"Puas lo udah ngehancurin hidup gue. Inikan yang lo mau? gue tahu lo bahagia sekarang?" Ucap Delmar setelah dia sah menjadi suami Killa.
"Kenapa aku yang disalahin? disini yang korban itu aku apa dia? Aku yang diperkosa, aku yang hamil, tapi kenapa aku yang salah?" Killa bertanya dalam hati.
Siapa sih yang gak mau nikah sama orang yang dicintai? Begitupun Killa. Dia pengagum Delmar sejak dulu. Tapi bukan berarti dia rela mahkotanya direnggut paksa oleh Delmar. Apalagi sampai hamil diusia 16th, ini bukanlah keinginannya.
Cerita ini sekuel dari novel Harga sebuah kehormatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAD BOY
Killa meninggalkan kelas bersama Manu. Cowok itu belum juga melepaskan genggaman tanganya pada Killa hingga mereka sampai di parkiran.
Manu mengambil helm dan menyodorkannya pada Killa.
"Mau gue pakein?" Tawarnya sambil menaik turunkan alisnya.
"Makasih, tapi gak perlu deh kayaknya." Jawab Killa sambil nyengir.
"Nyengir aja cakep banget, apalagi senyum. Pacar aku emang paling jago bikin melting."
"Idih pede. Siapa juga yang pacar kakak." Sangkal Killa.
"Kepedean ya gue?hehehe." Manu terkekeh pelan sambil menggaruk garuk kepalanya. "Tapi otw kan?" lanjutnya sambil mengerlingkan mata.
Sejenak Killa berfikir, rasanya keputusannya untuk menunda memberi jawaban pada Manu adalah sebuah kesalahan. Manu terlalu berharap padanya.
"Kak, mau gak nganterin Killa ke suatu tempat?"
"Kemanapun, asal jangan suruh nganter ke alam kubur aja." Jawab Manu sambil terkekeh.
"Apaan sih kak, ngeri." Killa merinding seketika.
Manu naik keatas motornya diikuti Killa. Seperti biasa, Manu menarik tangan Killa agar berpegangan di pinggangnya. Killa ingin menolak, tapi Manu malah menggenggam tangan Killa didepan perutnya.
"Kak, lepasin. Tangannya buat nyetir." Killa mengingatkan.
"Gue lepasin, asal lo pegangan." Dia memberi penawaran.
"Ok, ok, Killa pegangan." Lebih baik menurut dari pada celaka gara gara Manu menyetir dengan satu tangan, batin Killa.
Kurang lebih 30 menit, mereka sampai disebuah danau. Walaupun terik, tapi semilir angin membuat udara terasa nyaman.
Setelah mengunci motornya, Manu dan Killa berjalan hingga tepian danau dan mencari tempat yang rindang untuk duduk.
"Lo sering kesini?" tanya Manu pada Killa yang duduk lesehan disebelahnya.
"Dulu." Jawab Killa sambil melemparkan kerikil kearah danau.
"Sama?"
"Abang aku."
"Kirain sama pacar lo." Senyum Manu mengembang, seneng aja rasanya.
"Aku gak pernah pacaran." Terang Killa sambil menoleh ke arah Manu. "Dan gak berniat."
Senyum Manu seketika lenyap. Dia menatap kedua bola mata cewek itu. Ucapan Killa seperti sebuah penolakan secara tidak langsung. "Apa itu artinya lo nolak gua?"
"Maaf." lirih Killa sambil menunduk dan memainkan jari jarinya.
"Enggak." Manu menggeleng sambil menarik bahu Killa agar menghadap padanya. "Gue gak butuh maaf lo, gue butuh lo bilang iya. Gue butuh lo bilang I'm yours. I want to be your girlfriend." Tatapan cowok itu berubah menjadi sendu.
Sakit, dada Manu terasa sesak. Selama ini, belum pernah dia ditolak cewek. Tapi kenapa saat dia benar benar jatuh cinta, cinta itu malah tak bersambut.
"I want to be your friend." Itulah keputusan Killa, menjadi teman, bukan pacaran. Bukan mudah untuk menolak Manu, cowok itu terlalu sempuran untuk ditolak. Dan satu lagi, cowok itu terlalu baik, hingga membuat Killa merasa tak tega untuk menyakitinya. Tapi sayangnya, cinta Killa sudah habis, karena Del sudah mengambil semuanya.
"Lo tahu Kil, gue bukan tipe cowok yang mudah jatuh cinta. Tapi kenapa saat gue bener bener ngerasa jatuh cinta, cinta gue malah bertepuk sebelah tangan." Manu mengalihkan pandangannya ke danau. Semilir angin sama sekali tak bisa menyejukkan hatinya, bahkan tak bisa sedikitpun mengurangi sesaknya.
"Apa karena kita berbeda? apa karena kita tak seiman?" Manu masih menatap danau. Dia belum siap menatap Killa. Belum siap melihat pancaran mata cewek itu yang didalamnya tak ada cinta untuknya.
"Salah satunya, tapi bukan yang utama."
"Apa yang utama?"
"Untuk sementara ini, Killa tak bisa menjalin hubungan dengan siapapun."
"Why?"
"Gak semua hal bisa Killa ceritain. Tolong terima keputusan Killa."
"Lo bilang untuk sementara ini kan? apa itu artinya, ada masanya nanti lo bisa menjalin hubungan?"
"Maybe."
"Dan apa saat itu lo bisa menerima gue?"
"Killa tidak tahu. Tuhan maha membolak balikkan hati."
"Gue bakal selalu berdoa, agar Tuhan membalikkan hati lo ke gue."
Tuhan kita berbeda.
"Apa sekarang, gue udah mirip sadboy?" Manu menyeringai kecil.
"Kakak gak cocok jadi sadboy, facenya lebih mengarah ke fakboy."
"Sialan." Manu tersenyum sambil mengacak pelan rambut Killa. Bukan sebuah senyuman yang tulus, melainkan terpaksa terlihat baik baik saja.
...******...
Minggu pagi ini Killa bangun lebih awal karena ada janji dengan Dilan dan Cea. Mereka akan berolah raga di cfd sekalian kulineran. Sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu Killa ngidam rujak cireng. Dan hari ini, dia harus bisa mendapatkan makanan itu. Ogah banget kalau sampai nanti anaknya ileran gara gara ngidam gak keturuatan.
"Kak Del bangun." Seru Killa sambil menarik selimut dan menggoyang goyangkan bahu Del.
"Apaan sih, ganggu aja." Desis Del tanpa membuka matanya.
"Bangun, ikutan kita olah raga ke cfd yuk."
"Meles, lagian lo hamil, gak usah olah raga. Duduk diem aja dirumah."
"Justru hamil harus rajin olah raga, biar lahirannya lancar."
"Itu jaman dulu. Sekarang tinggal berbaring di meja operasi udah keluar tuh anak. Ngapain capek capek ngeden. Duit gue banyak, lo gak usah khawatir soal biaya. Lo mau caesar dimanapun, gue jabanin." Omong Del seenak jidatnya. Orang kayak dia mah semua maunya instan. Uang yang berbicara, yang penting cepet.
"Tapi Killa mau lahiran normal." protes Killa.
"Gak sayang sama aset lo?" Nadanya sedikit serius, tapi matanya tetep merem. "Jangan bikin gue makin merasa bersalah sama calon suami lo kelak. Gue udah ngambil perawan lo, dan gue gak tega kalau sampai punya lo longgar gara gara ngelahirin anak gue."
Killa berdecak kesal. Diajak ke cfd kok malah bahas yang enggak enggak gini sih. Katanya ngantuk, tapi omongannya panjang banget kayak kereta api. Dah gitu arahnya makin gak jelas aja.
"Kok ngelantur kemana mana gini sih kak? udah ah, yuk buruan bangun. Anak kamu lagi pengen rujak cireng nih." Bujuk Killa sambil mengusap lembut perutnya.
"Emang lo udah sarapan mau makan rujak cireng. Gue gak mau ya gara gara makanan itu lo jadi sakit perut terus ngerepotin gue." Lagi lagi masih dengan mata terpejam tapi udah ngomel ngomel.
"Ngapain pula ngerepotin kamu. Killa udah gede, kalau sakit perut bisa ketoilet sendiri. Gak bakal minta dicebokin kakak."
"Najis gue nyebokin lo."
Melihat Del yang masih setia memeluk guling dengan mata tertutup, membuat Killa menghela nafas lelah. Entahlah, seberat apa kelopak matanya Delmar, hingga mau buka mata aja beratnya masa ampun.
"Ya udah Killa pergi dulu. Kalau disini terus, bisa bisa Killa capek duluan sebelum olah raga." Killa segera keluar dari kamar, meninggalkan Del yang otw ke alam mimpi lagi.
...*******...
Dilan membonceng Killa menggunakan sepeda mini milik Bik Siti. Jarak rumah dari cfd tak begitu jauh, hanya sekitar 15 menit sudah sampai. Cea tidak jadi ikut karena mengantuk. Alhasil cuma Dilan dan Killa yang ke cfd.
Killa bersenandung kecil disepanjang jalan. Udara pagi ini benar benar bisa membuat otaknya fresh. Mendadak semua bebannya kayak ilang begitu aja.
"Kakak ngerasa kayak lagi syuting drakor deh." Ujar Killa sambil terkekeh saat dibonceng Dilan. Killa lagi mbayangin dibonceng Kapten Ri. Kayak di adegan drama crash landing on you, wkwkwk.
"Btw kita romantis ya kak. Dilan yakin deh, siapapun yang liat, pasti ngira kita pacaran."
"Kamu punya pacar Dil?"
"Enggak." Jawab Dilan sambil menoleh ke belakang.
"Hadap depan." Killa mendorong wajah Dilan agar fokus kedepan. "Kamu udah janji gak bakal bikin kakak jatuh, So fokus liat jalan." Omel Killa. Dilan hanya terkekeh, baginya sangat biasa jika seorang cewek itu bawel alias cerewet.
"Kamu pernah jatuh cinta?"
"Pernah." Kali ini Dilan tak menoleh kebelakang, takut kena omel lagi.
"Udah diungakapin?"
"Gak berani." Nadanya terdengar putus asa.
"Kenapa?"
"Menurut kakak, memalukan gak sih kalau cowok suka sama cewek yang lebih dewasa?"
"Ya enggak lah. Cinta gak mandang usia, tapi mandang duit ama wajah good looking." Jawab Killa sambil cekikikan.
"Idih, itu mah kakak. Makanya suka sama kak Del yang good looking plus tajir. Dilan bilangin Kak Del." ancamnya.
"Apaan sih Dil." Killa memukul memukul punggung Dilan. "Awas aja ngomong macem macem sama Kak Del."Killa memelototi Dilan walau dia tahu Dilan sedang tak melihatnya.
"Buruan nyatain cinta kamu. Dari pada keduluan orang, ntar jadi sadboy loh." Killa sok sok an menasehati, padahal dirinya sendiri gak pernah pacaran, gak ada pengalaman apapun. "Tapi muka kamu mendukung banget jadi sadboy."
"Muka ceria gini, masa dikatain mendukung jadi sad boy. Kak Del tuh cocok jadi sadboy."
"Kalau tampilan kayak kak Del sih, seratus persen fakboy."
"Ngatain fakboy, tapi cinta." Cibir Dilan sambil menyebikkan bibirnya.
"Gak cinta, tapi banget."
"Dasar bucin."
"Biarin, dari pada kamu, laki tak gak berani ngungkapin cinta, cemen." Killa membalikkan jari jempolnya, mengejek Dilan.
"Kalau Kakak disukain berondong, kakak gimana?"
"Mau lah, menang banyak dapat berondong, hehehe." Killa menanggapinya dengan guyonan. "Kebanggaan tersendiri bisa nakluin berondong. Apalagi berondongnya manis kayak kamu Dil." Goda Killa sambil menyandarkan kepalanya dipunggung Dilan.
"Singkirin tuh kepala, jangan bikin Dilan baper." protes Dilan sambil memajukan badannya.
"Idih, masa gitu aja baper? Kak Killa gak bakat bikin orang baper. Buktinya Kak Del gak pernah baper sama Kak Killa."
"Apa iya? kali aja Kak Del baper tapi gengsi."
Obrolan mereka berhenti saat tiba di cfd. Dilan mengeratkan tali sepatunya dan memasang earphone ditelinganya sebelum memulai joging. Sedangkan Killa, dia hanya duduk manis sambil menjaga sepeda sepeda milik Bi Siti. Padahal tuh sepeda kalau dibiarin juga gak ada yang bakal mau nyuri.
Killa memperhatikan orang orang yang berlalu lalang. Begitu banyak orang, tapi orang yang paling ingin dia lihat tak ada disini, dia masih bergelut dengan selimutnya diatas ranjang empuk.
Setelah Dilan selesai joging, keduanya mencari rujak cireng. Mereka berjalan beriringan dengan Dilan yang menuntun sepeda. Wajah Killa sumringah melihat apa yang dicarinya ternyata ada. Karena antrian panjang, Dilan menyuruh Killa duduk dibangku taman, sedangkan dia mengantri.
"Nih." Dilan menyodorkan rujak cireng yang baru dia beli pada Killa.
"Makasih adek kesayangan." Ucap Killa sambil tersenyum manis. Tanpa menunggu dia langsung melahap rujak yang lumayan pedas itu. Efek ngidam, makanan yang biasapun terasa sangat istimewa. Dilan hanya melihat, dia sama sekali tak berminat dengan makanan itu.
"Makasih ya kak buat topinya." Ujar Dilan. Sebelum berangkat tadi, Killa memberikan topi pada cowok itu. Sebenarnya itu adalah topi yang dibeli Killa untuk Del saat valentine dulu. Tapi karena tak jadi diberikan, Killa memberikannya pada Dilan.
"Kamu cakep pakai topi itu." Killa menunjuk dagu kearah topi yang dipakai Dilan sambil mengangkat dua jempolnya.
"Sebagai gantinya, beliin kakak es krim." Killa menunjuk kearah pedagang eskrim keliling yang berada tak jauh dari mereka.
"Pamrih, ngasih tapi minta imbalan." Cibir Dilan. "Tapi karena Dilan anak baik, sholeh dan rajin menabung, boleh deh." Cowok itu segera bangkit dan menuju pedagang es krim.
Beberapa saat kemudian, Dilan kembali dengan 2 cup es krim ditangannya.
"Makasih Dilan sayang." Ucap Killa sambil menerima es krim rasa strawbery dari Dilan.
"Enak gak?"
"Banget." Jawab Killa sambil memasukkan sesendok es krim kedalam mulutnya.
"Cemot tuh." Dilan menunjuk dagu kearah pipi Killa. Sebenarnya dia hanya iseng, pengen ngerjain kakak iparnya.
"Masak sih?" Killa buru buru mengelap area sekitar mulutnya. "Bersih, kamu bohongin aku?" Killa melihat tangannya yang bersih, sepertinya tak ada yang belepotan.
Dilan mencolek eskrim nya dengan jari lalu menorehkannya di hidung Killa.
"Dilan!" Teriak Killa sambil melotot.
"Satu kosong, wek." Cibir Dilan sambil menjulurkan lidahnya. Tak mau kalah, Killa segera membalas Dilan, dia mengambil es kirimnya dan mengoleskannya di pipi Dilan. Akhirnya, bukannya dimakan, es krim itu malah habis untuk perang perangan.
"Romantis banget." Seru seseorang.
"Kak Del."
Seru Killa dan Dilan kompak sambil melihat kearah Del.
🥹😭😭dada aq Thor sesak juga baca chapter ini
belajar dri sikapnya Del yg terdahulu, awalnya manis berakhir dengan kata2 yg bener2 GK masuk di akal saking sakitnya.