NovelToon NovelToon
Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Mafia / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:402
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Hari yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan Eireen justru berubah menjadi neraka. Dipelaminan, di depan semua mata, ia dicampakkan oleh pria yang selama ini ia dukung seorang jaksa yang dulu ia temani berjuang dari nol. Pengkhianatan itu datang bersama perempuan yang ia anggap kakak sendiri.

Eireen tidak hanya kehilangan cinta, tapi juga harga diri. Namun, dari kehancuran itu lahirlah tekad baru: ia akan membalas semua luka, dengan cara yang paling kejam dan elegan.

Takdir membawanya pada Xavion Leonard Alistair, pewaris keluarga mafia paling disegani.
Pria itu tidak percaya pada cinta, namun di balik tatapan tajamnya, ia melihat api balas dendam yang sama seperti milik Eireen.

Eireen mendekatinya dengan satu tujuan membuktikan bahwa dirinya tidak hanya bisa bangkit, tetapi juga dimahkotai lebih tinggi dari siapa pun yang pernah merendahkannya.
Namun semakin dalam ia terjerat, semakin sulit ia membedakan antara balas dendam, ambisi dan cinta.

Mampukah Eireen melewati ini semua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ikut Bertarung

Xav berjalan mengendap-endap di dalam lorong bagian dalam kapal, melewati ruangan dimana dua orang laki-laki memeriksa sprinkler.

Sambil celingukan, ia mencari keberadaan Eireen di tiap jendela ruang yang ia lewati, mengintip.

Kapal itu tidak terlalu besar, tapi setidaknya ada beberapa ruangan di kanan kiri lorongnya.

Xav terus memeriksa. Sesekali ia menunduk, bersembunyi di dalam ruangan tanpa pintu menghindari orang yang tiba-tiba keluar dari ruangan.

"Kau yakin aman diikat begitu saja?" Suara laki-laki yang sedang melewati lorong terdengar oleh Xav. Telinganya awas mendengar setiap percakapan mereka.

"Aman, katanya dia hilang ingatan, jadi tidak akan seberbahaya itu."

Xav jadi berpikir mendengarnya. 'Apa hubungannya hilang ingatan dan berbahaya?'

"Lagipula ada dia yang jaga. Biar jadi urusan si codet itulah!

Xav tahu, jika Eireen tidak hanya diikat sendiri di suatu tempat, melainkan juga dijaga oleh seseorang yang disebut codet oleh orang yang lewat tadi.

Suara langkah kaki orang-orang tadi sudah tidak terdengar, Xav mengintip dan memastikan mereka sungguhan sudah tidak ada di lorong itu.

Ia tidak bisa nekad menyerang secara brutal, karena Eireen bisa dijadikan sandera oleh musuhnya. Makanya, Xav terus bergerak dalam diam.

Setelah ia rasa aman, Xav segera beranjak lagi, melanjutkan langkah, menuju ke ruangan dimana orang-orang tadi keluar.

Nahla yang mengamati pergerakannya dari CCTV tampak ikut tegang, karena Xav akan memasuki ruangan dimana orang yang dikenal si Codet itu juga sedang berdiri menyandar dinding sebelah kiri pintu.

"H-hei...Nahla sampai reflek mau menghentikan Xav, yang sudah akan membuka pintu.

Namun, Xav tiba-tiba menghentikan langkahnya, seolah sudah bisa merasakan bahaya.

Nahla tampak sedikit lega karena laki-laki itu tidak jadi membuka pintunya.

Xav entah terpikirkan apa, langsung mengetuk pintu itu dua kali dengan kepalan tangannya.

TOK! TOK!

Si Codet yang tadinya bersedekap tangan, menundukkan kepala sambil bersandar dinding pun menoleh ke arah pintu.

Ekspresi wajahnya tampak bertanya-tanya.

'Siapa?'

Memang agak aneh, karena rekannya bukan orang yang akan mengetuk pintu dengan sopan begitu. Lantas, ketukan terdengar lagi. Tiga kali.

TOK! TOK! TOK!

Curiga, si Codet pun menegakkan tubuhnya, mulai beranjak menuju pintu. Ia tidak langsung membuka pintunya, tapi berpikir sekilas.

Nahla yang menonton adegan mereka pun tidak berkedip. Jujur saja, hal yang memicu adrenalin begini memang cukup menarik perhatiannya.

Xav pun tampak diam, sambil menyipitkan mata, berusaha mendengar suara sekecil apapun dari balik pintunya. 'Come on, buka pintunya!'

Di sisi lain, si Codet mulai menggerakkan tangan, mulai membuka pintu.

Seketika pintu terbuka sedikit, Xav segera menendang pintunya keras-keras, hingga si Codet ikut terpental karenanya. Suara terdengar keras, sampai orang-orang di dalam kapal itu mendengar bunyinya, mulai bertanya-tanya. 'Bunyi apa?'

Xav sendiri sudah tidak peduli, ia segera masuk, menutup pintu.

KLEK!

Sistem kemanan pintu itu mengunci sendiri.

Xav menyeringai. 'Dasar!'

Ia sadar, jika Nahla yang melakukannya dan masih mengawasinya diam-diam sejak tadi.

Sementara itu, si Codet yang tadinya jatuh pun sudah berdiri, menatap nanar ke arah Xav.

Ia menggerakkan kepala, seolah sedang melemaskan leher, bersiap menyerang.

Anehnya laki-laki itu sama sekali tidak bersuara sejak tadi. Bahkan, saat mulai menyerang, tetap dengan mode diam.

Xav meladeninya dengan tangan kosong.

Seorang Black Ass memang biasanya menyerang dengan senjata yang tidak berisik, mulai dari menjadikan tubuhnya sendiri sebagai senjata, atau, menggunakan senjata tajam mematikan.

BUG! BUG!

Tangan si Codet aktif sekali menyerang Xav yang entah kenapa memilih mode bertahan, menangkis serangannya.

Nahla yang masih mengawasi lewat CCTV di ruangan itu pun jadi mulai khawatir. "Jangan-jangan, dia belum pulih benar? Dasar!"

Sambil melihat Xav terus diserang, Nahla jadi kepikiran untuk menghubungi Xev. "Apa aku laporkan saja ya? Sial, kalau dia sungguhan kalah, ibunya bisa mengamuk ke ayah bunda kalau tahu aku membantunya!"

Nahla serba salah sekali. Salah-salah, ia juga akan terkena imbas kalau Xav celaka di kapal itu.

Melihat Xav semakin terdesak, Nahla pun sudah mengambil telepon genggamnya, mau menghubungi saudara kembar Xav.

Namun, saat ia sudah akan memencet tombol call, tiba-tiba saja Xav mengeluarkan tajinya. Sekali ayunan tangan, membuat si Codet terpental.

BRUK!

Laki-laki itu pun mengenai dinding, kemudian terjatuh ke lantai. Saat melihat posisi mereka, Nahla sadar, ternyata, Xav sengaja membuat posisinya ada di sisi ruangan, di mana Eireen terikat di kursi, seolah ingin melindungi.

KLEK! KLEK!

Kini, gantian Xav yang melakukan peregangan tangan dan leher. "Hanya begitu saja? Bangun, kau memalukan nama Black Ass Dunia Gelap!" ejeknya.

Nahla pun tampak kesal. "Sial, aku mengkhawatirkan yang tidak penting rupanya!"

"Tapi... siapa wanita itu, kok dia sebegitunya, sampai-sampai mau melindunginya saat sedang bertarung?!" imbuhnya penuh tanya, menatap Eireen yang masih terikat di kursi, di belakang Xav.

BUG! BUG!

Fokus mata Nahla berpindah saat terdenga suara berdebam lagi. Kini si Codet terlempar setelah terkena tendangan Xav.

"Sok pamer!" ketus Nahla saat Xav melirik sekilas ke kamera CCTV di atap ruangan itu.

Sementara, Si Codet sudah mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Wajahnya tampak kesakitan, tapi tidak juga bicara apa-apa.

"Apa kau bisu?" tanya Xav merasa aneh, karena tidak ada suara kesakitan terdengar darinya.

SRET!

Si Codet yang masih membisu langsung mengeluarkan senjata tajam, pisau bergerigi dengan ujung sangat lancip.

Xav menggerakkan tangan, seolah minta si Codet segera maju dengan ekspresi mengejek seperti biasa.

SRET!

Si Codet mengayunkan ke dada Xav senjata tajamnya. Gerakannya taktis, bahkan lebih gesit lagi.

Xav tampak masih membaca arah gerakannya, mencoba mempelajari gaya pertarungan musuh. Mengingat, pertarungan jarak dekat, itu lebih penting kata ibunya.

SRET!

Si Codet terus saja menyerang, mengarahkan ke titik vital dada dan leher. Sementara, suara ketukan pintu sudah terdengar.

DOK! DOK! DOK!

"Hei? Kenapa dikunci?!" Suara rekan si Codet terdengar, mencoba membuka pintu tapi tidak bisa.

Xav dan Si Codet tidak mengabaikan suara itu dan masih fokus bertarung berdua. Sampai puncaknya, si Codet justru terlihat mau melempar pisau ke arah Eireen.

Xav pun segera melompat menabrakkan diri, hingga tubuhnya dan si Codet bergulung di lantai berdua.

Nahas, Si Codet yang memang memancing Xav untuk melakukan gerakan penyelamatan begitu berhasil menunggagi tubuh Xav.

Ujung senjata tajamnya sudah terarah ke leher Xav. Nahla yang melihat Xav memegangi sekuat tenaga pisau agar tidak menusuk lehernya jadi tegang. "Come on!" ucapnya berharap semoga Xav bisa membalikkan keadaan.

"Arghhh....!" Wajah Xav memerah, kekuatan dorong si Codet seperti sungguhan sedang dimaksimalkan, hingga ujung senjata tajamnya sedikit lagi mengenai kulit leher Xav.

Ingat kata-kata Ayahnya, saat berlatih dulu, ia pun memfokuskan kekuatan pada tangannya dan mulai mendorong balik sambil mengeram.

"Yaarghh...!"

Mata si Codet terlihat sekali terkejutnya, tidak menyangka jika Xav bisa mendorong tangannya begitu.

Ia tidak tahu saja, jika dari kecil, Ayah dan Ibunya bergantian melatihnya rutin, sampai tahap yang mungkin tidak akan bisa dibayangkan oleh seorang Black Ass yang juga ditempa begitu keras di masa pelatihannya sekalipun.

Bahkan Xav bisa membelokkan arah ujung senjata tajamnya. Alhasil, konsentrasi si Codet jadi melemas sekilas. Tapi, walau hanya sekilas, Xav memelintir tangan si Codet.

Tangannya sudah terpelintir, wajah Si Codet seolah tidak habis pikir sama sekali, seperti itu harusnya tidak mungkin terjadi.

Saat laki-laki itu terperangah, Xav melepas sekilas satu tangannya, kemudian menghantamkannya ke wajah si Codet.

BUG!

Tubuh Si Codet limbung, senjata tajamnya terjatuh, karena tangannya dipatahkan oleh Xav dengan gerakan cepat tadi.

Tidak ada suara, hanya derap kaki Xav saja yang mulai mengunci tubuhnya, melakukan gerakan roll, hingga posisi berbalik.

Kepala Si Codet diapit oleh kaki Xav yang menyilang, dikunci pati, hingga terdengar bunyi.

KLEK!

Saat Xav melakukan roll lagi. Tubuh Si Codet tergeletak telentang. Xav menghela napas, melepas kakinya yang masih mengunci leher laki-laki itu.

Ia bangun, dan melakukan eksekusi terakhir dengan senjata tajam, yang membuat Nahla mengalihkan pandangan dari layar yang ia tonton sejak tadi.

Si Codet dipastikan telah tewas, Xav pun membuka masker wajahnya, gerak. Ia berjalan mendekat, mau membangunkan Eireen, tanpa peduli pintu yang sudah didobrak berkali-kali sedari tadi.

"Hei.. apa yang terjadi?!"

"Sial, kalau pintu saja, tidak bisa didobrak, kenapa kapal soak ini terus saja bikin susah?!"

Orang-orang di luar ruangan itu tampak kesal sendiri. Sementara, Xav sudah menepuk-nepuk wajah Eireen. "Hei, bangun!"

Beberapa kali tepukan, kelopak mata Eireen mengerjap perlahan. Saat pertama kali membuka mata, wajah pertama yang terlihat adalah wajah Xav.

"Kau...?" ucapnya dengan suara lirih, masih serak, seperti orang baru bangun tidur.

"Lihat, akibat dari perbuatanmu! Kenapa kau selalu saja menyusahkanku, hah?" ketus Xav dengan nada kesal.

Eireen masih mengernyitkan alis. Nyawanya seperti belum terkumpul, jadi belum bisa langsung paham, karena kepalanya masih pusing.

"Kenapa diam?" ketus Xav sekali lagi.

Merasakan tangannya terikat, Eireen mulai ingat, jika ia diserang orang hingga pingsan sebelumnya. "Dimana ini? Ke-kenapa kau ada di sini?"

"Ck!" Xav berdecak kesal. Mana mungkin dia mengatakan, jika sengaja datang menyelamatkan Eireen? Bisa besar kepala gadis gila itu. Pikirnya.

Bukannya menjawab, Xav yang tadinya jongkok pun segera berdiri, menuju ke belakang kursi, memutus tali yang mengikat tangan Eireen.

Sementara, Eireen sendiri sudah melihat si Codet yang bersimbah darah di lantai di depannya. Eireen pun langsung bisa mengerti situasinya, apa yang terjadi di sana. Bahkan, suara orang-orang di luar pintu pun terdengar. Ia paham, Xav menyelamatkannya kali ini. 'Tapi kenapa? Dan bagaimana dia bisa tahu aku diculik?'

Tangannya lepas, Xav pun meletakkan senjata tajam ke tangannya.

"Buat apa?" tanya Eireen, agak-agak jeri karena senjata di tangannya berlumuran darah.

Eireen sudah terlalu percaya diri, membatin, 'Apa dia memberiku untuk ikut bertarung dengannya lawan musuh?'

Mengingat, jarang-jarang, orang dunia gelap percaya kepada orang asing dan mau bertarung bersama, saling melindungi, kecuali sudah percaya benar. Namun, Xav tidak menjawab dengan suara, ia hanya mengarahkan pandangan ke kaki Eireen, kemudian beranjak pergi.

Eireen yang sadar jika dirinya disuruh melepas sendiri ikatan kakinya oleh Xav pun mengerucutkan bibir dengan tatapan kesal. "Dasar!"

"Kau juga bodoh, kenapa pula berharap kepadanya, hah?" imbuhnya keceplosan.

Entah beruntung atau justru sial, Xav dengar, tapi seolah tidak peduli. Itu membuat Eireen semakin gregetan. Apa iya, belum apa-apa, sudah bertepuk sebelah tangan begitu?

Selagi Eireen melepas tali yang mengikat kakinya, Xav menyiapkan senjata laras pendeknya.

Namun, saat sudah akan menghubungi Nahla untuk membuka pintu, suara tembakan justru terdengar di luar pintu.

DOR! DOR! DOR!

Banyak, bersahutan dengan suara orang mengeram kesakitan karena tembakan.

Eireen sampai menatap tegang ke arah pintu.

"Ada apa? Siapa yang menyerang?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!