Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.
Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Beberapa hari berlalu sejak pertemuan Han Sunyi dengan Mei Lian, hari ini Han Sunyi ingin pergi kepasar lagi dengan penyamarannya tanpa di ketahui siapapun seperti kemarin tapi kali ini ternyata tidak bisa karena tiba tiba Zhi Dao muncul di depan Han Sunyi dan itu membuat Han Sunyi kage.
"Nona aku ikut " ujar Zhi Dao tiba tiba
"Zhi Dao kau mengagetkanku, lagian ngapain kau ikut?" kesal Han Sunyi
"Aku tidak mau nona pergi sendirian, jika ada apa apa bagaimana kami tanpa anda" jawab Zhi Dao
"Ais... Kau ini, ya sudah ayo tapi jangan panggil aku nona, namaku Wen Lang di luar sana " ujar Han Sunyi lalu pergi di ikuti Zhi Dao
Mereka keluar dari pintu rahasia milik Han Sunyi, jika mereka lewat depan maka yang lain juga akan ikut seperti anak ayam mengikuti induknya. Di sepanjang jalan mereka melihat interaksi penduduk sangat seru.
Mereka berjalan terus hingga di ujung desa, disana suasananya berbeda karena banyak rakyat miskin yang terlihat kelaparan, sangat lusuh dan juga banyak yang sakit.
Han Sunyi yang baru tau pun sangat kaget, "Zhi Dao... Kenapa di sini ada mereka dan kenapa tidak ada laporan tentang ini semua?" tanya nya
"Maaf tuan, kami belum dapat laporan tentang ini semua. Sepertinya mereka baru datang dari daerah yang terkena musibah" jawab Zhi Dao
"Li Feng... Bagaimana bisa kau tidak memperhatikan rakyat mu?" marah Han Sunyi
"Zhi Dao suruh orang orang kita memberikan bantuan pada mereka, panggil nuan dan Jin Yue untuk membantu disini memeriksa yang sakit, suruh Yuyu dan yuyi membuatkan bubur untuk mereka semua suruh yang lain untuk membangun tenda untuk mereka berteduh, sedangkan Feng Yu dan Bai Ren tetap di restoran" perintah Han Sunyi
"Baik tuan" ujar Zhi Dao lalu pergi sedangkan Wen Lang atau Han Sunyi mendekati mereka untuk bertanya dari mana mereka berasal.
Saat Han Sunyi sedang memeriksa orang orang disana, terdengar suara wanita menyapa nya, "Tuan Wen... Anda ada di sini ?"
"Nona Mei Lian, ah iya aku baru datang dan melihat mereka. Sedang apa nona disini?" tanya Han Sunyi
"Aku sedang lewat baru pulang dari kediaman paman dan akan pulang tapi aku melihat anda di sini jadi aku datang menyapa" jawab mei Lian
"Oh begitu rupanya, nona Mei apa anda tau asal mereka?" ujar Han Sunyi
"Tuan sepertinya mereka orang orang dari desa tayun yang mengalami kekeringan yang di landa selama 3 tahun ini, air tidak mengalir kedesa itu, ayah ku bilang bantuan untuk mereka sepertinya tidak sampai" jelas mei Lian
Han Sunyi yang mendengar itu tau pasti ada yang tidak beres dengan semua ini, tidak lama Zhi Dao dan Nuan serta Jin Yue
"No....eh, tuan Wen kami sudah membawa yang di butuhkan," ujar nuan dan Jin Yue
"Bagus jika begitu cepat kerjakan " ujar Han Sunyi lalu mereka pun memeriksa orang orang itu sedangkan Zhi Dao terpaku menatap mei Lian, Han Sunyi yang melihat itu heran lalu tersenyum kecil.
"Zhi Dao... Jangan terlalu di tatap nanti anak orang bisa lari, kerja dulu baru aku kenalkan kasihan mereka" ujar Han Sunyi membuat Zhi Dao dan mei Lian jadi malu.
Mereka akhirnya membantu orang orang itu, mei Lian pun ikut membantu disana setelah menyuruh pelayan nya pulang duluan untuk meminta izin pada orang tuanya
Saat siang tiba, yuyi dan lainya datang dengan makanan yang akan di bagikan, semua orang orang itu mengucapkan terima kasih atas bantuan yang di berikan oleh Han Sunyi dan orang orangnya.
Han Sunyi merasakan kebahagiaan melihat semua orang terlihat penuh sukur dan terharu
Sedangkan di tempat lain tepatnya di istana kekaisaran qing, seorang pengawal memberikan laporan pada kaisar qing tentang apa yang terjadi di ujung desa atau dekat perbatasan.
...****************...
Wen Lang berdiri di antara rakyat miskin yang berbaris untuk menerima bubur hangat dari tangan Yuyu dan Yuyi. Rambutnya sedikit berantakan, jubah kelabunya tertiup angin. Ia tampak tenang, tapi matanya memantau setiap sudut dengan kewaspadaan tinggi.
“Tambahkan porsi untuk anak-anak,” ujarnya lembut. “Dan jangan lupa, orang tua didahulukan.”
“Baik, Tuan Wen,” jawab Yuyi sambil membungkuk.
Di sisi lain, Zhi Dao membantu Nuan dan Jin Yue memeriksa warga yang sakit. Ia jongkok di depan seorang anak kecil yang demam, memegangi tangan mungil itu dengan hati-hati. Di dekatnya, Mei Lian berjongkok juga, memegangi mangkuk air.
“Kau bisa menahannya sebentar, Nak,” kata Zhi Dao lembut. “Sedikit lagi.”
Anak itu menangis pelan, tapi Mei Lian menyeka keringat di dahinya. “Kau hebat sekali, nanti kalau sembuh, aku buatkan permen gula, ya?”
Zhi Dao tersenyum samar. Ia jarang melihat gadis bangsawan yang tidak takut menyentuh penderitaan rakyat. “Nona Mei, kau tak perlu repot seperti ini. Tangannya bisa kotor.”
“Zhi Dao, bukan begitu caranya berbicara pada gadis,” sahut Han Sunyi dari kejauhan, dengan nada menggoda. “Kalau kau terus bicara seperti itu, bisa-bisa tak ada yang mau dekat denganmu.”
Mei Lian menunduk, tersenyum kecil. Wajahnya sedikit memerah.
Zhi Dao menggaruk tengkuknya, salah tingkah. “Aku hanya… khawatir saja, Tuan Wen.”
Han Sunyi menatap keduanya sekilas. Ada kilasan kehangatan di matanya — sesuatu yang jarang terlihat dari sang mantan jenderal dingin itu. Ia tahu, di tengah kehancuran seperti ini, sedikit tawa adalah bentuk kehidupan.
Bersambung