Suara itu sangat tidak asing di telingaku ... Apakah dia Ghavi yang kukenal ? Ghavi yang pernah mengisi hatiku selama 5 tahun dengan penuh cinta dan mamanya yang telah menghancurkan nya dengan cara yang tidak bermoral. Sudah susah aku bersembunyi darinya sejak 3 tahun lalu tapi kenapa harus bertemu dengannya disini ? batinku ingin berteriak antara yakin dan tidak bahwa laki-laki yang disebutkan oleh Amara sebagai tunangannya adalah Ghavi yang pernah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu saat kami berdua bersekolah di Paris.
Apakah Catelyn akan goyah dengan kehadiran Ghavi ?
Apakah Catelyn bersedia membuatkan gaun pernikahan untuk Amara dan Ghavi ?
Dan bagaimana perasaan Catelyn dan Ghavi atas pertemuan yang tidak terduga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CIUMAN ITU
Hanya hatinya yang bergejolak marah dengan kondisi yang dialami Catelyn selama ini.
Tak lama kemudian, pintu kamar Gavin terbuka, dan tiga anak kecil dengan wajah blasteran masuk ke dalam kamar dengan ceria. Jodie, Marcus, dan Selly langsung menghambur ke arah Gavin, melupakan sejenak keberadaan orang dewasa di ruangan itu.
"Gavin ! We miss you so much" seru Jodie memeluk Gavin erat.
"Iya, Gavin ! Why are you so sick ?" timpal Marcus menatap Gavin dengan tatapan khawatir.
"We brought you lots of presents, Gavin ! So you can get well soon !" Selly menyodorkan sebuah tas besar berisi mainan dan buku cerita.
Gavin tersenyum lebar melihat teman-temannya. Ia mencoba turun dari gendongan Ghavi, namun Ghavi menahannya. "Hati-hati, sayang. Kamu masih sakit," ucap Ghavi lembut. Catelyn tersenyum melihat interaksi Gavin dan teman-temannya. Hatinya menghangat melihat Gavin begitu bahagia. Ia kemudian memperkenalkan Ghavi kepada Jodie, Marcus, dan Selly. "Anak-anak, kenalkan, ini Om Ghavi. Dia adalah Daddy nya Gavin" ucap Catelyn sedikit gugup. Ketiga anak itu menatap Ghavi. "Halo, Om Ghavi" sapa Jodie, Marcus, dan Selly serempak.
Ghavi tersenyum ramah kepada mereka. "Hello, kids. Nice to meet you" balasnya. "Om Ghavi sering-sering pulang ke Indonesia ya jenguk Gavin. Biar Gavin gak kesepian" pinta Marcus, dengan polosnya. Ghavi menatap Catelyn sejenak, lalu kembali menatap Marcus dengan senyum tulus. "Tentu saja, Om Ghavi akan sering pulang ke Indonesia jenguk Gavin. Om Ghavi sayang sama Gavin," jawabnya, membuat hati Catelyn berdesir. "Asiiiik !" seru Jodie, Marcus, dan Selly kegirangan. Mereka kemudian mengajak Gavin bermain dengan hadiah yang mereka bawa.
Catelyn dan Ghavi pun berkenalan dengan orang tua dari Jodie, Marcus dan Selly. Dan akhirnya mereka pun mengetahui bahwa Daddy Gavin mengurus perusahaannya di Singapore dan Ghavi juga memiliki perusahaan sendiri yang bergerak dibidang architecture di negara yang sama. Para Daddy asyik bercerita tentang bisnisnya masing-masing, sedangkan para Mommy asyik menikmati cake yang tadi pagi dibawa oleh Annetha. "Duh ... Cake ini enak banget sih Catelyn. Emang beli dimana ?" tanya Mommy Jodie yang hobby nya kuliner. "Oh itu Cake dari Hopie Cake & Pastry yang ada di Seminyak dekat kantor aku. Kebetulan tadi dibawain owner-nya kesini. Yang punya itu sahabatku yang emang chef hotel bintang 5 di New York. Dia buka usaha Hopie Cake & Pastry di seluruh Bali itu ada 5 atau 6 cabang gitu. Selain itu ada cabangnya juga di Jakarta dan di New York tentunya" promo Catelyn akan usaha sahabatnya Annetha. Begitu pun Mommy Marcus dan Mommy Selly segera memposting 4 buah cake yang dibawakan oleh Annetha tadi. Emang cake buatan Hopie Cake & Pastry gak ada lawannya dah.
Ketiga para Mommy itupun memuji betapa tampannya Daddy Gavin. Dan mereka menilai sangat cocok dengan Catelyn yang sangat cantik dan seksi puji mereka. Keberadaan Ghavi di rumah sakit saat ini mengukuhkan bahwa Gavin memiliki ayah dan Catelyn memiliki suami. Apalagi kemanjaan Gavin kepada Daddy nya yang sangat natural membuat semua yang datang tidak akan percaya bahwa Gavin baru bertemu ayahnya tadi malam di rumah sakit ini. Untung itu hanyalah kalimat-kalimat yang ada dipikiran Catelyn saja. Semua orang tua hanya bisa tersenyum melihat keceriaan anak-anak itu saat berkumpul. Suasana di kamar rawat Gavin menjadi lebih hidup dan hangat. "Mereka anak-anak yang baik," ucap Ghavi setelah ketiga anak beserta orang tuanya pulang. Meninggalkan Gavin yang kembali meringkuk dalam pelukan Daddy nya karena kelelahan bermain.
"Iya, mereka sangat senang bermain dengan Gavin. Apalagi awal-awal sekolah Gavin masih takut untuk berteman dengan orang baru" cerita Catelyn kepada Ghavi, menatap Gavin yang tertidur lelap dalam pelukan Ghavi. Ia pun menjelaskan sedikit kehidupan sehari-hari nya bersama Gavin. Ghavi mengecup kening Gavin dengan lembut. "Kamu tidak sendirian, Catelyn. Aku di sini. Aku akan selalu ada untukmu dan Gavin" ucapnya, dengan suara yang dalam dan penuh ketulusan. Catelyn menatap Ghavi dengan tatapan penuh cinta. Ia tidak bisa memungkiri, ia sangat merindukan pria ini. Ia merindukan pelukannya, ciumannya, dan semua tentang dirinya. Namun, ia juga masih ragu. Ia takut Ghavi akan meninggalkannya lagi. "Aku... aku masih takut, Vi" ucap Catelyn lirih. "Aku takut kamu akan pergi lagi". Ghavi menggenggam tangan Catelyn dengan erat. "Aku tidak akan pergi, Catelyn. Aku janji. Aku sudah membuat terlalu banyak kesalahan di masa lalu. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan membuktikan kepadamu bahwa aku layak untuk mendapatkan cintamu".
Tiba-tiba, pintu kamar rawat diketuk dari luar dan terbuka, seorang perawat masuk ke dalam. "Maaf mengganggu, Ibu Catelyn. Dokter ingin memeriksa kondisi Gavin," ucap perawat itu, dengan sopan. Catelyn mengangguk mengerti. "Baik, Sus. Silakan," jawabnya. Dokter masuk ke dalam kamar dan kemudian memeriksa kondisi Gavin dengan teliti. Setelah selesai, dokter tersenyum dan berkata, "Kondisi Gavin semakin membaik. Hari ini akan kembali ada pemeriksaan laboratorium. Jika nanti hasilnya tidak ada masalah, besok atau lusa Gavin sudah bisa pulang". Catelyn dan Ghavi tersenyum lega mendengar kabar baik itu. "Terima kasih, Dok" ucap mereka serempak.
Setelah dokter dan perawat keluar, Catelyn menatap Ghavi dengan tatapan penuh harap. "Ghavi, setelah Gavin sembuh, apa kamu akan kembali ke Singapore ? Kan kamu harus mengurus perusahaanmu disana. Kalau memang harus segera kembali, tolong Gavin diberikan pengertian. Jangan sampai ia harus merasa kehilangan Daddy nya lagi" ucap Catelyn sedikit lirih karena memikirkan kondisi hubungan nya dengan Ghavi yang masih mengambang. Ghavi tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah Catelyn. "Kita akan memulai hidup baru, Catelyn. Kita akan menjadi keluarga yang bahagia. Kalaupun aku harus mengurus pekerjaan di Singapore maka kamu dan Gavin harus ikut" bisiknya, sebelum akhirnya mencium bibir Catelyn dengan lembut.
Ciuman lembut itu, awalnya hanya sentuhan ringan, perlahan berubah menjadi ciuman yang lebih dalam dan penuh kerinduan. Catelyn membalas ciuman Ghavi dengan penuh gairah, melupakan sejenak semua keraguan dan ketakutannya. Mereka berdua tenggelam dalam ciuman itu, seolah-olah hanya ada mereka berdua di dunia ini.
Namun, di tengah ciuman mereka, Gavin menggeliat dalam tidurnya. Catelyn dan Ghavi segera melepaskan ciuman mereka dan menatap Gavin dengan khawatir.
"Daddy... Mommy..." gumam Gavin, dalam tidurnya.
Catelyn tersenyum dan mengelus rambut Gavin dengan lembut. "Kami di sini, sayang. Tidur yang nyenyak," bisiknya. Ghavi menatap Catelyn dengan tatapan penuh cinta. "Aku mencintaimu, Catelyn," ucapnya, dengan suara yang dalam dan tulus. "Bisakah kata-kata mu aku percaya, Ghavi," tanya Catelyn, dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. "Aku akan membuktikan kepadamu betapa aku sangat mencintaimu dan Gavin. Aku membutuhkan kalian berdua di hidupku" kembali Ghavi memeluk Catelyn dengan erat.
***