"Apa kamu takut?" tanya Mark sembari mengusap pipi Jessy yang memerah.
"Sedikit."
Jawaban Jessy membuat Mark merasa gemas. Wajah polos wanita itu benar-benar menarik.
"It's okay. Kita memang baru pertama melakukannya," kata Mark.
Jessy mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ia tak kuasa menyaksikan tubuh indah Mark yang tampak kokoh sebagai tempat bersandar.
"Ayolah, kenapa kamu seperti malu-malu begini? Bukankah ini sudah biasa untukmu dan pacarmu?" tanya Mark yang melihat Jessy seakan tak mau melihatnya.
"Aku ... Belum pernah melakukan yang seperti in," lirih Jessy.
"Apa?" Mark terkejut. Ia kira hal semacam itu sudah biasa dilakukan orang yang telah berpacaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Ambisi
"Selamat datang, Baby."
Mark menyunggingkan senyum menyambut kehadiran Jessy. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa kembali bertemu dengan wanita yang membuatnya rindu setiap hari.
Mark tidak bisa menahan diri untuk memeluk wanita kesayangannya. Topi yang Jessy kenakan ia lepaskan sebelum memagut bibir mungil wanita itu. Luapan rindu begitu menggebu membuat bibirnya sangat agresif mencumbu.
"Em, Daddy ... Aku belum mandi."
Jessy menahan tangan Mark yang hendak melepaskan pakaiannya. Ia begitu tegang mendadak disuruh datang dan sepertinya Mark langsung menginginkan mereka berhubungan badan.
"Sepertinya aku tidak akan sabar menunggumu mandi, Baby. Jadi, lebih baik aku yang akan membantumu mandi," ucap Mark.
Jessy melebarkan mata. Tujuannya meminta mandi hanya untuk menenangkan diri sejenak. Tapi, Mark membaca lain niatnya.
"Please, Daddy. Aku mau mandi sendiri," kata Jessy.
Mark tak mau mendengarkan Jessy. Ia mengangkat tubuh Jessy dan membawanya ke arah kamar mandi.
"Daddy, aku mau mandi sendiri! Turunkan aku!" rengek Jessy.
Mark menulikan telinganya. Jessy tetap dibawa masuk ke dalam kamar mandi lalu diturunkan ke dalam bak mandi yang terisi air.
Byur!
"Oh, ya ampun ... Bajuku jadi basah semua!" keluh Jessy.
"Bukankah kalau mandi memang tidak perlu pakai baju?" ucap Mark dengan entengnya.
Lelaki itu melepaskan kaos yang dikenakannya. Lekukan dada bidang serta otot-otot yang terbentuk sempurna membuat Jessy meneguk ludah.
Berapa kalipun ia melihatnya, Mark tetap mengagumkan. Ketampanan dan kegagahannya sering kali membuat lupa diri.
Jessy berbalik badan saat Mark melepaskan celananya. Lama tidak bertemu membuat ia menjadi canggung meskipun sudah tahu kemana arah aktivitas mereka selanjutnya.
Mark masuk ke dalam bak mandi, memeluk tubuh Jessy dari belakang. "Sepertinya kamu tidak merasakan kerinduan yang sama denganku. Apa kamu sudah lupa kalau kamu adalah milikku?"
Perkataan Mark seakan menegaskan bahwa Jessy tak bisa lepas darinya. Setelah Jessy sendiri yang meminta lelaki itu menjadi Sugar Daddy-nya, Mark tidak akan mau melepaskannya.
"Entah ini akan menyenangkan bagimu atau tidak, aku akan tinggal lama di sini, Baby," bisik Mark.
Kedatangan Mark membuat Jessy tak sempat bernapas. Ia buru-buru meninggalkan Justin ke pelukan lelaki lain. Sungguh, Jessy ingin mengutuk dirinya sendiri.
Mark kembali meraih bibir Jessy yang tak pernah puas untuk ia cium. Sementara tangannya sibuk mencari-cari gundukan hangat favoritnya.
Mark membantu Jessy melepaskan pakaian. Matanya tak bisa berhenti memandangi tubuh indah semulus manekin yang ada di hadapannya. Dengan tatapan malu-malu, wanita itu sangat menarik baginya.
"Apa kamu sudah putus dengan pacarmu?" tanya Mark usai mereka berpindah ke atas ranjang.
Jessy agak ragu menjawab namun ia tak bisa berbohong. Ia menggeleng. Di tatapnya wajah Mark yang tepat ada di atasnya.
"Aku akan lama di sini. Tentunya waktumu akan banyak tersita untukku. Bahkan aku tidak akan melepaskanmu kecuali untuk kuliah, Baby. Bagaimana kamu akan mengatasinya?"
"Aku akan menuruti apa yang Daddy mau," kata Jessy pelan.
"Good girl." Mark terlihat senang mendengar jawaban Jessy.
***
"Daddy?" panggil Jessy.
"Hm?"
Mark memeluk wanita yang berbaring di sampingnya. Setelah melepaskan hasrat, perasaanya begitu lega. Satu bulan lamanya ia harus menahan diri tidak menyentuh Sugar Baby-nya.
"Bisakah aku meminta uang tambahan?" tanya Jessy dengan raut sungkan.
Mark mengerutkan dahi. "Apa yang aku berikan padamu kurang, Baby?" tanyanya.
"Tidak. Sebenarnya cukup. Tapi, pamanku butuh perawatan intensif di rumah sakit dan perlu banyak uang," kata Jessy.
Mark mencium dahi Jessy. "Itu bukan masalah besar untukku. Katakan saja berapa yang kamu butuhkan, aku akan memberikannya."
Jessy tersenyum. Semakin lama sepertinya ia akan semakin tergantung dengan Sugar Daddy-nya. Bahkan saat ini ia telah berhenti bekerja. Semua uang yang ia dapatkan berasal dari Mark.
"Terima kasih, Daddy." Jessy memeluk tubuh Mark.
Hubungan yang mereka lakukan memang berlandaskan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Mark membutuhkan tubuh Jessy, sementara Jessy membutuhkan tubuh Mark. Namun, sepertinya muncul hasrat untuk memiliki dalam diri Mark.
Kian lama Mark kian menyukai Jessy. Ia ingin Jessy tetap menjadi miliknya bagaimanapun caranya. Meskipun ia harus mengeluarkan banyak uang, asalkan Jessy tetap berada di sisinya ia akan melakukannya.
realistis dunk