Godaan Tetangga Seksi

Dalvin menutup panggilan teleponnya dan berjalan menghampiri Inggit. Dalvin tak mau kehadiran dua orang asing yang terus mengikuti merusak acara bahagianya bersama Inggit. Sudah lama Dalvin tidak bertemu dengan Angel, kini di saat ia menemukannya ia sudah bertekad akan membuat Angel semakin bahagia.

Dalvin menemani Inggit bolak-balik keluar masuk toko sesuka Inggit. Jika ada barang yang disentuh oleh Inggit dan terlihat kalau Inggit begitu menginginkannya, Dalvin akan membelikannya untuk Inggit tanpa Inggit minta. David benar-benar memanjakan Inggit dengan semua harta yang dimilikinya.

Selama berjalan jalan di Mall, Dalvin terus diawasi oleh dua orang asing yang mengikutinya terus. Sesekali Dalvin berbalik badan dan kedua orang asing itu akan pura-pura tidak melihat apa yang ia dilakukan. Dalvin yakin orang-orang ini bukan suruhan dari rekan bisnisnya. Dalvin yakin kalau mereka adalah suruhan dari seseorang.

Tak lama Inggit pamit untuk ke toilet. Dalvin terus memperhatikan kedua orang itu yang terus mengikuti Inggit. Radar bahaya dalam diri Dalvin berbunyi, Dalvin pun mengikuti Inggit lalu tanpa sepengetahuan dua orang itu, Dalvin menarik salah satu di antara mereka ke tangga darurat.

Terjadi perkelahian sengit di dalam. Mereka berdua tentu tak ada apa-apanya dibanding Dalvin yang menguasai 3 jenis bela diri, taekwondo, karate dan pencak silat. Tak butuh waktu lama, Dalvin sudah membuat mereka bertekuk lutut.

"Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Dalvin.

Tak lama anak buah Dalvin datang dan membantu memegangi penguntit yang lain.

"Tak ada yang menyuruh kami, tolong lepaskan kami!"

"Cepat jawab! Siapa yang menyuruh kalian!" Dalvin memelintir tangan penguntitnya sampai dia berteriak kesakitan.

"Bos, ini di Mall. Jangan sampai membuat keributan," kata anak buah Dalvin.

Dalvin menahan dirinya. "Bawa mereka ke markas dan cari tahu siapa yang menyuruh mereka!"

Dalvin melepaskan penguntitnya dan membiarkan menjadi urusan anak buahnya. Ia kembali menemui Ayara dan tersenyum seakan tak ada yang terjadi.

"Kamu mau kemana lagi, Ra? Aku akan mengantar kemana pun kamu pergi," kata Dalvin.

"Kayaknya aku mau pulang saja deh, Mas. Aku tak enak, nanti Mas Fandi pulang kerja aku tak ada di rumah."

Dalvin menghela nafas kesal. "Kenapa sih kamu masih saja peduli dengan lelaki itu. Git, dia tak menghargai kamu. Dia banyak menyakiti kamu. Aku tak mau melihat kamu sedih lagi. Aku sudah berjanji sama kamu kalau aku akan melindungi kamu selamanya. Tak akan kubiarkan dia menyakiti kamu, Git."

Inggit mengernyitkan keningnya dan menatap Dalvin dengan tatapan heran. "Kamu berjanji padaku? Kapan?"

"Waktu itu di taman kupu-kupu sebelum kita berpisah," jawab Dalvin tanpa sadar.

"Taman Kupu-kupu? Aku tak tahu dimana Taman Kupu-kupu, kapan kita kesana?" tanya Inggit lagi.

Dalvin baru menyadari kecerobohannya. Ia baru saja mengungkap kisah masa lalu mereka tanpa sengaja. "Eh, bohong deh. Aku kesal saja kamu mengingat suamimu di saat kita sedang berdua, jadi aku mengarang cerita deh. Yaudah, ayo kita pulang!"

Inggit memaksakan senyum di wajahnya. Ia terus memikirkan Taman Kupu-kupu. Rasanya Inggit mengenal tempat tersebut. Sesampainya di rumah, Inggit mencari tahu tentang Taman Kupu-kupu.

"Ternyata beneran ada loh Taman Kupu-kupu. Kenapa aku seperti mengenalnya ya?" gumam Inggit.

Tak lama Fandi pulang dan tiba-tiba memeluk Inggit seolah dia biasa melakukannya. "Hi, Inggit Sayang!"

Inggit terkejut dengan ulah Fandi yang tak biasanya. "Apa sih, Mas? Kenapa kamu tiba-tiba datang dan memelukku?"

"Aku kangen sama kamu. Kamu masak apa?" tanya Fandi yang kembali memeluk Inggit namun mendapat penolakan lagi dari Inggit.

"Aku tak masak. Mas pesan online saja." Inggit berjalan ke kamarnya meninggalkan Fandi.

Lagi-lagi Fandi berusaha mendekati Inggit. Sehabis mandi dan memesan makanan, Fandi mengajak Inggit makan bersama. "Ayo, kita makan bersama. Kamu mau aku suapi?" tawar Fandi.

"Tak usah, Mas. Aku makan sendiri saja."

Fandi tak memaksa Inggit. Mereka makan dalam diam sampai Fandi tiba-tiba bertanya pada Inggit. "Git, bagaimana penawaranku kemarin? Sudah kamu pikirkan?"

Inggit menyudahi makannya. Rasanya sudah tak berselera ditanya seperti ini. "Mas, aku tak tahu kenapa dengan diriku. Awalnya kupikir menjadi istri yang kamu pedulikan adalah yang aku mau namun ternyata setelah menjalaninya aku tersadar kalau ada sesuatu dalam diriku yang aku sendiri tak tahu. Dalam hatiku ada sosok yang kucintai, aku pikir lelaki tersebut adalah kamu, Mas, namun ternyata bukan," kata Inggit terus terang.

"Git, cinta itu bisa hadir jika kamu mau membuka diri kamu. Aku akan menjadi suami yang baik dan sangat mencintaimu. Berikan aku kesempatan untuk membuktikan semua ketulusanku, Git. Aku ... tak mau kehilangan kamu," pinta Fandi lagi.

"Aku tak tahu, Mas. Aku mau ke kamar, mau melukis lagi. Mas sudah selesai makan? Biar aku bereskan piringnya!" Inggit kembali menyudahi percakapan mereka.

Fandi terus melihat Inggit yang berbeda. Semakin lama semakin tidak Fandi kenali. Fandi tak mau menyerah. Ia bertekad membuat Inggit mau kembali padanya.

Fandi pun diam-diam masuk ke kamar Inggit. Rencananya Fandi mau memberi kejutan Inggit dengan memasang lilin aromatherapy di kamarnya. Jika tak bisa membujuk Inggit dengan kata-kata maka Fandi akan membujuk Inggit di ranjang. Bukankah memiliki anak yang selama ini Inggit inginkan?

Fandi membawa beberapa lilin yang baru ia beli ke kamar Inggit saat Inggit sedang mencuci piring. Fandi terkejut mendapati banyak paper bag berisi barang branded dan juga tas mahal.

Tak lama Inggit membuka pintu dan terkejut mendapati Fandi ada di kamarnya. "Mas mau apa?"

"Apa ini semua? Darimana kamu mendapat uang untuk membeli semua ini?" tanya Fandi.

"Itu ... dibelikan Mas Dalvin," jawab Inggit dengan jujur.

"Dalvin? Kenapa dia memberikan kamu semua barang mahal ini?" Fandi kembali tersulut emosi. Ia tak terima istrinya dibelikan banyak hadiah mahal oleh lelaki lain.

"Tak tahu. Mas Dalvin yang menyuruhku memilih baju dan tas lalu membelikan semuanya untukku," jawab Inggit dengan polosnya.

"Menyuruh kamu memilih? Kalian habis jalan bareng? Oh ... sekarang kamu bahkan sudah jalan bareng sama dia?" Fandi mengambil semua barang pemberian Dalvin dengan penuh emosi.

"Mas, kamu mau apa?" Inggit menghentikan langkah Fandi.

"Menurut kamu apalagi? Akan aku kembalikan semua barang pemberiannya!" Fandi membawa semua barang dan berjalan dengan cepat.

Inggit berusaha mencegah Fandi namun suaminya yang sudah emosi tak peduli dengan perkataan. "Diam kamu, Git! Jangan kamu membelanya!"

"Mas, jangan, Mas. Malu. Biar aku saja yang kembalikan," bujuk Inggit.

"Aku bilang DIAM!" bentak Fandi seraya menghempaskan tangan Inggit dengan kasar. Tenaga Fandi yang kuat membuat tubuh Inggit terjatuh dan kepala Inggit terbentur tepi meja.

"Inggit!"

****