Ayu Lestari namanya, dia cantik, menarik dan pandai tapi sayang semua asa dan impiannya harus kandas di tengah jalan. Dia dipilih dan dijadikan istri kedua untuk melahirkan penerus untuk sang pria. Ayu kalah karena memang tak memiliki pilihan, keadaan keluarga Ayu yang serba kekurangan dipakai senjata untuk menekannya. Sang penerus pun lahir dan keberadaan Ayu pun tak diperlukan lagi. Ayu memilih menyingkir dan pergi sejauh mungkin tapi jejaknya yang coba Ayu hapus ternyata masih meninggalkan bekas di sana yang menuntutnya untuk pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Keberangkatan Ayu
"Tuan, pesawat yang akan membawa Nyonya Ayu sudah siap!" ucap Albert sopan.
"Selly udah kamu intruksikan apa saja yang harus dibawa kan?" tanya Fernando sambil meletakkan penanya ke atas meja.
"Sudah, Tuan! Semua perlengkapan Nyonya Ayu sudah siap di dalam koper!" jawab Albert.
"Perintahkan beberapa penjaga untuk melindungi Ayu dari orang-orangnya William, aku percaya mereka belum ikhlas dengan beralihnya warisan itu ke tanganku!" perintah Fernando tegas.
"Sudah, Tuan! Saya sudah menambahkan beberapa pengawal untuk mengawasi Nyonya Ayu selama di sana!"
"Bagus, pastikan nggak ada orang yang mendekat! Aku belum bisa ekspose Ayu sampai dia siap!" ucap Fernando sopan.
"Iya, Tuan." Albert mengangguk pelan. Albert tahu bahwa meskipun semua aset milik Tuan Himawan sudah dipindahkan ke tangan Fernando, tapi ada satu syarat penting yang harus Fernando penuhi sebelum dia mutlak menjadi pemilik Himawan corp yaitu status pernikahannya yang tidak boleh ada perceraian sampai lima tahun ke depan.
"Ada lagi yang ingin kamu tanyakan?" tanya Fernando saat melihat Albert masih berdiri di depannya dan ragu untuk menyampaikan sesuatu.
"Nyonya Ayu bertanya, apakah saat di London nanti dia bisa bebas bepergian?"
"Tentu saja dia bisa bepergian asal selalu ada yang mengawalnya, dia harus menikmati negara itu dan mempraktikkan manner yang dipelajari di sana bukan? Jangan sampai dia bikin malu, makan steak pakai tangan!" dengus Fernando terang-terangan.
Albert mengulum senyumnya mengingat bagaimana menggemaskannya Ayu saat makan steak dengan menggunakan tangannya.
"Intruksikan Selly untuk tetap waspada di sisi Ayu!"
"Tuan nggak ingin mengantarkan kepergian Nyonya Ayu?" tanya Albert.
"Kita ketemu dia di bandara!" ucap Fernando lalu kembali menekuni pekerjaannya, Albert pun keluar untuk meninggalkan Fernando.
Tepat jam lima sore, Fernando dan Albert keluar dari kantor mareka dan pergi menuju bandara untuk mengantar kepergian Ayu.
Ayu tersenyum saat melihat Fernando masuk ke dalam lounge tersebut. Sudah familiar dengan semua staff di bandara tersebut dan Fernando bisa melenggang masuk sampai ke ruang tunggu tersebut.
"Semua keperluan Nyonya Ayu sudah kamu persiapkan semua kan, Sel?" tanya Albert memastikan.
"Sudah, Pak!" Selly mengangguk.
"Baik-baik jaga Nyonya Ayu, kalau ada apa-apa langsung kabarin pusat!" Albert mengingatkan.
"Baik, Pak Albert!"
Fernando menatap Ayu yang tampak gelisah di tempat duduknya sana. "Aku grogi!" ucap Ayu tanpa sadar.
"Kenapa grogi?" tanya Fernando penasaran.
"Mau naik pesawat! Mana kata Selly pesawatnya kecil lagi, kalau kena angin apa nggak ambruk tuh pesawat!" jawab Ayu dengan gemetar.
Fernando tertawa lepas mendengar ucapan Ayu yang lucu itu.
"Pesawat itu berat dan didesain tahan dengan angin, jadi kamu nggak usah khawatir!" ucap Fernando menenangkan.
"Tapi tetep aja takut!" sahut Ayu semakin panik.
"Percaya sama aku, kamu akan selamat sampai tujuan!"
Ayu pun sedikit tenang mendengar perkataan Fernando yang menenangkan.
Tak lama seorang kru pesawat itu menghampiri Albert untuk memberitahu keberangkatan pesawat tersebut.
Fernando menatap Ayu lama dan dalam, ada sesuatu di dalam dada sana, itu bukan cinta tapi... entahlah, Fernando belum bisa menerjemahkan perasaannya sendiri.
Fernando menepuk puncak kepala Ayu dengan lembut. "Belajar yang baik di sana, aku menunggumu di sini!" Hanya kata-kata itu yang bisa Fernando ucapkan.
Ayu mengangguk dan tersenyum lalu dengan takjim Ayu mengambil tangan kekar itu dan menciumnya dengan takjim.
"Aku pergi dulu!"
Fernando mengangguk lalu melepaskan kepergian Ayu hingga Ayu menghilang dari balik pintu pesawat.
Perlahan pintu itu ditutup oleh pramugari. Fernando tetap menatap pesawat itu hingga pesawat itu mengudara dan meninggalkan Jakarta.
Begitu pesawat itu menghilang dari pandangan, Fernando memutuskan untuk kembali ke rumah pribadinya.
Seorang asisten rumah tangga menyambut kedatangan Fernando dan Albert.
Keduanya masuk ke ruang kerja Fernando dan melanjutkan pekerjaan mereka di sana.
"Besok pagi kabar tentang status pernikahanku harus sudah tersebar ke media. Aku ingin membungkam mulut keluarga Santa sekaligus menyakinkan Oma bahwa pernikahan ini memang pernikahan sungguh-sungguh!"
Albert dengan tenang mencatat semua perintah Fernando lalu dia mengotak-atik laptopnya.
Saat jam telah menunjukkan pukul sembilan malam, barulah kedua orang yang lebih banyak menjadi patung dan menatap layar laptop itu bergerak dan mulai mengemasi pekerjaannya.
"Kamu pulang aja, Al!" Fernando meminta Albert untuk pulang ke rumahnya.
"Baik, Tuan! Besok saya akan menjemput jam tujuh pagi karena ada meeting dengan klien jam sembilan pagi!" ucap Albert.
"Oke!" jawab Fernando sambil merenggangkan ototnya pelan.
Albert meninggalkan rumah besar itu, menyisakan Fernando yang termenung di dalam ruang kerjanya.
Fernando memutuskan keluar dari ruangan itu dan masuk ke dalam kamarnya.
Fernando sempat membersihkan diri lalu menatap ke sekelilingnya yang tampak asing dan aneh tanpa keberadaan Ayu di rumah itu.
Fernando memutuskan keluar kamar dan memindai ruang keluarganya yang besar dan lengang. Semua ART pasti sudah masuk ke kamar masing-masing setelah tadi menyiapkan makan malamnya.
"Kok gue ngerasa sepi ya, aneh nggak ada si culun itu di sini!" Fernando merabai dadanya sendiri tapi tak ada yang aneh di sana.
Fernando memilih masuk ke dapur untuk mengambil air minum dan melemparkan tubuhnya ke sofa empuk sana.
Fernando mengambil ponselnya dan mulai mengetikkan pesan ke salah satu pengawal yang menjaga Ayu.
Gimana penerbangannya?
Pesan itu terkirim dan langsung centang dua biru yang intinya pesan itu langsung di terima oleh pengawalnya.
Awalnya Nyonya Ayu histeris, Tuan! Tapi sekarang beliau mulai tenang dan menikmati perjalanan ini.
Fernando tersenyum sambil membayangkan wajah Ayu yang memucat dengan jantung yang berdetak dengan cepat.
"Nyesel gue kenapa gue nggak nganterin dia sampai London! Udah lama gue nggak lihat hiburan semenarik ini!" ucap Fernando sambil melihat video yang dikirimkan oleh salah satu pengawalnya.
Ayu terlihat memegangi tangan Selly yang duduk di sebelahnya lalu berteriak dengan suara yang cukup kencang.
Matanya memejam dan wajahnya pucat pasi. Fernando tertawa lepas melihat tontonan di layar ponselnya itu.
Tak bosan Fernando terus memutar tayangan itu berkali-kali sampai dia puas tertawa lalu mengirimkan chat kepada pengawal tersebut.
Terus pantau perkembangan Ayu di sana, bilang sama Selly untuk terus mengambil gambarnya dan mengirimkan kepada saya!
Setelah mendapat kesediaan pengawalnya itu, Fernando menutup ponselnya dan menutup matanya sambil membayangkan Ayu yang telah sah menjadi istrinya itu.
"Dia memang nggak secantik itu, tapi entah kenapa ketulusannya bisa sampai ke dalam hati!"
"Gue yakin gue nggak terjatuh dan mulai tertarik sama si Culun itu. Fernando Himawan tak perlu tertarik dengan perempuan manapun!"
Setelah mengatakan hal itu Fernando memilih masuk ke kamarnya untuk beristirahat, dia ingin membuang bayang-bayang Ayu yang entah kenapa mulai mengusik hatinya.