Satu Malam bersama istri tetangga mampu meluluhkan lantahkan seorang Bastian Emanuel. Ia terjerat pada sosok istri orang
Akankah cintanya mampu di gapai? Ataukah hanya sebatas mimpi? Mimpi yang hanya akan menjadi sebuah bunga tidur tanpa menjadi kenyataan.
"Perawan memang menawan, janda sungguh menggoda, tapi istri orang jauh sangat menantang. Pesonanya terasa berbeda. Menarik," Bastian Emanuel
Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. Memikirkan Kyara
Siang berubah malam, Bastian sedari tadi tidak tinggal diam. Dia selalu saja mondar mandir tidak jelas memikirkan Kyara. Padahal, tadi siang bertemu dan membantu Kyara di kedainya, tapi sekarang kembali teringat pada Kyara lagi.
"Sialan, gue terus saja teringat kekasih ku. Rasanya sungguh tidak karuan kalau belum bertemu dengannya. Apa gue beneran sudah menyukai Kyara? Selalu saja ingin di dekatnya." Bastian bolak-balik seperti setrikaan. Dia yang memang tidak tenang kepikiran Kyara sampai tidak bisa tidur.
Oma Mia mengerutkan keningnya, ia memperhatikan cucu satu-satunya. "Hei, bocah gendeng! Ngapain kau mondar-mandir gak jelas gitu? Lama-lama Oma pusing melihatnya, Bastian." Oma Mia berkata sambil berjalan dengan tangan membawa secangkir kopi susu kesukaannya. Dia duduk sambil meletakkan cangkir di meja, tapi mata terus menatap Bastian.
"Aku kepikiran Kyara, Mak. Tadi siang mereka kembali bertengkar dan Tian takut jika Kyara kembali disakiti oleh suaminya. Entah kenapa perasaan Bastian tidak tenang saja sebelum melihat Kyara, Mak." Balas Bastian berkata jujur mengenai apa yang ia rasa. Tidak ada kebohongan yang tidak diucapkan dan tidak ada hal yang disembunyikan kepada Omanya.
"Hmmm itu yang membuat mu terus mondar-mandir tidak karuan. Oma sih biasa saja, paling juga jika terjadi sesuatu bakal kedengeran ke sini. Meskipun Oma juga merasakan seperti yang kau rasakan, tapi omah percaya kalau Kyara baik-baik saja. Mendingan kau tidur sana!" titah Oma Mia sambil mengambil cangkirnya, lalu menyeruput pelan kopi yang masih hangat.
"Itu dia masalahnya, Mak. Tian kagak bisa tidur sebelum lihat wajah dia. Tian ke rumah Kyara, ya." Bastian ingin berlari ke luar rumah.
"Bastian Emanuel! Jangan coba-coba keluar dari rumah tanpa seijin Oma!" seru Oma Mia begitu tegas.
Langkah Bastian terhenti, ia menoleh dan mendengus kesal. "Ayolah, Mak. Sebentar saja, hanya ini memastikan dulu. Kalau sudah lihat aku bakalan pulang." Bastian memohon supaya Omanya memberikan dia izin menemui Kyara.
"Masuk kamar sana!"
"Oma..."
"Bastian Oma bilang masuk kamar! Ini bukan waktu yang pas untukmu bertemu dengannya. Kau tidak dengar ada suara motor Beni berhenti di depan rumah Kyara? Suaminya ada dan itu artinya Beni juga ada." Oma Mia mendengar suara motor berhenti di samping rumahnya. Dia meyakini jika motor itu milik Beni.
"Gue kagak percaya," seru Bastian sambil mendekati jendela dan ingin memastikan yang di katakan Omanya. Dia mengintip di balik jendela, dan ternyata memang benar itu motornya Beni bersama dengan istri keduanya, Lisa.
"Mereka berdua menginap di sana? Bagaimana dengan Kyara? Pasti saat ini hatinya semakin hancur di saat suami dan madunya berada satu atap." Bastian menghela nafas, ia ingin tahu keadaan Kyara dan semakin penasaran.
"Gue harus bisa masuk ke dalam sana setelah Oma tidur. Ya, gue tidak peduli dengan yang lainnya karena yang gue pedulikan perasaan kyara saat ini," batin Bastian. Dan Bastian memutuskan menunggu sampai Omanya tidur, barulah dia akan keluar rumah.
"Ada 'kan? Kau todak bisa bertamu ke sana." Oma Mia bersuara.
"Ya, Emak benar. Kalau gitu mending tidur saja lah." Bastian pun berjalan ke kamarnya.
Sesampainya di dalam kamar, dia mengirimkan pesan kepada Kyara. Namun, sebelumnya Bastian merebahkan dulu badannya, ia terlentang dengan tangan memegang ponsel.
( "Hei! Pacar, lo tidak kenapa-kenapa 'kan? Laki lo tidak berbuat kasar 'kan?" )
Pesan itu pun terkirim centang dua, tapi masih abu dan belum di baca.
*****
Rumah sebelah.
Tok.. tok.. tok...
"Kyara, buka pintunya!" Beni terus mengetuk pintu rumah dikarenakan ia tidak bisa masuk sebab Kyara sudah menguncinya. "Kyara, buruan buka!"
Kyara yang sedang menggunakan skincare di wajahnya mendengus kesal. "Iya, tunggu sebentar!" Lalu, Kyara beranjak ke depan.
Ceklek.
Pintu di buka.
"lu ngapain saja sih lama banget buka pintu juga! Dari tadi gue dan Lisa nungguin pintu ini dibuka, eh lu malah anteng di rumah. Pakai acara di kunci segala, ini masih jam sembilan, belum terlalu malam." Gerutu Beni mendelik kesal.
"Tahu nih, telinganya tuli kali. Di panggil lama nyahutnya. Sudah tahu kita ini pegel di luar, eh malah diam anteng di dalam. Lagian jadi istri gak peka banget suaminya akan pulang." Lisa juga ikut menggerutu memarahi Kyara, tapi Beni tidak menegur istri keduanya.
Kyara memutar matanya jengah atas kelakuan Lisa yang juga ikut-ikutan memarahi. "Ingin rasanya ku robek mulut dietnya itu. Nyebelin banget jadi bini kedua."
"Aku pikir Abang tidak akan pulang ke rumah. aku pikir Abang bakalan nginep di rumah istri kedua, makanya Kyara kunci nih pintu. Eh tak tahunya balik ke rumah istri pertama, gak punya tempat pulang ya selain ke istri pertama? Eh aku lupa, kan kita sama-sama tidak punya rumah, hanya numpang di rumah suami," sindir Kyara pada keduanya dan mengingatkan dia sendiri.
"Kyara kau ...!!!" Lisa ingin menjambak rambut Kyara, tapi Beni menghalangi.
.
kesel kaya cerita ikan terbang....
UU=ujung-ujungnya ku menangis..... membayangkan. ga usah lu bayangin dasar.....