⚠️WARNING *** ⚠️
KISAH PERJUANGAN ISTRI KEDUA TUAN MUDA.
Delina tidak menyangka ada tuan muda yang mengajaknya menikah secara mendadak tepat saat dia lulus SMA. Dihari pernikahannya Delina baru saja mengetahui kalau dirinya menjadi istri kedua. Gadis itu tak terima dan ingin melarikan diri, namun tak bisa.
Mahesa berjanji akan menceraikan Delina setelah dia melahirkan anak untuknya. Apakah Delina sanggup untuk bertahan? Atau memilih untuk benar-benar melepaskan Mahesa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Viviane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Sesungguhnya
Semalam usai bercinta tanpa rasa. Eits ... yang tanpa rasa itu Mahesa. Kalau Delina sendiri benih cinta itu sudah mulai tumbuh sejak beberapa hari yang lalu. Ya, memang masih kecil dan perlu dipupuk agar tumbuh subur.
"Andaikan setiap hari pemandangan bangun tidurku ada kamu. Pasti hari-hariku akan sangat indah," gumam Delina tersenyum melihat samping tempat tidurnya.
Mahesa tertidur pulas dengan memeluk guling. Kebetulan wajahnya menghadap kearah Delina. Dibenarkannya selimut untuk menutupi tubuh polos Mahesa, lalu Delina beranjak ke kamar mandi.
"Sepertinya Tuan Mahesa sangat tampan jika memakai kemeja warna biru ini deh," gumam Delina menyiapkan kemeja yang sengaja dia beli untuk suaminya. Sudah lama Delina membeli kemeja itu, namun baru sekarang Delina berani menunjukkan kemeja itu.
**
Di meja makan sudah tertata beberapa menu sarapan khas Indonesia. Atmajaya lebih dulu sampai di meja makan dan memulai sarapannya. Sementara Delina sibuk menata beberapa menu yang belum siap.
"Pa, aku berangkat dulu ya. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan pagi ini," ucap Mahesa sembari membenarkan kancing pergelangan tangannya.
"Delina nanti kamu diantar sopir ya," imbuhnya menatap Delina.
Delina tertegun melihat penampilan sang suami dengan kemeja baru darinya. Pria itu tampak kelihatan segar saat mengenakan kemeja warna biru muda pilihannya. Dalam hatinya berkata, "Tuh kan benar-benar tampan saat memakai baju itu."
"Mahesa kemarilah, kita sarapan dulu. Istrimu sudah memasak makanan-makanan enak," ujar Atmajaya.
"Tapi ini sudah ---" ucapan Mahesa terhenti.
"Baiklah, Pa."
Mahesa segera mendaratkan tubuhnya pada salah satu kursi meja makan. Mengamati menu sarapan yang memang sudah biasa dia lihat setiap hari. Namun, Mahesa tidak pernah mencicipinya. Dia lebih memilih sarapan dengan toast atau sandwich.
"Hargailah istrimu yang setiap hari menyiapkan sarapan untukmu," pesan Atmajaya.
"Apa jangan-jangan Mahesa sering melewatkan sarapannya?" tanya Atmajaya menoleh Delina.
"Ehm ... enggak kok, Pa. Selalu sarapan masakan-masakan aku," bohong Delina menutupi kelakukan suaminya.
Dan detik itu Mahesa baru sadar kalau selama ini menu sarapan yang ada di meja makan adalah olahan Delina. Artinya setiap hari Delina memasak sarapan, namun tak pernah Mahesa sekalipun makan masakannya.
"Memang bisa makan? Apa enak?" batin Mahesa meragukan masakan Delina.
"Apa makanan favorit kamu?" tanya Atmajaya.
"Ehm ... se-semua suka, Pa," bohong Mahesa.
Dengan cekatan tangan Delina mengambilkan makanan untuk Mahesa. Dia mengambilkan lontong sayur dan menaruhnya dihadapan Delina.
"Lontong sayur makanan kesukaannya, Pa," ucap Delina dengan tersenyum manis.
"Ehm ... i-iya, Pa," sambung Mahesa yang langsung menggerakkan tangannya untuk melahap sarapannya.
"Cobain sotonya coba," suruh Atmajaya saat Mahesa selesai makan lontong sayur.
"Enak kan?" tanya Atmajaya yang diangguki kepala oleh Mahesa.
"Sekalian nasi gorengnya, dikit saja. Enak kok," ucap Atmajaya lagi.
Entah kenapa Mahesa menurut saja dengan perintah Atmajaya menawarkan masakan Delina. Baru kali ini Mahesa merasakan masakan rumah yang sangat lezat. Sampai-sampai merasakan semua menu sarapan pagi itu.
Disisi lain ada kepuasan tersendiri di hati Delina. Akhirnya Mahesa merasakan masakan buatannya. Hari ini Delina sangat bahagia dan berkata dalam hati, "Oh jadi seperti ini rasanya menjadi istri yang sesungguhnya."
Setelah melayani suaminya di tempat tidur semalam. Paginya menyiapkan pakaian kerja untuk Mahesa, lanjut memasak sarapan dan melayani Mahesa di meja makan. Sungguh anugerah menjadi istri yang tidak pernah Delina rasakan sebelumnya.
"Andaikan waktu bisa dihentikan. Aku mau seperti ini setiap harinya," doa Delina dalam hati seraya tersenyum memerhatikan Mahesa dan Atmajaya yang makan dengan lahapnya.
"Menjadi istri satu-satunya yang bisa melayani suami. Tuhan terima kasih untuk hari ini. Semoga di hari-hari berikutnya aku bisa bahagia seperti hari ini," batinnya lagi.
Anak dan ayah itu selesai menghabiskan sarapan secara bersamaan. Mereka sama-sama kenyang dengan sarapan pagi itu. Sampai-sampai Mahesa harus membuka kancing kemeja paling atas, karena merasa gerah.
"Papa mau ke atas dulu," pamit Atmajaya beranjak dari meja makan.
Terdengar dering ponsel dari saku celana Mahesa. Pria itu segera melihat ponselnya dan menekan tombol berwarna hijau. Samar-samar terdengar suara dari seberang sana.
"### Iya Sayang. Aku tunggu kepulangan kamu," ucap Mahesa dengan suara perlahan.
"### Aku juga merindukanmu. Segeralah pulang papa sudah menanyakan keberadaanmu."
"Oke besok? Baiklah aku tunggu kedatangan kamu, Sayang."
Mahesa mengatakan kepada Atmajaya bahwa Maharani sedang berkunjung ke rumah temannya di Bandung. Rupanya papanya benar-benar tidak tahu kalau Mahesa dan Delina tidak berangkat honeymoon.
Delina menghela napas kasar saat menguping pembicaraan Mahesa dengan Maharani. Baru saja senang dengan menjadi istri sesungguhnya. Sebentar lagi dia akan kembali menjalani kodratnya sebagai istri kedua. Delina berkata dalam hati, "Semoga dirimu lebih sabar menjalani hari-hari kedepannya Delina."
###
Bagaimana para pembaca? Sudah siap dengan kedatangan Maharani untuk menganggu kehidupan Delina? Apakah Maharani masih berniat menyingkirkan Delina? Padahal Venya gagal dalam misi menyingkirkan Delina. Yuk coba lihat sampai mana Maharani bisa bertahan pada kejahatannya.
🌱Jangan lupa klik favorit, like dan komentar. Sehat dan sukses selalu.
please Thor....dilanjutin ya ya ya... semangat 🔥🔥🔥