NovelToon NovelToon
TUMBAL PANTI JOMPO

TUMBAL PANTI JOMPO

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Penyeberangan Dunia Lain / Roh Supernatural / Tumbal
Popularitas:353.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Novi putri ang

Karena merasa iba melihat para lansia yang ia jaga dan rawat di Panti Jompo yang dikelolanya, Mariyati ingin menghukum semua keturunan para orang tua itu. Para lansia itu hidup seorang diri hingga tiada, tanpa ada sanak keluarga yang menemani sampai mereka semua dijemput ajal.

Demi membalaskan rasa kecewa para orang tua yang dulu ia rawat di Panti Jompo itu, Mariyati rela bersekutu dengan para iblis dari alam kegelapan. Ia membuat beberapa keturunan para lansia itu, untuk membayar semua perlakuan orang tua mereka, pada Nenek atau Kakek mereka. Dengan cara menumbalkan nyawa para cucu atau cicit dari lansia itu. Akankah Mariyati berhasil menumbalkan nyawa keturunan para lansia yang dulu ia rawat. Karena dengan menumbalkan nyawa keturunan para lansia itu, Nenek atau Kakek mereka dapat kembali hidup. Apakah Mariyati berhasil menjalankan niatnya itu? Baca kelanjutan ceritanya yuk.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi putri ang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 SOSOK YANG MENYERUPAI.

Setelah berhasil membujuk Nek Windu, Mariyati mengajaknya menuju meja makan. Mereka semua makan bersama, meski tanpa Nek Dijah dan Dina.

"Bu apakah lebih baik saya bawakan makanan ke kamar Nek Dijah?"

"Tak usah Sintia. Biar nanti saya saja yang urus, kau berikan saja obat-obatan untuk para orang tua." Mariyati pergi bersama Mbah Gito. Mereka masuk ke dalam ruangan yang biasa dipakai ritual.

Nek Windu terlihat murung tak seperti biasanya, ia hanya sibuk merajut tanpa mengobrol dengan lansia lainnya. Widia yang sudah dibuat lupa mengenai sosok perempuan berkebaya compang-camping. Mendatangi Nek Windu dan memintanya untuk minum obat. Tapi Nek Windu menolak, dan membanting gelas air yang ada di tangan Widia.

"Tak usah sok perduli padaku! Kau sama saja dengan mereka, tak benar-benar ingin menolong ku. Percuma kau berikan obat-obatan padaku, yang ku butuhkan hanya satu. Dan aku belum bisa mendapatkan nya, pergilah jangan ganggu aku!" Bentak Nek Windu berjalan tertatih meninggalkan ruang tengah.

Widia yang terkejut melihat reaksi Nek Windu yang tak seperti biasanya, hanya bisa menundukkan kepala kebingungan. Ia melihat Nek Windu kesulitan berjalan, dan ingin berlari mengejar untuk memapahnya. Tapi Nek Siti menghentikan nya.

"Biarkan saja dia seorang diri Wid. Saat ini Nek Windu sedang kurang sehat, sehingga emosinya tak stabil. Kalau sudah lebih baik, dia pasti akan kembali seperti semula."

"Tapi Nek, tugas Widia disini untuk menjaga Nek Windu. Kalau memang sedang kurang sehat, seharusnya Widia lebih menjaganya Nek!"

"Udah Wid, dengerin aja kata Nek Siti. Lagian lu juga masih shock kan karena kejadian tadi?" Tanya Sintia mengaitkan kedua alis mata.

"Gue udah gak apa-apa kok Sin, berkat bantuan Mbah Gito. Kalau gitu gue cuci piring dulu ya, lu temenin Nek Siti aja disini."

Widia pergi ke dapur disusul oleh Doni. Malam itu Kakek Dodit ingin dibuatkan jahe hangat, jadi Doni meminta bantuan Widia untuk membuatkannya. Karena merasa kejanggalan di Panti semakin menjadi, Doni membahas kejadian aneh yang ia alami bersama Riko.

"Masak di belakang Panti ini ada tanah yang bisa menghisap manusia Wid. Awalnya gue sama Riko nyari tanah merah buat Kakek Bimo yang mau buat kebun kecil. Waktu kita cangkul kayak ada sesuatu di dalamnya. Nah Riko turun ke bawah, tapi setelah itu, Riko tersedot ke dalam tanah yang teksturnya padat. Masuk akal gak sih menurut lu?" Tanya Doni yang sedang membantu mencuci piring.

"Kok aneh gitu sih Don, kalau gue sih cuma lihat penampakan sosok yang lehernya kegorok itu. Tapi Sintia yakin, kalau wajah sosok itu mirip sama Beni. Jujur sih gue jadi hawatir sama Beni, takutnya dia kenapa-napa pas perjalanan pulang dari sini." Jawab Widia seraya membakar jahe di kompor.

"Tapi tadi katanya lu lihat hantu lagi pas di dapur. Tapi gue lihat sekarang, lu kayaknya udah gak takut lagi. Malahan berani ke dapur sendirian!"

"Kapan gue lihatnya? Ngaco aja lu Don, tuh udah gue buatin jahe hangatnya. Tinggal lu saring aja!" Jelas Widia membersihkan rak piring, lalu pergi meninggalkan Doni.

Doni sedang menyaring remahan jahe ke dalam gelas. Ia sadar seorang diri berada di dapur, jadi ia buru-buru menyelesaikan aktivitas nya. Tiba-tiba terasa hawa dingin tepat di belakangnya. Doni sampai ketakutan untuk membalikkan tubuhnya.

"Ngapain Don?" Tanya Riko dengan suara datar.

"Ngangetin aja sih Ko. Gue mau anterin jahe hangat ke Kakek Dodit dulu. Btw lu ngapain ke dapur?"

"Gue laper Don, ada makanan gak?"

"Kita makan belum ada satu jam loh, kok lu udah lapar lagi Ko? Kayaknya sih udah gak ada apa-apa deh di dapur. Buat mie instan aja kalau emang masih lapar!" Ucap Doni seraya melangkahkan kakinya pergi.

Ia berjalan menuju ruang tengah, nampak Kakek Dodit sedang berbincang dengan Kakek Bimo. Keduanya membahas sesuatu yang membuat keduanya tertawa.

"Ini Kek diminum dulu mumpung masih hangat. Kake Bimo juga mau sesuatu gak?" Doni memberikan secangkir jahe hangat pada Kek Dodit.

"Ambilkan jaket saja Don, meski sudah bugar, udara malam masih saja mengganggu tubuh ini!" Keluh Kakek Bimo bergidik dengan melipat kedua tangan.

Doni berjalan ke kamar Kakek Bimo, ia melewati dapur dan melihat Riko masih menyantap mie rebus dengan lahapnya.

"Pelan-pelan aja Ko, ntar bibir lu melepuh loh." Kata Doni cengengesan.

Setelah mengambil jaket, ia kembali ke ruang tengah. Disana ia melihat Riko membantu Kakek Ridho merapikan kanvas. Doni menegur Riko supaya mencuci kembali perkakas yang ia gunakan untuk memasak. Supaya besok pagi, mereka bisa langsung menggunakan peralatan dapur.

"Ngomong apa sih lu Don? Bukannya lu yang habis masak dari dapur? Gue dari tadi di teras belakang, nemenin Kakek Ridho ngelukis." Jelas Riko mengaitkan kedua alis mata.

Doni tercekat untuk beberapa saat, lalu ja menggaruk kepala yang gak gatal.

"Gak usah becanda deh Ko, tadi gue lihat lu ke dapur. Katanya lu lapar, makanya gue bilang masak mie instan aja. Nah barusan lu lagi makan mie di meja makan, tapi kok cepet banget habisnya emang gak kepanasan mulut lu?" Jelas Doni seraya memperhatikan bibir Riko yang tak memerah.

Plaaak!

Riko menepuk lengan Doni, ia merasa risih karena Doni terus memperhatikan bibirnya. Nampak Kakek Ridho hanya menggelengkan kepala, sampai akhirnya Sintia menjelaskan hal yang sama pada Doni. Jika dari tadi ia ada di teras belakang.

"Ya elah Sin, lu jangan ikutan ngerjain gue deh!"

"Seriusan Don, tadi gue sama Nenek Siti juga ada di teras belakang. Jadi gue tau kalau Riko gak pergi kemana-mana!" Cetus Sintia menghembuskan nafas panjang.

Doni tak bisa berdiri dengan tegak lagi. Ia kehilangan kemampuan menopang tubuhnya. Ia hampir saja terjatuh ke lantai, lalu dengan cepat Riko menahan tubuhnya.

"Lu beneran Riko kan?" Kata Doni melihat Riko dengan keringat yang membasahi seluruh wajahnya.

"Geblek! Ngomong apa sih lu Don, tentu aja ini gue. Emang lu pikir gue siapa?"

Doni menelan ludahnya kasar, ia benar-benar yakin jika melihat Riko di dapur. Tapi Nek Siti menghentikan keributan itu, ia menjelaskan jika hal seperti itu bisa saja terjadi.

"Kalian hidup di dunia ini tak hanya dengan manusia saja. Ada makhluk tak kasat mata yang tinggal berdampingan dengan kalian. Mungkin saja salah satu makhluk itu menyerupai Riko. Jadi Doni mengira jika itu memang Riko, padahal hanya makhluk halus yang sedang jahil. Tak usah takut Don, mungkin makhluk itu ingin menyampaikan sesuatu padamu." Pungkas Nek Siti dengan raut wajah teduh.

"Benar Don, kau harus lebih berani menghadapi mereka. Beberapa dari mereka mendatangi kalian dengan maksud tertentu. Ada yang ingin menyampaikan pesan, ataupun memang ingin menggoda kalian. Tapi kalian tak usah takut, mereka para hantu hanya bisa membuat kalian takut dan tak akan bisa mencelakai kalian. Justru manusia jahatlah yang lebih berbahaya daripada para hantu itu sendiri!" Ucapan Kakek Ridho membuat mereka tertegun.

Hanya Sintia saja yang mengambil kesimpulan, dari nasehat kedua lansia yang ada di depannya. Ia menganggukkan kepala seraya mengatakan, jika ia akan mencoba lebih berani lagi. Ketika ia tanpa sengaja harus berhadapan dengan sosok hantu, yang kemungkinan akan menampakkan wujudnya lagi.

1
Mila Karmila
habis SDH anak kampus g ada jagoan yg datang g seru
Susanti Puspasari
lom ada lanjutan nya ya , halo thor ap kabar , udh lama ga hadir di sini , saya pikir ada kelanjutan ,tau nya masih sama aja
Curang 20
apaa masihh ada yg baca di 30 desember 2024
Cindy
lanjut kak
Mita Rakha
sebenarnya ini cerita masih berlanjut gak she,, kok gantung ya,,,
Curang 20: iyaa di gantung udah kaya jemurah aja iya pake di gantung
total 1 replies
Yessi Amelia
dari lama nungguin
Yessi Amelia
up thor nanggung
Eviidolarr Eddo
Luar biasa , bikin dag-dig-dug
padahal cuma baca tapi panas dingin nya beneran cok
Yessi Amelia
lanjut thor
Sari Yuliati Pani
belom tamat kan ini novel 🤔
Sari Yuliati Pani
bala bantuan utk dina n mbah mar udh dateng tuh
Sari Yuliati Pani
oo ternyata ini 7an mbah mar
Sari Yuliati Pani
huuffhh.. bcnya kayak hbs lari maraton thor
Sari Yuliati Pani
akhirnya dateng jg tuh bantuan..ah bs aja tuh pesan author..bs ngebayangin 🤭
Sari Yuliati Pani
👍👍
Sari Yuliati Pani
huuffhh.. bcnya sambil tahan napas .. tegang oi
Sari Yuliati Pani
udah sintia g usah mikir yg lain dl..selametin diri dl..br nyari bantuan
Sari Yuliati Pani
yaah ketelen kaann 😞..nah ada kebon bambu pulak.. bikin merinding😥
Sari Yuliati Pani
apakah ada ilmu hitam kayak gitu
Sari Yuliati Pani
kayaknya yg tinggal di panti ini udah metong semua yak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!