"Sudah saya katakan, keluar!". Lee sudah kehilangan kesabarannya. Semenjak lumpuh ia menjadi tempramental.
" Saya tidak akan keluar Tuan. Sekarang Tuan adalah tanggung jawab saya. Saya akan merawat Tuan". Kei tetap kekeh dalam pendiriannya untuk merawat Tuan Mudanya itu.
"Apa yang kamu inginkan?!". Lee menatap nyalang Kei. Ia begitu gusar karena kedatangan Kei sebagai orang yang merawatnya.
" Saya menginginkan untuk merawat Tuan. Jadi mohon kerjasamanya. Saya juga butuh uang saat ini, Tuan". Kei memelas, ia memang butuh uang untuk membayar angsurannya.
"Butuh berapa? Cepat katakan!". Lee benar benar membentak Kei. Kei malah memandangi Tuannya lamat lamat.
" Kenapa Tuan menanyakan itu?".
"Supaya kamu cepat pergi. Saya tahu kamu seperti pengasuh sebelumnya. Hanya menginginkan uang".
Lee sangat meremehkan tekad Kei. Kali ini Kei tidak tergoda dengan iming iming uang itu.
Akankah Kei bisa melunakkan hati Tuan Muda Lee yang sangat tempramental itu? Atau justru akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
" Tuan tapi saya tidak bisa." Kei melepaskan tangan itu dari genggaman Tuan Muda
"Kenapa Kei?" Tuan Muda Lee masih memandang lekat Kei. Ada tersirat wajah yang begitu sendu di wajah Kei.
Tuan Muda Lee meyakinkan Kei dengan menggengam lebih erat jemarinya.
"Apa yang membuatmu menolak saya, Kei? Apa karena saya cacat?" Tuan Muda Lee harus menanyakan hal itu juga. Siapa tahu kalau Kei ingin memiliki pasangan yang sehat seperti Akash.
Kei yang mendengar pernyataan Tuan Muda Lee langsung buru buru menggelengkan kepalanya. Bukan itu yang menjadi penghalangnya.
"Bukan Tuan. Bukan itu, aku tidak pernah memandang seseorang hanya karena fisiknya. Hanya saja..."
Ucapan Kei yang menggantung makin membuat Tuan Muda Lee penasaran. Bagaimana tidak, orang yang selama ini ia dambakan malah menolaknya. Tapi ia tidak pantang menyerah.
"Hanya saja apa Kei? Jawab." Kali ini Tuan Muda bertanya dengan lembutnya. Tidak ada kata bentakan yang keluar dari mulutnya.
Kei yang terus terusan menunduk diangkat dagunya oleh Tuan Muda. Mereka saling berdekatan. "Kenapa Kei? Saya menunggu jawaban darimu." Akhirnya mereka saling berpandangan dan menatap manik coklat di mata pasangan itu.
"Saya hanya pengasuh. Status sosial saya lebih rendah. Tuan adalah orang yang berstatus sosial tinggi. Tuan adalah orang yang terpandang. Sedangkan saya? Saya hanya buruh, Tuan. Saya tidak pantas, saya... "
Sebelum mengatakan hal itu, di bibir Kei sudah tertempel jelas jari telunjuk Tuan Muda.
"Kei, lihat saya. Pandang saya Kei. Saya tidak pernah melihat orang dari status sosialnya.. Untuk apa saya melihat hal itu. Yang terpenting buat saya saat ini adalah rasa kenyamanan. Saya nyaman Kei di dekatmu."
Entah mendapat keberanian darimana Tuan Muda Lee ini. Ia berani mengutarakan perasaannya itu kepada Kei.
Kei dibuat mematung atas penjelasan dari Tuan Muda Lee. Ia tidak pernah menyangka berada di titik ini. Yang ada di benaknya dulu hanyalah mencari uang. Itu saja
"Tuan, tapi..."
"Tapi apa Kei? Kamu khawatir dengan keluarga saya? Takut mereka tidak menerima hubungan ini?" Tuan Muda Lee langsung memotong pembicaraan Kei itu.
Ia tidak mau Kei menjadi overthinking karena masalah status sosialnya.
"Kenapa Tuan bisa mengerti?" Kei mengerjabkan matanya.
"Keluarga saya tidak pernah memandang seseorang dari status sosial mereka. Sama sekali, bahkan kamu bisa lihat sendiri bagaimana Mommy memperlakukan maid di mansion ini dengan baik."
Tuan Muda Lee terus menggengam tangan Kei dengan eratnya. Ia mengelus punggung tangan Kei itu dengan lembut.
"Saya tidak percaya diri Tuan. Saya tetap tidak bisa." Kei melepas genggaman tangan Tuan Muda.
"Oke, saya tidak akan memaksa. Tapi saya minta ke kamu. Tolong jangan pernah menghindar dari saya setelah ini. Saya tahu kok Kei kamu menolak itu, bukan hanya status sosial tapi juga fisik saya. Tidak apa apa saya juga sadar diri. Mana ada yang mencintai saya jika kondisi saya cacat tidak berguna seperti ini."
Tuan Muda memalingkan mukanya. Ia menatap pemandangan dari balkon itu. Harapannya menjadikan Kei sebagai kekasih pupus.
"Tidak Tuan, saya tidak pernah memandang orang dari fisiknya, termasuk Tuan. Kalau boleh jujur, saya juga ada rasa dengan Tuan sebenarnya. Tapi alangkah baiknya saya memantaskan diri saja."
Mendengar kata 'saya juga ada rasa' langsung membuat Tuan Muda Lee menarik atensinya ke arah Kei kembali.
"Kei, ulangi perkataanmu tadi. Saya ingin mendengarkannya." Tuan Muda Lee tidak mau salah dengar dengan ungkapan perasaan Kei barusan.
"Sa-saya juga ada rasa dengan Tuan. Maaf saya tidak bermaksud lan..."
Detik itu juga tanpa ada rasa gengsi di hatinya, Tuan Muda Lee memeluk Kei. Cintanya memang tidak bertepuk sebelah tangan. Ia yakin itu, ia akan memperjuangkan Kei apapun caranya.
"Saya juga ada rasa Kei denganmu. Saya bahkan mulai mencintaimu. Dan mau kah kamu menjadi kekasih hatiku?"
Bak pujangga, Tuan Muda Lee mengungkapkan perasaan cinta itu pada Kei.
"Sa-saya tidak bisa Tuan." Perkataan Kei sontak membuat Tuan Muda Lee mengerutkan dahinya. Apa maksud Kei ini? Apa dia akan memainkan perasaan Tuan Muda Lee? Apa dia seberani itu?
"Kei... " Tuan Muda Lee merasa dirinya tidak ada harapan lagi. Ia menatap sendu pengasuhnya itu.
Kei malah menunjukkan ekspresi bahagianya. "Saya tidak bisa menolak Tuan." Jawaban Kei begitu memporak porandakan hati Tuan Muda.
Rasanya hati Tuan Muda saat ini sedang berada di rollercoaster. Tapi ia cukup bahagia dengan ungkapan hati Kei yang sebenarnya.
"Terimakasih Kei, kamulah yang saya cinta selama ini. Kamu yang membangkitkan rasa semangat saya untuk melanjutkan hidup. Kamu alasannya Kei."
Tuan Muda memeluk Kei dengan erat dan Kei membalas pelukan itu dengan sukacita. I tidak pernah berpikir sejauh ini.
Kei memang ada rasa dengan Tuan Muda, tapi terus ia tepis. Dan puncaknya hari ini. Mereka jadian, mereka menjadi sepasang kekasih yang saling melengkapi.
"Saya bahagia Kei."
"Saya juga, Tuan." Mereka pelukan cukup lama dan sampai pada akhirnya saling melepaskan karena engap juga.
Mereka saling melemparkan senyum manisnya. "Ja-jadi kita pacaran nih?" Kei memvalidasi pernyataan ungkapan hati Tuan Muda tadi.
"Iya" Tuan Muda Lee menjawabnya dengan antusias. Tidak pernah Kei melihat Tuan Muda sebahagia ini.
"Tapi kita seperti ABG saja ya, Tuan? Lucu saja gitu masa iya pacaran. Kita kayanya sudah tidak dalam masa itu deh?"
Kei melayangkan protesnya pada Tuan Muda Lee. Jelas! Kei sudah 24 tahun dan Tuan Muda sudah berkepala tiga. Usianya sekitar 33 tahun. Bagaimana bisa masih dikatakan pacaran?
Tuan Muda Lee terkekeh pelan. "Kamu lebih lucu lagi Kei. Masa iya kita pacaran tapi manggilnya masih Tuan. Saya kekasihmu dan kamu adalah kekasihku. Tidak kah kamu memanggil saya dengan sebutan lain?"
Tuan Muda Lee menaikkan alisnya. Ia menginginkan Kei memanggilnya dengan sebutan yang berbeda, bukan Tuan lagi.
"Sebutan lain? Contohnya?" Kei malah meminta contoh pada Tuan Muda. Sebenarnya ia paham, tapi ia malu mengatakan itu.
"Perlu aku sebutin juga?" Tuan Muda juga mengganti sebutan 'saya' menjadi 'aku'
"Iya."
"Bagaimana jika Honey?"
Kei langsung menggelengkan kepalanya. Ia malu mengatakan itu. "Ah jangan deh, gimana kalau aku panggil Tuan jadi mas saja?"
Tuan Muda malah tertawa puas. "Mas Lee gitu?"
"Lucu ya? Kayanya bakal nyaman sih manggil itu akunya." Kei nyengir lebar.
"Boleh, senyamanmu saja. Aku akan memanggilmu, Honey. Oke kan?"
Kei mengangguk tanda setuju. Tapi ia buru buru bicara. "Mas, aku malu kalau pacaran."
Kei masih mendebatkan itu. Ia merasa tidak pantas umur saja.
"Gimana kalau kita tunangan dulu?" Tuan Muda langsung menawari itu. Dan Kei terdiam.
"Tidak bisa mas, kita selamanya tidak bisa tunangan bahkan menikah."
Pernyataan Kei membuat Tuan Muda Lee terus bertanya tanya, menebak nebak.
"Kenapa sih? Karena status sosial lagi? Fisik?"
"Bukan Mas"
"Lantas?" Tuan Muda Lee menuntut penjelasan Kei.
Jangan lupa vote, like, komentar, dan gift seikhlasnya ya readers supaya Thor lebih semangat menulis cerita ini. Thanks