NovelToon NovelToon
Takdir Mentari

Takdir Mentari

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Pena

Namaku Mentari Intania Putri. Seorang anak yang tumbuh di sebuah kampung kecil yang bernama Kampung Karet. Kehidupanku tidak seindah anak-anak lain. Hidup yang sederhana dengan didikan keras oleh kedua orang tuaku. Hidup dengan banyak orang di rumah.

Dengan backround pendidikanku yang hanya tamatan SMA aku mulai bekerja di usiaku yang baru menginjak 17 tahun. Mulai hidup mandiri di usia yang sangat muda.

Seperti wanita lain di luar sana aku juga memiliki kisah cinta yang menarik. Yang menyedihkan dan menegangkan. Aku juga merasakan yang namanya cinta pertama, aku juga merasakan yang namanya patah hati. Aku juga merasakan dicintai dan mencintai.

Hingga akhirnya takdir membawaku pada pernikahan di usia muda, aku menikah di usiaku yang belum genap 20 tahun. Aku yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Aku yang berusaha menjadi wanita yang sempurna untuk suamiku. Aku juga menjadi seorang ibu, ibu muda yang harus berjuang dengan untuk membuat hidupnya sempurna dimata semua orang.

Takdir yang terus mempermainkanku dari masa kecil hingga dewasa. Aku tidak tahu dimana letak kesalahanku, aku bahkan tidak menyadari hal buruk apa yang telah aku lakukan sampai aku merasa takdirku adalah hukuman, akankah aku mendapatkan kebahagiaan yang aku dambakan. Inilah ceritaku ......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. 3 Jam Bumi dan Mentari

Kesempatan itu hanya datang sekali.

Jika salah menggunakan maka namanya Penyesalan

-Takdir Mentari-

...****************...

Mentari berlarian menuju rumah, "Bumi pasti sudah menunggunya"pikir hatinya sambil mengatur nafasnya yang ngos ngosan. Benar saja sampai rumah dia sudah melihat Bumi asyik mengobrol bersama kakek dan nenek.

"Santai aja Tari, aku tungguin kok" kata Bumi sambil tersenyum ke arahnya.

Mentari hanya diam dan langsung menuju kamar, mengambil handuk dan segera ke sungai untuk mandi.

Cuaca masih sangat terik, hanya Mentari yang memenuhi sungai kampung karet. Sambil menggosok badannya dengan sabun batang warna ungu itu dia berfikir, bagaimana caranya menghadapi Bumi.

Baru kemarin dia merasa malu dengan dirinya karena sudah menyatakan cinta walau tak di sengaja.

"Bodo amat, pura-pura lupa aja."Gerutu hatinya.

"Tapi kalau dia nanya, kenapa aku suka sama dia?"

"Nggak nggak, dia nggak mungkin mempermalukan aku untuk kedua kalinya."

Lagi-lagi hatinya berdebat, Mentari melanjutkan menggosok kakinya dan tangannya dengan sabun.

Suara sapi-sapi di sebrang sungai seolah memperhatikan Mentari mengobrol dengan dirinya sendiri.

"Apa aku harus jelasin ya ke Kak Bumi kalau semua itu salah paham?"

"Maaf kak, aku cuma bercanda kemarin,"

"Atau Maaf kak aku nggak bermaksud menyukai kamu.."

"Aaaaaaa......bodo amat....!

Gadis kurus yang hanya berbalut baju dalam itu menceburkan dirinya ke sungai.

Merendamkan tubuhnya dan mencuci wajahnya berkali kali. Menepuk-nepuk kepalanya dengan air, berharap pikirannya bisa lebih jernih menghadapi Bumi.

Beberapa kali dia menyelam ke dalam air sungai itu kemudian mengusap wajahnya.

"Semua akan baik-baik saja" hibur hatinya.

Mentari bangun dan mengambil handuk, untungnya suasana di sungai sepi kalau tidak mungkin dia sudah dianggap gila. Biarlah hanya sapi-sapi itu yang menjadi saksi kegilaannya.

Sampai rumah, gebetannya itu masih duduk di bale bengong. Mentari hanya lewat dan tak menyapa dia langsung menuju kamar.

Mentari segera berganti pakaian dan menyiapkan semua pakaiannya, terutama baju adat untuk besok ke Pura. Satu baju ganti karena hanya menginap semalam. Setelah makan dan semua sudah lengkap Mentari berpamitan ke Nenek dan Kakeknya.

Ada yang kelupaan, dia turun lagi dari motor,

"Kenapa?" Bumi bertanya

"Bentar dulu kak" Tari berlarian ke kamar. Kemudian balik dengan kameranya.

dia mengambil kameranya, kemarin dia sudah beli 1 roll film yang isinya cuma 12. Tari ingin mengabadikan setiap moment special.

"Udah di coba itu Kodaknya?" Raka nyeletuk dari dalam dapur.

"Pasti udah mau seperti biasa" jawab Tari.

"Sini aku foto coba" Raka merebut Kodak dari tangan Mentari. Bumi menunggu duduk di Bale Bengong, Tari berdiri di sebelahnya.

"Bumi coba posisinya lebih deket sama Mentari" Sambil menyuruh Bumi agak bergeser lebih dekat dengan Mentari

Bumi menggeser posisinya

"Oke siap, 1, 2, 3"

pada hitungan ke 3 Bumi memeluk Mentari.

Cekreeekk...!!

Tampak expresi Mentari yang terkejut. Melihat Bumi memeluknya sambil tersenyum.

"Nah pasti bagus ini nanti fotonya" ejek Raka pada Mentari.

"Iiih dasar..." Mentari merebut Kodak dari tangan kakak angkatnya itu.

"Ya sudah kakek, nenek, Bumi berangkat ya?" Sambil mencium tangan nenek dan kakeknya

"Mentari berangkat ya Nek" Tari juga melakukan hal yang sama.

"Hati-hati ya, Bumi jangan ngebut!!" pesan nenek sambil melambai

"Tari jangan lupa pegangan yang kenceng."Ejek Raka lagi.

Tari menatapnya Raka kesal, dan Raka hanya tertawa melihat tingkah adik angkatnya yang malu-malu kucing.

...****************...

Perjalanan dari kampung karet menuju Kampung Besakih akan memakan waktu yang cukup lama. Kurang lebih 3jam dengan motor dan bahkan kalau pakai mobil bisa sampai 4 jam.

Hampir sepanjang perjalanan tanpa obrolan serius. Bahkan Bumi tidak sedikitpun menanyakan tentang isi diary yang dia baca. Bumi bersikap seolah di tidak tau perasaan Mentari. Dia tidak mau membuat Mentari malu lagi. Bahkan dia juga tidak berani membahas SMS yang kemarin. Waktu Mentari menyatakan perasaannya.

"Apakah Mentari marah jika aku menanyakan sms yang kemarin?" Bumi bertanya dalam hatinya.

"Nggak pasti Mentari akan merasa malu kalau aku bertanya langsung"

"Lalu kalau aku nggak jawab, aku malah akan dibilang php"

"Apa aku jawab aja kalau aku suka sebatas adik?"

"Apakah dia akan kecewa?"

"Lalu dia nggak mau lagi smsan sama aku"

"Tidak, mending nggak usah dibahas, tapi kalau nggak dibahas, masa pura-pura nggak tau?"

"Tapi kalau dibahas malah akan membuat dia jadi malu"

Bumi menggeleng-gelengkan kepalanya, tiba-tiba mengangguk, seolah hati dan pikirannya saling memberikan pendapat yang berbeda.

Mentari bingung melihat kelakuan aneh cowok di depannya itu.

"Kak... kamu nggak apa-apa?" Tanya Mentari memberanikan diri

"Apa?" Saut Bumi karena dia tidak mendengar dengan jelas suara Mentari.

"Nggak, nggak jadi" Mentari menghentikan obrolannya.

"Maaf aku nggak dengar"Kata Bumi karena Mentari tiba-tiba tidak melanjutkan pertanyaannya.

Mentari lagi-lagi hanya diam, sepanjang perjalanan dia hanya merubah posisi duduknya, merubah posisi tangannya. Kadang dia memeluk Bumi dengan erat, kadang dia melepasnya dan hanya memegang ujung bajunya saja. Duduk mendekat, jika lelah dia agak mundur lagi ke belakang.

"Pegangan aja nggak apa-apa,"kata Bumi sambil menempatkan posisi tangan Mentari di pinggangnya.

Mentari agak ragu-ragu tapi dia membiarkan tangannya dipindahkan ke pelukan pria idolanya itu.

Motor matic itu melaju melewati perkotaan dan perkampungan. 2 insan itu dipenuhi pertanyaan di dalam hati mereka masing-masing. Namun entah kenapa tidak ada yang mampu mengeluarkan satu pertanyaanpun. Padahal hanya ada mereka berdua, kesempatan untuk lebih dekat satu sama lain.

Setiap ingin mengatakan sesuatu jantung Mentari berdebar. Itu membuatnya mengurungkan niatnya.

"Mau makan Tari?" Bumi mencoba mengajak Mentari istirahat sebentar.

"Nggak kak, Tari nggak lapar" jawab Mentari.

"Gobl*k Tari harusnya kamu bilang ya kak mau, supaya kamu bisa lebih lama sama Bumi. Kamu nggak ngerti apa nggak peka, bod*h atau apa sih Tari" Tari mengumpat ke dirinya sendiri.

Motor matic itu melaju lagi, Mentari menikmati pemandangan mendekati kampung Besakih. Kampung yang dingin dan sejuk. Udaranya sungguh berbeda dengan di Kampung Karet. Mentari mendekatkan dirinya ke tubuh Bumi. Angin yang berhembus membuatnya terasa dingin.

Mentari memeluk Bumi dengan erat. Dalam hatinya dia berkata "Kak, aku sangat menyukaimu. Aku ingin sekali berada di pelukanmu terus seperti ini, aku takut untuk mengatakan perasaanku padamu. Takut kalau cinta ini adalah cinta terlarang, jadi saat ini anggaplah aku memelukmu sebagai kakakku" Mentari tersenyum sambil menempelkan wajahnya di punggung Bumi, memeluk Bumi dengan erat.

Bumi hanya diam, dan meneruskan laju motornya. Entah apa yang ada di pikirannya. Rasanya banyak hal juga yang ingin dia katakan. Tapi perasaan itu tersimpan entah sampai kapan.

3 jam Bumi dan Mentari

hanya ada sekali di masa itu

Mentari 2005

1
Sweetmommy
Semangat semangat update
Sweetmommy
🤣🤣🤣
Komang Arianti
sriningsih versi kampung karet😩😩
Sweetmommy
🥹🥹🥹
Sweetmommy
🙏🙏☺️☺️
Sweetmommy
Ikutin terus ya
Sweetmommy
Jangan menangis 😁
Komang Arianti
kasihan sekali mentarii . ini kapan dy bahagiaanya thor... kasi bahagia dlu biar ga menderita ajaa hidupnya
Komang Arianti
baperrrr akuhhh thor😭😭😭😭
Sweetmommy: Jangan nangis ya 🥰
total 1 replies
Komang Arianti
😂😂kerennnlahhh
Komang Arianti
😭😭😭😭syedihhh akuu thor.. kenapa hidup mentarii se merana itu🤔🤔
Komang Arianti
😢😢😢😥😥
Komang Arianti
kereennnnnnn😍😍😍😍😍mantapp poll thor
Komang Arianti
🥰🥰🥰seruuuu
Komang Arianti
😭😭😭😭syedihh akuu thor...
Komang Arianti
baperr bacanya..... 😭😭😭
Komang Arianti
baguas ceritanyaa... 🥰🥰🥰
Sweetmommy: Makasi kk ☺️☺️🥰
total 1 replies
Anita Jenius
3 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Sweetmommy: Makasi kk, sama sama semangat ya 🙏☺️
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak.
Sweetmommy: Salam kenal kk ☺️☺️
total 1 replies
senn
Kakak semangat jangan lupa mampir!!
Sweetmommy: Makasi kk sudah mampir, baik kk 🙏🙏 sama sama semangat ya 💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!