Cinta Bukan Sedarah

Flasback

Setiap hari Cinta selalu memikirkan nasib Bagas dan Selby. Bukan dia tidak tahu kalau mereka memiliki perasaan yang sama. Perasaan antara laki-laki dan wanita dewasa. Bukan hanya sekedar perasaan sesama saudara. Cinta dapat melihat besarnya rasa cinta yang Bagas miliki untuk Selby. Bahkan sekarang lebih besar dari yang dia lihat dulu.

Ya, Cinta sadar Bagas menyukai Selby. Meski anak itu bukan anak kandungnya tetapi Cinta memilki ikatan batin yang tidak kalah kuat dengan ibu kandung. Dari luar Bagas terlihat tidak peduli  dengan Selby. Tapi kenyataannya Cinta tahu Bagas sangat peduli dengan Selby.

“Semoga keputusan yang aku ambil tepat.”

Tidak hanya sehari atau dua hari. Cinta bahkan memikirkan ini hampir setengah tahun. Apa yang harus dia lakukan? Mulai darimana? Lalu apa akibatnya? Setelah itu ia harus bagaimana? Semua itu Cinta pikirkan dengan matang sebelum mengambil keputusan.

Setidaknya selama setengah tahun ini ia sudah mengumpulkan cukup uang. Jika Bayu menceraikannya ia sudah siap. Jika Bagas dan Selby membencinya wanita itu pun sudah menyiapkan mental untuk kehilangan mereka. Meski sulit Cinta akan berusaha untuk Ikhlas asal kedua anak yang ia besarkan dapat hidup bahagia.

Hari ini Lili lagi-lagi datang. Cinta kesal kenapa Bayu terus membiarkan Lili datang. Ia tidak suka gadis itu. Terlihat baik di depan aslinya busuk di belakang. Cinta sudah sering bertemu dengan wanita seperti Lili. Sok polos dan lugu di depan tetapi aslinya munafik, bermuka dua. Untung Bagas tidak seperti Bayu. Dia sama sekali tidak tergoda dengan Lili.

Setiap kali Lili datang Cinta hanya memperhatikan anak-anaknya. Melihat dengan jelas bagaimana Bagas dan Selby kembali menjauh. Seperti orang asing tapi saling merindukan.

Cinta tahu Bagas sudah tidak tahan lagi ingin berbicara berdua dengan Selby. Karena itu saat ia mendengar teriakan Selby. Cinta langsung mengalihkan perhatian Bayu. Ia tidak ingin Bayu mengganggu momen Bagas dan Selby.

“Kau mau kemana?” tanya Bayu saat melihat istrinya bersiap pergi.

“Ah, aku mau ke supermarket membeli beberapa bahan makanan yang habis. Hanya sebentar tidak lama.”

“Baiklah. Cepat kembali.”

Cinta mengangguk. Lalu pergi dan masuk ke dalam mobil duduk di kursi belakang. Untung ia tidak disuruh ajak Lili. Jika iya maka rencananya bisa gagal.

“Kau sudah suruh orang untuk mengikuti mereka?”

“Sudah Nyonya. Sesuai perintah anda.”

“Bagus. Antar aku menemui mereka.”

“Siap Nyonya.”

Beberapa menit berlalu

Cinta sudah berada di depan pintu apartemen milik Bagas. Ia pun masuk sebab pintu belum tertutup sempurna. Tidak ada siapapun disana. Cinta perlahan berjalan mencari keberadaan mereka. Disana di salah satu kamar ia melihat Bagas dan Selby saling berciuman. Cinta diam ia tetap berdiri di tempat. Ia tidak ingin mengganggu momen mereka.

Cukup lama berdiri hingga Cinta mendengarkan perdebatan mereka. Telinga Cinta terasa panas. Tidak boleh, Selby tidak boleh menolak Bagas. Cinta harus segera mengungkap kebenaran yang selama ini dia simpan. Ia tidak ingin menyesal di kemudian hari. Cinta tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya dalam penyesalan.  Perlahan langkahnya mendekat. Ia mendorong pintu dengan pelan hingga terbuka. Terlihat Selby langsung melepas pelukan Bagas. Mereka menoleh ke arah pintu. Bagas dan Selby terkejut melihat kedatangan Mama Cinta..

“Mama.”

“Maaf mengganggu momen kalian.”

“Ka-kami ha-hanya…” Selby mendadak gagap. Ia belum menemukan alasan yang tepat.

“Tidak perlu dijelaskan mama sudah tahu.”

Bagas dan Selby saling menatap. Apa maksud ucapan mama Cinta? Apa mama tahu mereka tadi berciuman? Atau tahu mereka saling mengungkapkan perasaan? Atau tahu hal lainnya?

Mama Cinta tersenyum. Menatap kebingungan kedua anaknya. Wanita paruh baya itu mendekat. Ia menggenggam tangan putri Selly. Menatap gadis kecil yang dulu ia besarkan kini berubah menjadi wanita dewasa yang cantik dan anggun.

“Apa kau mencintai Bagas?”

“A-apa?” mendapat pertanyaan itu Selby mendadak gugup. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

Mama Cinta tersenyum lalu mengulangi pertanyaannya. “Apa kau mencintai anak nakal itu? Bukankah dia itu dingin denganmu. Tidak peduli denganmu. Bahkan kalian dulu hampir tidak pernah berbicara. Anak nakal itu terlihat benci dengan kehadiranmu dulu.”

“Mama.” Protes Bagas.

“Lihatlah. Benar kan yang mama bilang. Dia itu tidak peduli denganmu. Ayo pulang. Mama kenalkan kau dengan anak teman mama yang baik dan juga tampan. Yang paling penting dia anak orang kaya.”

Mama menggenggam tangan Selby. Mengajak anak gadisnya keluar. Tetapi baru satu langkah Bagas menghadang mereka.

“Selby tidak boleh pergi. Dia tidak akan berkenalan dengan siapapun. Mau kaya, mau tampan, atau apapun Selby tidak boleh pergi.”

“Kenapa? Apa hubungannya denganmu. Selby bebas. Dia belum menjadi milik siapapun. Bukan begitu Selby?”

Diam

Lagi-lagi pertanyaan mama Cinta sulit untuk Selby jawab. Disatu sisi dia mencintai Bagas. Disisi lain dia tidak bisa mengakui Bagas sebagai kekasihnya. Mereka belum ada ikatan apapun. Bahkan tadi Selby sempat menolak Bagas karena mereka saudara satu ayah.

Oh Sial

Bagas juga bingung. Dia tidak mau Selby pergi menemui lelaki lain. Apalagi berkencan dengan lelaki lain.

Tidak.

Bagas tidak dapat membayangkan itu. Dia ingin Selby menolak. Tetapi melihat Selby diam Bagas yakin Selby tidak akan menolak.

“Kami memiliki hubungan?”

“Apa?”

“Ma, pokoknya Selby tidak boleh pergi menemui lelaki lain.”

“Kasih mama satu alasan yang jelas dulu.”

Sial

Sial

Sial

Bagas tidak punya pilihan. Dia akan berjuang. Diterima atau ditolak itu urusan belakangan. Dia harus mempertahankan Selby. Apalagi dia tahu Selby juga memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

“Karena kami saling mencin…”

“Bagas.”

Ucapan Bagas terputus karena Selby memotong. Ia tidak ingin mama Cinta tahu. Ia takut. Ia belum siap.

“Lanjutkan Bagas.”

“Ma, ayo kita pergi.” Ajak Selby. Tapi mama Cinta menolak. Wanita itu tetap ingin mendengar pengakuan anaknya.

“Lanjutkan Bagas.”

“Ma.” Protes Selby.

“Biarkan Mama mendengar Selby. Setuju atau tidak setuju itu terserah mama yang penting kita sudah jujur dengan perasaan kita.”

Selby menyerah. Ia pun pasrah. Ia tidak lagi mencegah Bagas. Mau tidak mau dia harus siap dengan segala konsekuensi nanti.

“Ma, maaf jika Bagas salah. Tetapi perasaan ini tidak pernah salah. Bagas tahu ini tidak boleh tetapi Bagas tidak bisa menekan perasaan Bagas. Semakin di tekan semakin kuat. Bagas mencoba membuka hati untuk yang lain tetapi tidak bisa. Bagas tahu ini salah tetapi Bagas tidak bisa menghindar. Semakin Bagas menghindari semakin Bagas menggila. Sejak kecil Selby sudah memenuhi hati Bagas Ma. Maafkan hati Bagas yang kecil karena hanya mampu menampung satu wanita saja yaitu Selby. Bagas mencintainya. Sejak kecil sampai sekarang. Selama lebih dari sepuluh tahun hanya Selby yang Bagas cintai. Maafkan Bagas Ma. Seharusnya ini tidak terjadi.”

“Kau Selby? Apa kau juga mencintai Bagas” tanya mama Cinta.

Hah??