Azzura: The Fight Of The Tough Lady

Azzura hanya diam saat semua orang sudah mulai keluar dari ambang pintu, di lorong bangunan 15 lantai tersebut, orang-orang dengan setelan jas hitam dan sarung tangan senada itu berjalan dengan tergesa ke arah anak buah Hugo. Mereka semua membawa alat pemukul, entah itu tongkat bisbol, tongkat golf dan masih banyak yang lainnya.

Anak-anak Hugo pun tidak kalah, mereka membawa apa yang mereka butuhkan. Sebenarnya jika Azzura mau langsung beraksi, mereka tidak membutuhkan barang-barang itu untuk menumbangkan segerombolan orang yang jika di hitung sepertinya lebih dari 70 orang.

"Hajar mereka!" titah seseorang yang memakai jas berwarna merah. Laki-laki itu terlihat sangat gagah, mungkin dia baru berusia 30an lebih, tubuhnya yang tinggi nan kekar pasti mampu membuat para wanita di sekitarnya memekik kegirangan, hanya saja sayang, dia bukan pria baik-baik.

Di Luo atau biasa orang sebut Presdir Di. Dia adalah seorang lintah darat yang sangat terkenal di kota Beijing. Kekayaannya memang di atas rata-rata. Namun tentu saja kekayaan itu dia dapatkan dari hasil memeras orang-orang yang pernah meminjam uang darinya. Di Luo merupakan anak yatim piatu yang di besarkan di keluarga lintah darat. Orang tua angkatnya sudah meninggal saat Di Luo masih berusia 20an. Sejak saat itu, Di Luo mulai mengambil alih usaha yang di tinggalkan orang tua angkatnya.

Kepulan asap menyeruak, naik ke atas seperti gerakan slow motion. Di adalah orang yang sangat santai, saking santainya, ketika anak buah dia sedang sibuk menghajar orang-orang Hugo, Di malah asyik menyesap cerutu berwarna coklat gelap yang terselip di antara jemarinya.

Sudut bibir itu tersenyum tat kala melihat beberapa orang di depannya tumbang, bukan hanya orang-orang milik Hugo, orang-orang milik Di pun ikut terkapar. Di menendang orang-orang itu yang sekiranya menghalangi jalan. Dia masuk ke dalam kantor Hugo untuk melihat keadaan di sana.

Namun saat akan membanting kursi, tatapan Di terkunci oleh sosok wanita yang tengah duduk di atas meja sembari menatapnya dengan tatapan menggoda.

Azzura menyilangkan kakinya, dress di atas lutut itu sedikit tersingkap membuat paha mulusnya bisa terpang-pang dengan jelas. Di Luo mengusap dagu sembari menelan saliva.

"Wuahhhh. Ternyata bos kalian punya barang bagus!" ucap Di mendekati Azzura. Azzura hanya tersenyum. Tidak berbicaralah dan tidak berniat melakukan apapun.

"Hai cantik!" Di menjatuhkan cerutunya. Di menginjak cerutu tersebut sambil terus berjalan mendekati Azzura. "Untuk apa kau di sini? Lebih baik kau ikut dengan ku, lihatlah! Tempat ini sangat lusuh dan tidak terawat. Aku bisa memberikan sesuatu yang lebih dari ini."

Dua langkah lagi Di bisa mendekati Azzura dia sudah mengulurkan tangan namun ....

"Bajingan!"

Brukkkkk!

Hugo membanting sebuah kursi ke kepala Di. Di tersenyum kecut, laki-laki itu mengusap tengkuk lalu menarik tangannya, saat tangan itu ada di depan mata, bola mata Di membulat karena melihat darah segar membajiri telapak tangan besarnya. Di Luo meludah dan langsung berbalik.

"Brengsek!"

Bughhhhh!

Satu Bogeman berhasil mendarat di rahang Hugo, Hugo tentu saja tidak mau kalah, dia kembali menyerang Di sampai terjadilah perkelahian tersebut. Perkelahian yang sangat sengit.

"Dasar banci!"

Azzura turun dari atas meja saat melihat orang-orang Di membawa beberapa tongkat pemukul hendak menyerang Hugo dari belakang.

Bughhhhh! Bughhhhh! Bughhhhh!

Hugo dan Di yang sedang berkelahi terperangah saat melihat beberapa orang melayang dan jatuh saling menumpuk seperti Piramida. Hugo sudah tahu Azzura memang memiliki kekuatan lebih, tapi setiap kali melihatnya langsung, Hugo tetap ternganga.

Azzura meninggalkan tumpukan orang yang tak kurang dari 15 orang itu keluar.

"Mundur!" titah Azzura pada anak-anaknya.

Orang-orang Di menatap Azzura remeh, mereka yang memang belum mengetahui kekuatan Azzura bukannya gentar malah sedikit tertawa.

"Maju!" Azzura menggerakkan tangannya.

Satu orang maju. Saat tongkat golf dia layangkan ke arah Azzura, orang itu malah mendongak karena tongkatnya mendadak berat, tongkat itu tertahan di udara, dan sialnya, Azzura lah yang menahan tongkat tersebut.

Azzura tersenyum sinis, meski dia tidak mengeluarkan seluruh tenaganya, tongkat golf itu mulai melenting dan semakin lama semakin mengarah kepada pemiliknya.

****

Hugo mondar-mandir sembari membawa tongkat bisbol di pundaknya, sementara Azzura sedang asik bersantai sembari memakan biskuit dan melihat tontonan gratis di depannya.

"Jadi apa maksud kau datang ke sini Presdir Di?"

Di yang kala itu sudah kalah telak hanya bisa menunduk dengan kedua lutut yang tertumpu di atas lantai. Di belakang Di terdapat puluhan anak buahnya yang sudah babak belur, sedangkan anak buah Hugo, hanya beberapa yang terluka dan kini sedang di obati oleh teman-temannya.

"Aku ingin kau menghentikan bisnis mu Hugo!"

Hugo tertawa saat mendengar permintaan tidak masuk akal Di Luo. Dia berjongkok lalu menatap Di dengan tatapan tajam. "Kenapa aku harus menuruti permintaan mu. Ini adalah usaha ku. Apa itu mengganggu mu?"

"Tentu saja!" jawab Di Luo. "Kau mendirikan bisnis seperti seorang dermawan. Sejak kau memberikan Bungan rendah pada peminjam uang, banyak klien ku yang pergi. Jika terus seperti ini, aku akan bangkrut Hugo, meskipun itu mungkin masih puluhan tahun ke depan, namun aku harus memutus semua kemungkinan yang akan membuat bisnis ku hancur."

Azzura mengangguk-anggukan kepalanya. Dia turun dari atas meja dan ikut berjongkok di depan Di Luo. Azzura mengambil satu biskuit, menawarkan biskuit itu pada Di Luo sembari tersenyum. Seolah tersihir akan kecantikan dan juga senyum yang Azzura berikan, Di Luo membuka mulutnya dan memakan biskuit yang Azzura berikan.

Tangan Azzura terulur mengusap kepala Di Luo. "Jika kau takut bangkrut, jangan melanjutkan bisnis ini, buat bisnis yang lebih baik. Kau hanya akan sengsara jika kau terus mencekik orang-orang miskin!" ujar Azzura lalu berdiri. "Aku akan menjamin satu hal, Hugo tidak akan menghentikan bisnis ini. Jika kau ingin terus mengganggunya, maka kalian semua akan berurusan dengan ku."

Anak buah Di Luo menelan saliva, mereka menunduk semakin dalam. Anggaplah mereka pengecut karena takut pada gadis kecil, namun mereka tahu, nyali siapa pun pasti akan menciut saat melihat Azzura ketika menerbangkan dan menghempaskan mereka seperti kapas tertiup angin.

Ketika Azzura sedang sibuk dengan orang-orang brengsek itu, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia melihat layar ponselnya sekilas, jempolnya terangkat ingin menekan bulatan berwarna merah, namun saat melihat pesan masuk, Azzura melotot, dia berjalan ke arah dinding kaca, mengintip ke arah bawah mencoba untuk mematikan isi pesan pada ponselnya.

"Tuan!" gumam Azzura membuat semua anak buah Hugo melihat ke arah yang sama.