NovelToon NovelToon
Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pelakor jahat / CEO / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Saskya

Kairos Valente.

Seorang pria yang memiliki masa lalu percintaan yang kelam hingga menambah traumanya. Trauma akan kekerasan yang dilakukan oleh Daddy nya kepada Mommy kandungnya. Kairos Valente mengidap penyakit CPTSD. Pewaris Valente Corp. sebuah dinasti yang dibangun oleh mendiang kakek Valente diwariskan kepada kedua cucunya yaitu Kairos Valente dan Aureliany Valente. Namun, karena Aurel tidak tertarik di dunia bisnis, Valente Corp. dipimpin oleh Kairos Valente. Suatu pertemuan tidak disengaja di suatu malam antara Kairos dan seorang gadis yang bernama Aurora membuatnya tersentuh. Semesta menemukan mereka, obsesi Kairos mendekati gadis itu tumbuh semakin besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Saskya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persiapan

Koridor rumah sakit terasa sepi. Lampu-lampu putih di langit-langit memantulkan bayangan dingin di lantai mengilap, dan langkah Kairos terdengar mantap meski hatinya masih belum tenang.

Tangannya terulur ke saku celana, menarik keluar ponsel. Layar menyala, menampakkan nama Luca.

Ia menekan tombol panggil, beberapa detik kemudian suara deru mesin terdengar dari seberang—keras, bergemuruh, seperti hembusan adrenalin yang memanggil.

“Yo, akhirnya nelpon juga,” suara Luca terdengar di antara kebisingan. “Lo di mana, Kai?”

“Masih di rumah sakit,” jawab Kairos pelan, nadanya berat tapi terukur. “Acaranya udah mulai?”

“Belum. Dihundur tiga puluh menit. Panitianya lagi atur rute, katanya polisi patroli malam ini agak ketat.”

Kairos mengangguk kecil, meski Luca tak bisa melihat. “Baik. Kirim lokasinya, gue nyusul.”

“Lo yakin mau ikut malam ini?Aurora gimana disana? aman lo tinggal gitu?"

Kairos tersenyum tipis, tanpa humor. “Dia udah ada yang jagain, lagian gue butuh sedikit kecepatan buat ngereset kepala gue.”

Hening sejenak.

Di seberang, suara mesin meraung makin keras. Luca tahu dan tak berusaha mencegah.

“Baiklah. Tapi lo tahu aturannya. Jangan ceroboh kayak Matteo minggu lalu.”

“Tenang,” gumam Kairos, matanya menatap keluar jendela besar di ujung koridor.

Langit malam tampak pekat, dengan sedikit pantulan lampu kota yang berkilau. “Gue gak pernah jatuh di lintasan, Luc. Lo tahu itu.”

Sambungan terputus.

Kairos menyimpan ponselnya lagi, menarik napas panjang.

Tak ada yang tahu sisi ini tentang dirinya. Tidak Alex, Emily, Leandro, Valeria bahkan Bianca.

Hanya Aurel sepupunya yang sering menutupi keberadaannya tiap kali Kairos keluar malam.

Samuel adik laki-laknya, yang sesekali ikut hanya di tribun sebagai penonton.

Luca dan matteo, dua orang sahabat yang tahu bahwa di balik jas mahal dan nama besar keluarga Valente, ada pria muda yang melawan kesunyian dengan kecepatan.

Langkahnya semakin cepat.

Saat ia melewati pintu keluar rumah sakit, hembusan angin malam menerpa wajahnya yang dingin, tajam, tapi justru memberi rasa hidup.

Ia menekan tombol kunci di remote mobil.

Suara klik disusul kedipan lampu biru dari Aston Martin hitam yang terparkir di bawah lampu taman.

Kairos membuka pintu, duduk di kursi pengemudi, dan dalam sekejap, dunia yang tenang itu berubah

deru mesin menyala, suara rendah namun buas mengisi udara.

Tatapannya menajam, senyum kecil terbit di sudut bibir.

Malam ini, Kairos Valente bukan pewaris keluarga Valente.

Malam ini, ia hanya seorang pria yang ingin melarikan diri dari pikirannya sendiri melalui lintasan yang berkilat dan suara mesin yang meraung lebih keras dari kegelisahan hatinya.

___________________________________

Udara malam di pinggiran kota dipenuhi aroma bensin dan suara mesin yang meraung tak sabar.

Lampu-lampu jalan berbaur dengan cahaya dari mobil-mobil sport yang berjajar rapi di bawah jembatan beton.

Asap tipis dari knalpot menari di udara, seolah mengaburkan batas antara bahaya dan kebebasan.

Kairos tiba.

Mobil hitamnya meluncur perlahan ke area yang sudah dipenuhi penonton bayangan, orang-orang yang tahu persis, ini bukan balapan biasa.

Begitu ia keluar dari mobil, beberapa kepala menoleh.

Ia mengenakan jaket kulit gelap, rambut sedikit berantakan, dan tatapan mata yang dingin tapi memikat.

Aura kepemimpinannya tak perlu diteriakkan, terasa dengan sendirinya.

Di sisi lintasan, Aurel sudah lebih dulu menunggu.

Gadis itu bersandar santai di kap mobil milik Matteo, sebotol minuman energi di tangannya.

Sesekali ia meneguk sedikit, matanya memperhatikan suasana malam yang semakin ramai.

“Lihat siapa yang akhirnya datang,” serunya begitu Kairos mendekat. “Gue pikir lo bakal pensiun dan milih nunggu di rumah sakit sampe pagi.”

Kairos menatap sepupunya sekilas, menahan senyum. “Ckck, ya gak lah, gue gak pernah tahan kalau adrenalin mulai manggil Rel."

Aurel mengangkat alis, bibirnya melengkung sinis. “Atau mungkin lo cuma butuh alasan buat gak mikir tentang seseorang.”

Kairos tidak menjawab, hanya mengambil botol dari tangannya dan meneguk sedikit. Rasa pahit di lidahnya justru terasa menenangkan.

Di sisi lain, Matteo sedang berjongkok di samping mobil yang akan digunakan Kairos malam ini—Nissan GT-R R35 berwarna abu-abu metalik dengan velg hitam matte.

Lampu sorot membuat permukaan mobil itu berkilau seperti baja.

“Tekanan ban udah gue sesuaikan,” ujar Matteo tanpa menoleh. “Nitro dua botol cadangan. Dan tolong, jangan lo pakai sekaligus kayak waktu di Monaco dulu. Gue masih trauma liat lo ngebut di tikungan setajam itu.”

Kairos mendekat, menatap mesin yang terbuka. “Tenang. Gue masih tahu batas, Mat.”

“Halah, belum mulai mah enak lo ngomong gitu.” gumam Matteo sambil berdiri dan menepuk bahu Kairos. “Tapi tiap kali lo di balik kemudi, lupa semua itu!”

Dari kejauhan, suara mobil lain terdengar masuk.

Luca datang, bersama dua orang teknisi yang membawa peralatan lengkap di tangan.

“Gue bawa tim pengecekan,” katanya sambil melambaikan tangan. “Cuma buat pastiin mobil lo gak meledak di tengah jalan.”

Matteo tertawa. “Hey bro!, itu cuma sekali, dan itu bukan mobil Kairos!”

Kairos menghela napas kecil, tapi sudut bibirnya terangkat tipis.

Untuk sejenak, ketegangan yang mengikutinya sejak keluar dari rumah sakit tadi memudar, berganti dengan kehangatan aneh di antara mereka.

Sebuah kebersamaan yang hanya dimengerti oleh orang-orang yang hidup di antara batas bahaya dan kesunyian.

Aurel berjalan mendekat, melemparkan kunci mobil ke arah Kairos.

“Lintasan siap. Lo pembalap terakhir malam ini,” ujarnya datar. “Tapi hati-hati, rumor bilang pembalap dari distrik barat ikut turun. Lo tahu siapa yang dimaksud.”

Kairos menangkap kunci itu dengan refleks cepat. Matanya berkilat tajam.

“Semakin menarik,” katanya pelan. “Mungkin malam ini gue gak cuma ngebut tapi juga ngingetin orang-orang siapa yang sebenarnya raja lintasan.”

Aurel menepuk bahu Kairos. "Jangan sampai lecet, gue lagi males bohong ke papi apa lagi uncle lean." Peringat Aurel.

"Hmm."

1
lollipop_lolly
🥰
lollipop_lolly
gimana mansion keluarga Lendro Valente guyss?☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!