Morgan Sang Casanova

Malam itu Morgan tengah asik bervideo callan dengan Laura, Laura ingin memastikan Morgan tidak tidur dengan Zhoya di malam pengantin mereka.

"Tuh kamu lihat saja, gak ada Zhoya kan di kamar." Morgan memperlihatkan ke sekeliling ruangan kamar di villa itu.

"Terus cewek gatal itu tidur dimana?" Laura mengatakannya dengan cemberut.

"Hmm... namanya Zhoya." Walaupun begitu, Morgan tidak suka jika Laura menyebut Zhoya dengan sebutan cewek gatal.

"Iya maksudnya cewek itu."

"Di Villa ini ada dua kamar, dia tidur di kamar sebelah lah."

"Kenapa juga kamu harus menginap di Villa?"

"Biar terlihat romantis lah, kan aku itu harus terlihat natural di depan umum, Laura."

"Hmm... ya sudah, tapi kamu janji ya gak akan sentuh dia,"

"Tentu saja."

"Beneran?"

"Iya lah, aku udah anggap Zhoya itu seperti adikku sendiri. Aku malah senang kalau kamu bisa anggap dia adik kamu juga."

"Tapi tetap aja dia itu udah dewasa lho, 20 tahun. Cara memandang dia ke kamu aja aku udah tau kalau cewek itu suka sama kamu. Makanya dia berani cium kamu. Mungkin aja itu akal-akalan dia buat menggagalkan rencana pernikahan kita. Iya kan?"

Morgan menghela nafas sebentar, "Jangan bilang begitu lah. Dia itu masih polos, gak mungkin punya akal busuk kayak gitu."

"Kok kamu belain dia terus sih?"

"Aku gak belain dia, tapi memang begitu adanya."

"Tapi aku gak suka kalau kamu dekat-dekat sama dia. Kamu harus jaga jarak!" Laura sangat posesif sekali kepada kekasihnya itu.

"Iya, kamu tenang aja."

"Aku tau masalalu kamu, jika wanita itu berani menggoda kamu. Aku siap ko melayani kamu, kamu tau kan setelah kalian bercerai kita akan menikah ini."

Morgan hanya diam menatap Laura yang ada di balik layar ponsel itu.

"Sayang, ada yang ingin aku tunjukan sama kamu."

"Apa itu?"

Laura terlihat membuka kancing gaunnya sehingga hanya terlihat bra dan kain segita saja.

Morgan pria nomal, siapa yang tidak tergoda, apalagi dulu dia sering menikmati di dalam balik pakaian dalam itu. Namun dia mencoba memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Hei, lihat aku dong. Aku akan memberikan semuanya untuk kamu. Asalkan kamu jangan sentuh Zhoya. Kamu bisa menikmati tubuh aku sesuka hatimu." Laura malah mengarahkan kameranya ke belahan dadanya yang besar.

Morgan menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan, "Jangan goda aku, Laura. Aku seorang aktor, apalagi sekarang status aku sudah menikah. Karir aku akan benar-benar hancur jika aku ketahuan tidur dengan wanita lain. Lagian selama ini aku mencoba menghormati kamu sebagai calon istri aku."

"Tapi nyatanya aku rela jika kamu menyentuh aku sekarang-sekarang ini. Bagaimana kalau besok kita bertemu?"

"Aku belum bisa, Laura. Kamu tau kan wartawan lagi mengintai aku."

"Hanya sebentar, aku kangen sama kamu. Aku tunggu ya di apartemen aku."

"Tapi Laura..."

Laura mendengar suara seseorang membuka pintu apartemennya, dia yakin itu pasti Yoga.

"Emm... sepertinya ada papa aku datang. Udah dulu ya, selamat malam, sayang."

Klik!

Morgan menghela nafas, pria mana yang tak tergiur dengan tawaran Laura tersebut, apalagi Laura terlihat sangat sexy sekali, namun dia harus bisa menahan diri selagi dia bisa, dia tidak ingin mencoreng namanya sebagai aktor yang sudah menikah, akan berakibat fatal jika ketahuan tidur dengan wanita lain.

Morgan merasakan dirinya lapar, dia segera pergi ke dapur untuk memasak, begini lah kalau menikah dengan wanita manja, Zhoya tidak bisa memasak, makanya harus dia yang memasak, karena Morgan tidak nyaman menyewa seorang ART.

Malam ini Morgan hanya memasak nasi goreng saja dua piring untuk dirinya dan Zhoya, dia tau Zhoya pasti belum makan, apalagi dia yang meminta Zhoya untuk hanya menerima uang pemberian darinya saja selama menjadi istrinya, karena bagaimana pun juga Zhoya saat ini berstatus sebagai istrinya.

Di atas meja makan, Morgan meletakkan dua piring nasi goreng yang dihiasi telur ceplok, irisan tomat, sayuran, dan goreng ayam.

Kemudian dia segera pergi menuju kamar Zhoya.

Tok... Tok... Tok...

Morgan mengetuk pintu.

"Bocil, aku sudah masak. Ayo kita makan malam." Morgan meninggikan volume suaranya.

Sementara di dalam sana, Zhoya nampak kebingungan, dia harus memakai apa malam ini, sementara dia sangat lapar sekali, namun rupanya Ghisell dan Hana malah mengerjainya dengan hanya menyimpan lingerie di dalam koper.

"Aduh bagaimana ini!"

Namun Zhoya pikir, tidak ada salahnya dia memakai pakaian haram itu, toh Morgan kini sudah berstatus sebagai suaminya, mengapa dia harus malu.

Zhoya segera melepaskan handuk yang meliliti tubuhnya, kemudian dia dengan hati yang berdebar-debar memakai pakaian dinas malam itu.

Tok....Tok...Tok...

"Bocil, kamu sudah tidur ya? Ya udah aku makan duluan."

Morgan memang selalu tidak sabaran. Dia keluar sifat aslinya hanya bersama Zhoya yaitu sifat yang menyebalkan, sementara bersama Laura dia sangat seperti pria dewasa dan penyabar. Dan bersama Disha saat dia merasa dirinya sedang mengalami masalah, Disha lah yang membuatnya tenang.

"Bentar kak." teriak Zhoya.

Zhoya segera membuka pintu kamar.

Ceklek!

Begitu pintu terbuka, mata Morgan terbelalak saat melihat penampilan Zhoya malam ini.