"Kapan nikah? Kerja mulu, nanti jadi perawan tua lho."
Pertanyaan seperti itu selalu dia terima dari keluarga besar Airin Saraswati ketika mereka sedang berkumpul. Sebutan perawan tua adalah sesuatu yang melekat dengan wanita berusia 33 tahun itu. Namun, dia tidak merasa terusik sama sekali dengan ocehan-ocehan mereka yang menuntutnya untuk segera menikah.
Sampai akhirnya Airin bertemu dengan pemuda bernama Arjuna yang memiliki usia yang jauh lebih muda darinya.
"Menikahlah denganku, Arjuna. Kamu tidak perlu bekerja karena aku sudah memiliki banyak uang, kamu cukup jadi suami yang baik untukku."
Seperti apa kisah mereka berdua. Akankah laki-laki bernama Arjuna itu menerima pinangan sang perawan tua bernama Airin Saraswati itu.
"Perawan Tua Menikahi Berondong."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjelasan
Arjuna seketika merasa terkejut tentu saja. Dia tidak menyangka bahwa emosi Airin akan meledak-ledak seperti ini. Baru kali ini dia melihat istrinya murka, bahkan setelah sang istri melihat dirinya berpelukan dengan wanita bernama Nanda kala itu, dia tidak seemosi ini. Arjuna bangkit dan berdiri lalu seketika memeluk tubuh istrinya mencoba untuk menenangkan.
Grep!
Dia memeluk erat tubuh Airin. Wanita itu sontak menggerakkan tubuhnya mencoba untuk berontak dan melepaskan pelukan suaminya. Buliran air mata pun seketika berjatuhan membawahi wajah cantik seorang Airin.
"Lepaskan aku, Arjuna!" pinta Airin seraya menggerakkan tubuhnya sedemikian rupa.
"Tidak, saya gak akan melepaskan kamu sebelum kamu mendengarkan penjelasan saya dulu, Rin."
"Aku sudah tidak butuh lagi penjelasan dari kamu. Semuanya sudah jelas, kamu berduaan dengan seorang wanita tadi. Dia pasti si Nanda 'kan? Atau, ada wanita lain lagi yang kamu sembunyikan dari aku?"
Arjuna seketika mengurai pelukannya. Dia mencengkeram kuat bahu Airin, kedua matanya menatap tajam wajah sang istri. Sepertinya istrinya ini telah hilang kepercayaan kepada dirinya dan itu membuat dia merasa kecewa tentu saja. Di saat dia mencoba untuk menahan diri dan juga hasratnya kepada wanita itu, istrinya ini malah melontarkan tuduhan yang sama sekali tidak benar.
"Dengarkan saya, Airin. Saya memang sedang bersama Nanda tadi, tapi tidak terjadi apa-apa di antara kami. Kamu harus percaya sama saya, dia memang sempat menggoda saya, tapi--" Arjuna tidak meneruskan ucapannya.
"Tapi apa? Kamu akan tergoda sama dia dan kalian--" Airin menggigit bibir bawahnya keras, tidak sanggup untuk mengucapkan hal yang menjijikkan itu.
"Tidak! Saya sama sekali tidak tergoda. Sedikitpun tidak!"
"Lalu kenapa kamu menemui dia? Kenapa kalian berduaan saja di sana, kenapaaa?!" Airin menaikan suaranya dengan napas yang tersengal-sengal.
"Saya akan menjelaskannya nanti. Sekarang saya benar-benar sudah tidak tahan lagi, Airin!" jawab Arjuna seketika itu juga mencumbui tengkuk istrinya kasar.
Dia yang sudah sedari tadi menahan gejolak di dalam tubuhnya, ingin segera melampiaskan gairah yang sudah tidak terbendung lagi kini. Airin tentu saja berontak. Dia berusaha untuk melepaskan diri dan mengurai jarak di antara mereka. Namun, usahanya tentu saja sia-sia.
Tubuhnya di hempaskan begitu saja ke atas ranjang. Dengan begitu buasnya, Arjuna kembali menyisir setiap jengkal leher jenjangnya bahkan mencium bibirnya kasar. Airin merasa tidak suka dengan sikap kasar suaminya itu, dia mencoba untuk mendorong tubuh Arjuna, tapi lagi-lagi usahanya gagal.
Kedua tangannya di cengkraman lalu di letakkan di atas kepalanya kini. Kedua mata Arjuna menatap tajam wajah istrinya, napas laki-laki itu terlihat berhembus tidak beraturan.
"Saya sudah menahan hasrat saya ketika si Nanda itu menggoda saya. Dia bahkan melucuti pakaiannya di depan saya, Airin. Sampai akhirnya kamu menelpon saya dan menyelamatkan saya dari jebakan dia tadi," lirih Arjuna kemudian.
"Apa itu artinya jika aku tidak menelpon kamu, kalian benar-benar akan melakukan hal itu?" segurat kesedihan semakin terlihat dari raut wajah Airin kini. Dadanya terlihat naik turun, menahan rasa sesak karena menopang tubuh suaminya yang saat ini menindih tubuh ramping seorang Airin.
"Tidak!"
"Bohong! Laki-laki mana yang tidak akan tergoda ketika dia dihadapkan dengan tubuh polos seorang wanita."
"Ya ... Saya akui, saya memang sempat tergoda pada awalnya. Kamu benar, saya laki-laki normal yang akan tergoda jika dihadapkan dengan tubuh polos seorang wanita. Namun, saya berhasil menahannya, Airin. Karena saya punya kamu, istri saya. Untuk apa saya berhubungan badan dengan wanita lain di saat saya bisa melakukannya bersama kamu, istri saya sendiri."
"Saya berhasil mengendalikan hasrat liar saya. Saya berhasil menahan gejolak di dalam jiwa saya, semua ini demi kamu, Airin. Jika saya belum menikah, jika saya tidak memiliki istri sebaik dan secantik kamu, mungkin saya sudah benar-benar tidur dengan wanita itu, tapi saya tidak melakukannya dan berada di sini sekarang," jelas Arjuna panjang lebar.
Tatapan mata Airin pun mulai terlihat melemah tidak setajam sebelumnya. Sepertinya dia bisa menangkap kejujuran Arjuna, suaminya ini selalu saja pandai dalam bermain kata. Dia bak pemain handal yang sudah biasa menaklukan hati seorang wanita.
"Lalu untuk apa kamu datang ke sana?" tanya Airin dengan nada suara lemah.
"Saya datang ke sana untuk mengembalikan uang yang telah saya pinjam. Dia ingin saya mengembalikan uang itu secara cash. Itu sebabnya saya datang ke sana. Kamu harus percaya sama saya, Airin."
"Lepaskan kedua tangan aku, sakit!" rengek Airin dengan nada suara manja.
"Eu ... Maafkan saya, sayang. Saya tidak bermaksud untuk menyakiti kamu, saya hilang kendali. Maafkan saya," jawab Arjuna, melepaskan cengkraman tangan istrinya.
Laki-laki itu menatap pergelangan tangan Airin yang kini memerah akibat kuatnya cengkraman tangannya. Rasa bersalah pun terselip di dalam lubuk hati seorang Arjuna kini. Dia pun mengecup pergelangan tangan istrinya lembut dan penuh gairah tentu saja.
"Maafkan saya, sayang," bisik Arjuna kembali menatap sayu wajah Airin.
"Jangan pernah berduaan dengan wanita lain lagi, apa yang terjadi jika aku tidak menelpon kamu tadi."
"Iya, saya janji," jawab Arjuna, seketika itu juga memuntahkan hasrat yang kian meronta-ronta meminta untuk di salurkan.
BERSAMBUNG
...****************...
ayo Rin kuat jgn sampai terlena 😩😩