Kebahagiaan dan kehidupan damai yang diharapkan raisa, cewek keras kepala, dan galak, tiba tiba sirna, ketika ia dipertemukan dengan seseorang yang menurutnya menyebalkan, dan selalu membuat emosinya naik setiap saat.
Banyaknya lika liku kehidupan yang menumbuhkan benih cinta, terpaksa membuat raisa membuka kembali lembaran dimasa lalunya, dan, mencari siapa sebenarnya seseorang yang menjadi pahlawan kecilnya.
akankah raisa menemukan siapa pahlawan kecilnya?
atau ia harus melupakan dan mencari hati yang lain untuk berubah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellmei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata cuma gue aja yang terlalu picik buat perbaiki semua sama lo.
25
Tok tok tok
suara ketukan pintu menggema keseluruh ruangan, cowok itu mengerjapkan mata untuk menstabilkan penglihatannya, kepalanya agak sedikit pening, bau alkohol masih tercium menyengat di badannya, andika melirik jam yang ada di atas nakas masih pukul 05.24 dan itu masih terlalu pagi untuknya bangun.
Tok tok tok
"Kak dika bangun" teriak cakra di luar dengan suara cempreng khas anak itu, andika melangkah ke arah pintu dengan sempoyongan, cowok itu mengusak matanya membuka pintu, cakra menatap andika dengan tatapan kesal, anak itu melipat tangannya di depan dada
"Lama banget sih buka pintunya" gerutu anak itu cemberut
"Elah cak masih pagi, lagian ini hari minggu"
"mmm, mmm, mmm, pokoknya kakak harus nempatin janji, cakra mau ketemu sama kak raisa, jadi kakak harus anterin cakra ke mansion kakeknya kak raisa" ucap anak itu mengacungkan jari telunjuknya dan mengarahkannya ke kanan dan ke kiri, andika mengerjakan mata tidak percaya dengan apa yang dilakukan anak ini.
"Aduh cak, ini masih pagi, mataharinya aja masih bobok ganteng belum nongol, udah ya entar aja, kak dika tidur lagi ya, cakra juga tidur dulu aja" mohon andika dengan wajah yang menahan kantuk
"Nggak mau, pokoknya harus sekarang, titik." kukuh cakra, ia benar-benar kukuh dengan pendiriannya.
Andika menghela nafas kasar mengacak rambutnya frustasi
"Untung lo bocah, kalau gede gue tendang lo sampe amerika serikat" gumam andika asal namun masih terdengar oleh cakra
"Kak dika bilang apa tadi?" tanya cakra memastikan
"Enggak, gak bilang apa-apa, cakra salah dengar kali, ya udah kakak mandi dulu ya, cakra nunggu di bawah aja" elak cowok itu cepat, ia buru-buru masuk ke dalam kamar.
Cakra menatap andika tidak percaya, anak itu menyentuh dagunya dengan jari telunjuknya, berpikir, karena tidak ingin berfikir terlalu banyak, cakra memilih turun ke bawah dan menunggu andika di depan televisi dengan menonton kartun kesukaannya, sambil menikmati cemilan yang ada di sana.
💫💫💫
Kediaman kasela yang terlihat bersih dan megah, sangat lah memanjakan mata, pepohonan kecil berjejer rapi dan sangatlah terawat, di tengah-tengah jalan terdapat sebuah air mancur berbentuk angsa, sangatlah indah.
Cakra melompat ke girangan saat tiba, anak itu berlari mengitari air mancur membuat andika menggelengkan kepala sembari tersenyum melihat kelakuan cakra yang sangat random.
"Selamat pagi tuan muda andika" sapa dua pengawal yang ada di sana dengan sangat hormat, andika menggangguk dan tersenyum pada mereka.
"Nona muda raisa ada di sini?" tanya andika sopan pada mereka
"Maaf tuan muda, nona raisa tidak ada disini, kemarin ia pamit akan kembali ke mansion lima keluarga" andika tersentak kaget mendengar jawaban salah satu dari mereka, karena raisa tidak berada di kediaman keluarga kesela dan di mansion lima keluarga, kemana cewek itu pergi? perasaan khawatir mulai menghampiri andika, cowok itu juga merasa bersalah pada raisa, andika takut raisa tidak pulang gara-gara masalahnya dengan andika .
"Kak dika kenapa diem aja? kak raisanya mana?" tanya cakra menarik jaket yang andika pakai, cowok itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus menjawab apa, andika berjongkok di hadapan cakra, ia tersenyum sambil mengelus lembut rambut anak itu.
"Kak raisanya lagi ada urusan, ntar sore baru pulang ke mansion, cakra main sama kak dika dulu aja ya" andika beralibi membohongi cakra, anak itu merenggut kesal, melipat tangan di depan dada.
"Ih kak raisa sibuk terus, gak inget sama aku, padahal aku kangen kak raisa, tapi kak raisanya gak" cakra menggerutu sangat kesal.
"Kak raisa pasti juga kangen sama cakra, tapi kak raisanya kan masih sibuk, kalau urusannya udah selesai pasti kak raisa bakal nemenin cakra sampai puas" andika berucap dengan lembut, berusaha meyakinkan cakra, anak itu terlihat menghembuskan nafas kasar lalu mengangguk.
"Ya udah deh kita pulang aja kak"
"Iya, kita main di rumah aja ya" cakra kembali mengangguk, andikapun berdiri dan menggenggam tangan cakra, cowok itu tersenyum ke arah 2 pengawal yang ada di sana.
"Sampaikan salam saya pada tuan besar kasela, saya pamit pulang"
"Baik tuan muda"
💫💫💫
Raisa melangkah dengan santai ke arah meja makan, keadaannya juga sudah membaik, raisa sudah memikirkan semuanya dengan matang, mungkin dinda benar, bicara baik-baik adalah cara yang terbaik untuk menyelesaikan sebuah masalah, dari pada harus menjauh dan membebani diri sendiri.
"Cerah banget mukanya, pakai senyum-senyum segala" dinda tersenyum menggoda, cewek itu baru selesai menyiapkan makanan untuk sarapan, dinda duduk du dekat raisa dengan senyum yang menghiasi bibirnya.
"Apaan sih" raisa ter senyum kecut
"Ayo lagi ngomongin apa nih, kayanya seru banget" tanya denny yang baru turun dengan setelan jas rapi.
Denny mendekat ke arah dinda dan mencium kening cewek itu singkat, kemudian duduk di dekat cewek itu.
"Ish, kebiasaan nih, yang udah nikah mah beda mesra-mesraan di depan orang" canda raisa dengan melipat tangan di depan dada.
"Kalau pengen, balikan dulu sana sama tunangan lo" balas denny ikut menggoda raisa
"Oke fine, gue kalah" Jawa raisa mengangkat kedua tangannya di depan dada, denny dan dinda terkikik geli melihat wajah kesal raisa.
Cewek itu mengambil sehelai roti dan mengolesinya selain blueberry, ia mulai menyantapnya dengan wajah kesal yang dibuat-buat, mendengar tawa denny dan dinda yang tidak berhenti.
💫💫💫
Matahari sudah mulai menunjukkan warna jingga dari ufuk barat, menandakan bahwa malam sebentar lagi akan tiba, andika keluar dari dalam kamarnya, cowok itu melangkah menuruni tangga bermaksud menemui cakra yang sedang bermain dihalaman mansion, andika mengangkat satu alisnya melihat seorang cewek duduk disofa, wajah andika seketika menjadi datar dan tatapannya menjadi tajam mengetahui siapa cewek yang duduk disofa sambil memainkan ponsel.
"ngapain lo disini?" tanya andika ketus, rahang cowok itu mengeras menatap sesil seperti elang yang akan menerkam mangsanya, cewek itu tersenyum melangkah mendekati andika.
"aku pamit ka mau pindah keprancis" jawab cewek itu manja
"yaudah, pindah aja sana, ngapain nyamperin gue"
"kakak gak mau cegah aku?"
"gak, lebih baik lo pergi, gue muak banget liat muka lo, gausah sok manis didepan gue, gue jijik" andika berkata dengan sangat ketus nan dingin.
Ia berbalik hendak melangkah keluar pintu, namun tangannya tiba-tiba dicekal oleh sesil, hingga membuat andika kembali menghadap sesil, cewek itu memeluk andika sangat erat.
"makasih ya kak hadiahnya, aku juga sayang sama kakak" andika mengernyit bingung, tidak mengerti dengan perkataan sesil, sesil tiba-tiba menangkup wajah andika, jika dilihat dari belakang akan terlihat sedang berciuman dengan mesra.
"kak raisa kok gak masuk?"
Mendengar nama raisa disebut cakra, andika membulatkan mata, ia langsung mendorong sesil hingga terhempas kebelakang hingga terjatuh terduduk dilantai.
Andika berbalik, mendapati raisa yang mematung didepan pintu, cewek itu terlihat menggelengkan kepala sembari tersenyum miris.
Raisa berbalik berlari menjauh, matanya mulai berkaca-kaca menahan sesak yang ia rasakan melihat adegan yang ditunjukkan andika dan sesil tepat di depan matanya.
Andika tidak tinggal dia, ia berusaha mengejar raisa, andika tidak mau ada kesalahpahaman lagi, ia harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Cakra yang tidak mengerti apa-apa hanya menatap kepintu dan sesil bergantian, anak itupun melangkah mendekat ke arah sesil dengan tatapan tidak suka, sementara sesil tersenyum penuh kemenangan, karena telah berhasil membuat hubungan raisa dan andika berantakan.
"Tante rempong gak usah senyum-senyum kayak orang gila, cakra gak suka sama tante, pintunya udah kebuka lebar banget buat tante rempong keluar" cakra berucap ketus, anak itu melipat tangannya di depan dada menatap sesil tajam sambil memanyunkan bibirnya.
Merasa terusir cewek itu pun bangkit dari lantai, menatap cakra tajam
"Lo panggil gue apa tadi?" tanya sesil tajam
"Tante rempong"cakra menjawab dengan enteng.
"Anak kecil belagu, lo tahu gue siapa?" bentak sesil
Cakra hanya tersenyum miring menanggapi ocehan sesil
"Manusia lah, mana mungkin hantu, apa jangan-jangan tante itu jelmaannya? ihhh serem" cibir cakra ngeri.
Sesil menatap cakra dengan emosi yang memuncak karena ia kalah pada anak kecil, dengan geram cewek itu mengangkat tangannya ingin menampar cakra, namun kelvin lebih dulu mencekal tangan sesil kuat.
"Seorang cecilia dhea agnes yang terkenal lembut nan cantik menampar anak kecil? sok polos banget lo anjing, jadi cewek yang bisanya cuma ngerusak hubungan orang, dasar munafik" kecan kelvin dengan suara tenang namun menusuk, cowok itu menghempaskan tangan sesil kasar, kelvin menarik cakra menjauh.
"Pergi lo dari sini, atau lo mau gue hancurin reputasi lo?" ancam kelvin sebelum cowok itu melangkah menjauh bersama cakra.
Sesil menatap kelvin tajam, cewek itu mengepalkan tangan menahan amarah.
"Gue bakal bales dendam sama lo raisa, lo pasti bakalan nyesel karena berurusan sama gue, kalau gue nggak bisa dapetin andika, lo juga nggak bisa" batin cewek itu penuh dengan emosi, iapun melangkah menjauh meninggalkan mansion 5 keluarga besar.
💫💫💫
Air mata cewek itu mengalir dengan sendirinya, meski sudah ia tahan mati-matian agar tidak jatuh, raisa berpikir andika akan sama kelimpungan seperti yang ia rasakan, raisa pikir andika mencintainya :) nyatanya tidak!
Ada dan tiadanya ia, sama saja, raisa hanya menjadi salah satunya dan tidak bernilai di mata seorang andika.
Raisa masuk ke dalam mobilnya, cewek itu tidak menghiraukan semua tatapan aneh, para asisten mansion saat melihatnya berlari sambil menangis keluar dari dalam mansion.
Raisa mengendarai mobil dengan ugal-ugalan, cewek itu tidak peduli dengan peraturan lalu lintas, semua ia terobos.
Sebuah mobil menghalang mobilnya, hampir terjadi sebuah kecelakaan jika ia tidak langsung menginjak pedal gas rem, dan untungnya jalanan sangat sepi dan tidak ada pengendara lain selain raisa dengan mobil itu.
Seseorang keluar dari mobil itu, yah benar, orang itu adalah andika, cowok itu mendekat ke arah mobil raisa mengetuk pintu mobil cewek itu pelan.
"Sa... keluar sa, gue mohon, kita perlu bicara" andika berkata agak keras agar raisa mendengarnya.
Raisa tidak menanggapi, ia hanya menatap lurus ke depan, pikirannya kosong, air mata masih mengalir di pipi mulusnya, enggan untuk ia hapus.
"Sa, kita perlu ngomong, gue bisa jelasin semuanya sama lo, kita bicara baik-baik ya" pinta andika menatap raisa penuh harap dari luar mobil
Raisa menghela nafas kasar, entahlah, ia benar-benar sudah lelah sekarang, untuk sekian kalinya, ia harus menangis karena seorang andika, dengan perlahan namun pasti, raisa membuka pintu mobilnya, dan itu sukses membuat andika mengembangkan senyum, andika langsung memeluk raisa sangat erat.
"Sa, gue tahu lo pasti percaya sama gue kan"
Cewek itu tidak menjawab, hanya melepaskan pelukan andika secara kasar
"nggak ada yang perlu diomongin lagi ka, ternyata cuma gue aja yang terlalu picik buat perbaiki semua sama lo, tapi buktinya? ada dan gak adanya gue, lo sama aja" raisa berkata pelan, namun sangat tersirat jika cewek itu benar-benar lelah saat ini.
Andika bungkam mendengarkan perkataan raisa, sebesar itukah andika menyakiti raisa?
"Mungkin gue sama lo emang gak cocok, lo lebih pantas sama sesil daripada sama gue, gue juga tahu, lo udah pasti sayang banget sama dia, bukan gue, ntar bilang aja sama mommy buat batalin pertunangan bodoh ini" raisa berkata dengan tenang, namun jauh dilubuk hatinya, ia sangat terluka dengan perkataannya sendiri, raisa tersenyum paksa pada andika ia menepuk bahu andika pelan.
"Lanjutin aja kesenangan lo, gue pamit" ucap raisa lagi, cewek itu melangkah mendekati mobilnya yang berjarak 3 meter darinya.
Andika mematung di tempatnya, cowok itu masih mencerna semua perkataan yang terucap dari bibir mungil raisa.
"Kalau lo balik natap gue lagi sebelum lo masuk kedalam mobil, itu artinya lo juga sayang sama gue" batin andika menatap punggung raisa dari belakang.
Tepat saat andika menyelesaikan ucapannya, raisa berhenti melangkah, cewek itu menoleh sekilas ke arah andika dan kembali tersenyum dengan paksa.
💫💫💫