Karena dikhianati oleh sang kekasih membuat Inez hancur sehancur-hancurnya dan dia memilih menenangkan diri di taman kota, tak sengaja juga dia menyelamatkan seorang bocah kecil tampan saat di ganggu oleh anak-anak jalanan namun tiba-tiba bocah itu memanggilnya dengan sebutan mama.
"Mamaaaa!" ucap bocah kecil itu.
Disisi lain seorang bocah kecil tersesat di taman kota dan di bantu oleh seorang wanita cantik pun membuat dia memanggilnya mama, itu karena dia sangat merindukan sosok seorang ibu yang tidak pernah dia rasakan sejak lahir dan saat melihat wanita itu bocah itu langsung menginginkan wanita itu menjadi mamanya.
Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?
Yukkk kepoinnnn ceritanya!!
🥕🥕🥕
Follow Instagram @lala_syalala13
Follow TikTok @Lala_Syalalaa13
Follow Facebook @Lala Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22_Jatuh Tempo
Setelah kejadian kemarin malam, Inez masih saja memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan nantinya jika Bara meminta jawabannya.
Pagi ini Inez bersiap-siap untuk pulang ke rumah setelah beberapa hari di rumah sakit memang masih sedikit ada nyeri di tangannya tetapi tidak terlalu sakit dan sudah diperbolehkan pulang juga oleh dokter.
Dia juga sudah ijin dari kantornya untuk cuti sakit beberapa hari karena dia sedang di rawat, dia mengatakan bahwa sakitnya tidak parah dan tidak perlu di jenguk maka dari itu tidak ada rekan kerjanya yang menjenguk nya, bahkan sang sahabat saja tidak tau tentang sakitnya ini.
Sekarang ini di kamar hanya ada Daniel dan juga Inez saja, sedangkan Bara sedang keluar untuk menebus obat.
Inez malah merasa tenang jika Bara tidak ada di sini karena jujur dia belum siap bertemu dengan Bara.
Dari kemarin malam hingga tadi pagi bangun Inez sebisa mungkin menghindari bertatapan ataupun berkomunikasi dengan Bara.
"Mama, mama beneran udah sembuh?" tanya Daniel membuyarkan lamunannya.
"Udah kok sayang," jawabnya.
Tak lama kemudian Bara pun kembali ke kamar dengan membawa obat-obatan yang sudah ia tebus.
"Beres-beresnya udah?" tanya Bara.
"Sudah," jawab Inez dan Daniel bersamaan.
Setelah itu Bara pun mengajak mereka berdua untuk turun dan menaiki mobilnya.
Suasana hening tercipta di dalam mobil, Daniel yang melihat gelagat aneh dari mama dan papanya pun penasaran.
"Mama sama papa berantem ya?" tanya Daniel.
"Enggak, kok sayang!" balas Inez.
"Beneran?"
"Iya."
Setelah itu suasana agak mencair dengan Inez yang bermain dengan Daniel hanya ada raut ceria dan senang dari wajah sang anak membuat Bara ikut tersenyum melihatnya.
Tak berapa lama kemudian mobil Bara pun sudah sampai di depan kontrakan Inez dan kebetulan di sana ada ibu-ibu tetangga Inez yang sedang gosip di depan sehingga mereka melihat Inez di antar pulang oleh Bara.
Saat Inez keluar mobil semua tetangga Inez pada bergosip ria dengan menjelek-jelekkan Inez yang tidak-tidak.
"Beberapa hari ini gak pulang eh ternyata sama laki-laki," sindir salah satu ibu-ibu tersebut.
"Iya, kalau perempuan gak di didik ya gitu," lanjut lainnya.
Inez hanya diam sedangkan Bara yang mendengarkan itu pun terlanjut emosi dan akan membalas ucapan ibu-ibu tersebut tetapi Inez sudah memegang tangan Bara dan menggelengkan kepalanya menyuruh untuk Bara tetap mengkontrol emosinya.
Bara pun segera memegangi tubuh Inez yang masih sedikit lemah di ikuti Daniel yang jalan di belakang.
"Eh, anak siapa itu?" tanya ibu-ibu di sana.
"Jangan-jangan pelakor ya Nez?" sahut ibu lainnya.
Inez terus menghiraukannya dan memilih masuk ke dalam kontrakan kecilnya.
Setelah Bara mendudukkan Inez di sofa ruang tamu, Bara pun memandangi Inez seperti mengintimidasinya.
"Kenapa tuan melihat saya seperti itu?" tanya Inez karena tahu kalau Bara melihatnya terus.
"Inez kamu tinggal di sini selalu dikatain seperti itu sama warga sini?" tanya Bara.
Inez hanya menundukkan kepalanya karena ucapan Bara tadi sangat benar.
"Iya." Inez menjawab dengan singkat.
"Dan kamu hanya diam saja?" tanyanya lagi.
Dan Inez sekali lagi hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Bara.
"Jangan jangan kamu juga tidak tahu bagaimana kehidupan lingkungan kamu ini?" tanya Bara.
"Kenapa memang lingkungan sini tuan?" tanya Inez balik.
Bara rasanya kesal, marah dan emosi mendengar jawab Inez, dia tak habis fikir kenapa Inez hanya diam saja dan tidak melawan.
Inez tahu bahwa Bara sedang emosi dan marah itu bisa terlihat dari mukanya yang seperti menahan kemarahan sama seperti Maya sang sahabat yang pertama kali dia ceritakan tentang perilaku tetangga-tetangga nya.
Sedangkan Daniel sudah takut dengan ekspresi papanya segera mengeratkan pelukan kepada sang mama.
"Tuan jangan kayak gitu mukanya, gak lihat ini Daniel udah takut sama mukanya!" ucap Inez dan Bara pun segera sadar dan mengubah ekspresinya.
"Maafin papa ya sayang," sahut Bara.
"Iya pa," jawab Daniel.
Setelah itu Bara pun membantu Inez untuk beberes barang-barang yang tadi dari rumah sakit.
"Nez mending kamu istirahat," sahut Bara.
Belum Inez menjawab namun tak lama kemudian pintu depan kontrakan Inez di ketok dengan keras dan teriakan terdengar dari luar.
"Inez!" teriak orang di luar sana.
Inez yang mendengar suara itu pun sangat familiar dan bisa menebak siapa yang berteriak tersebut.
"Iya, sebentar." Bara menjawab dengan melangkah maju ke depan untuk membuka pintu.
Namun sebelum membuka pintu Inez sudah mencegahnya agar dia saja yang membukanya.
"Tuan biar saya aja, mendingan tuan Bara dan Daniel pulang saja!" usir Inez sedikit memaksa.
Bara pun merasa ada yang tidak beres dengan Inez karena dia sedang di usir secara terang-terangan.
Inez segera maju ke pintu depan dan membukanya dan benar saja pemilik kontrakan sudah berada di depan rumah dengan membawa beberapa orang laki-laki.
Bara yang hanya diam tidak tahu kenapa ada orang banyak di depan rumah Inez.
"Inez sekarang sudah jatuh tempo dari janji kamu!" ucap pria tersebut dengan garangnya.
"Pak maaf karena saya belum bisa bayar karena saya baru saja masuk rumah sakit," sahut Inez meminta belas kasih.
"Gak perlu alasan, sekarang juga kamu bayar uangnya atau kamu keluar hari ini juga!" ucap pria tersebut memberi pilihan kepada Inez.
Inez merasa pusing dan bingung karena kemarin baru saja dia mengirim uang untuk keluarganya di kampung.
"Pak beri saya waktu dua hari lagi pasti bakalan saya bayar pak," Inez memohon kepada pemilik kontrakan.
"Sekarang! Kalau kamu gak bisa bayar sekarang kamu keluar dari sini." pria tersebut masih ngotot.
Sedangkan di luar, warga sekitar sudah mengerubungi depan rumah Inez dengan penasarannya.
Sedangkan Bara dan Daniel sedang berdiri di belakang Inez karena tidak ada jawaban dari Inez, pemilik kontrakan pun meminta pria-pria yang dia ajak tadi untuk mengeluarkan semua barang Inez dan mengosongkan tempat segera.
"Segera kosongkan tempat ini!" perintah pria tersebut.
"Pak sayang mohon beri saya waktu!" ucap Inez masih saja memohon sekarang dengan air mata yang sudah menetes.
Dia tidak tahu harus bagaimana lagi kalau dia di usir dari kontrakan ini, dia tidak punya tempat tinggal lagi selain di sini.
"Pa, mama kenapa kok nangis sih? Terus banyak orang juga pa?" tanya Daniel kasihan melihat sang mama.
"Mau bantu mama?" tanya Bara dan Daniel pun menganggukkan kepalanya.
Pria-pria tersebut pun segera masuk ke dalam dengan paksa, sedangkan Inez yang belum siapa karena memang dia masih sakit pun terdorong hingga akan jatuh ke belakang untung saja ada Bara yang sigap menangkap Inez.
"Berhenti!" teriak Bara dengan garangnya.
Semua pria-pria tersebut pun berhenti dan tidak jadi masuk kedalam karena teriakan Bara tadi.
Inez pun baru ingat kalau Bara dan Daniel belum pulang dan masih berada di rumahnya.
"Siapa kamu?" tanya pemilik kontrakan tersebut.
"Anda tidak perlu tau siapa saya."
"Dia bos saya!" sahut Inez menimpali ucapan Bara.
"Dari pakaiannya bagus juga, berarti mobil depan itu punya kamu?" tanya pemilik kontrakan tersebut karena sebelum ke sini dia melihat ada mobil mewah terparkir di depan gang.
"Iya. Saya ingin tanya berapa uang Inez yang perlu di bayar?" tanya Inez.
"Tuan Bara!" sahut Inez tetapi Bara tidak menjawabnya.
"Kamu mau bayarin? totalnya sepuluh juta!" ucap pemilik kontrakan.
"Pak kok bertambah utangnya?" tanya Inez syok pasalnya bukan segitu harga yang harus ia bayar.
"Iyalah kan ada bunganya, kamu itu udah gak bayar lima bulan ke saya!" sahut pemilik kontrakan tersebut.
Bara segera mengeluarkan cek dan menulis nominalnya, kemudian menyerahkan kepada pemilik kontrakan.
"Tuan itu banyak banget!" sahut Keysha pasalnya bunga yang di berikan sangat besar.
"Sudah gak papa."
"Gitu dong!" ucap pemilik kontrakan.
"Dan hari ini juga Inez akan keluar dari kontrakan ini," sahut Bara.
Tak butuh waktu lama di depan sudah ada Mike dengan beberapa orang anak buahnya.
"Permisi tuan." Mike menyapa dari depan.
"Mike segera bawa barang-barang Inez keluar!" perintah Bara.
Inez hanya diam saja karena dia belum menyadari ucapan Bara namun setelah sadar dia pun segera menolak tapi terlambat barang sudah di keluarkan semuanya.
"Tuan saya gak mau pindah," bisik Inez kepada Bara.
"Kamu ikuti saja ucapan saya atau kamu akan dalam bahaya!"
Setelah Bara mengucapkan itu Inez pun segera diam dan tak bersuara lagi karena dia juga takut dengan ancaman Bara tadi.
"Tuan semua sudah beres!" lapor Mike kepada Bara.
"Bagus Mike."
Setelah Mike pun pergi di ikuti oleh anak buahnya, sedangkan pemilik kontrakan dan anak buahnya serta warga lainnya masih tetap di tempatnya melihat kejadian tersebut.
Semua barang sudah beres dan barang-barang Inez sudah dibawa oleh Mike dengan mobil box tadi.
Sekarang Daniel sudah berada di gendongan Bara dan Inez berada di samping Bara sambil memegang tangan Bara dengan tas kecil di bawanya.
"Oh ya saya dengar tempat ini juga sering dilakukan untuk tempat judi dan prostitusi ya," ucap Bara dengan santainya.
Mendengar hal itu pemilik kontrakan dan warga sekitar pun ikut ketar ketir, Inez yang tidak tahu maksud dari ucapan Bara pun langsung melihat ekspresi pemilik kontrakan yang seperti orang ketakutan.
.
.
Bersambung.....
liburan ditempat mewah ..enak banget ..
asikkk deh ..