelainya. Tangan Hanna yang pernah memberinya kasih sayang, ia sangat merindukan tangan itu.
Hanna mencoba melepaskannya, namun Revan masih mengeratkan pegangannya. Ia masih mantap Hanna dengan tatapan rindunya.
Sementara Sarah tak suka dengan kedatangan kakaknya, Sarah hanya bisa melihat tatapan Revan pada Hanna. Ia sangat cemburu dengan Revan yang masih mengharapkan mantan istrinya.
"Mas," tanya Sarah, sehingga ia sadar masih mengeratkan pegangannya pada tangan Hanna.
"Ah, maaf," ucap Revan, lalu ia melepaskan tangannya.
"Lain kali jangan seperti itu, kau sudah memiliki istri baru. Jadi jaga pandanganmu." kata Bram menatap tajam pada Revan.
Revan merasa malu pada dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol. Ia juga sangat marah pada Bram yang menasehatinya.
Sementara Sarah sangat kagum pada Bram.
"Kak Hanna pintar sekali mencari pria, kenapa pria itu sangat tampan?" ucapnya dalam hati.
...----------------...