Dicampakkan Duda Dinikahi Berondong Tajir

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Tawa menggelegar di ruang tengah saat mendengar siapa yang sedang di telepon oleh Kai, tentu saja itu adalah suara Ryuga, anak si Buaya kecil Abang Asha.

"Apa dia bilang tadi, Kai? Bakul sayur? Hahaha-- , gak sekalian sama bakul pecel nya?" ledek Ryuga.

Saking tak percayanya, ia tertawa sambil memegangi perutnya sendiri yang lama kelamaan mulai terasa keram. "Aduh sakit banget sumpah," keluh Ryuga sembari meringis menahan nyeri.

"Sukurin!"

Kai yang kesal akan dua hal yang terjadi pada dirinya saat ini hanya bisa merengut, dadanya cukup sesak di sertai hati yang bukan lagi patah melainkan potek.

"Ada apa sih? kamu ngetawain apa, Ryu?" taya Mamih Bintang pada anak tunggalnya itu.

Ryuga menggeleng kan kepalanya, bukan tak ingin menjawab tapi biar saja Kai yang cerita jika memang ia ingin. Dan kini, dua wanita yang sama sama menjadi menantu Lee Rahardian itu hanya bisa saling pandang sebab tak paham dengan kelakuan putra mereka masing-masing.

"Kai, kamu kenapa?" pertanyaan kini terlontar dari mulut Mamih Rinjani saat melihat ekpresi anaknya merengut seperti menahan kesal.

"Gak apa apa, Mih. Aku masuk kamar dulu, capek."

Kai pamit lalu bangun dari duduknya di sofa, langkah kakinya yang gontai menuju kamar perlahan telah meninggalkan Ryuga, Mamih Rinjani dan juga Mamih Bintang begitu saja tanpa alasan yang jelas.

Ceklek

Pintu kamar di buka sedikit kasar oleh Kai, perasaannya kali ini sungguh tak bisa ia ungkapkan dengan kata kata kecuali rasa Kecewa.

"Kok bisa bisanya Mbak Er kasih aku nomer bakul Sayur pasar sih?" tanyanya pelan tak habis pikir. "Jahat banget sih, Mbak.".

Kai menghela napas, ia lihat lagi ponselnya hanya untuk memastikan jika nomer yang ia telepon barusan adalah nomer Erica. Wanita yang kini tengah sibuk menguasai pikirannya.

"Bener loh, ini yang aku save semalam. Atau jangan jangan Mbak Er sengaja bukan kasih nomernya?" terka Kau semakin kecewa jika itu benar adanya.

.

.

.

Sedangkan di tempat lain, Erica yang baru selesai membereskan kamarnya di datangi oleh Cita. Ekpresi wajah sang kakak yang cukup lumayan serius membuat Erica bergidik ngeri sendiri terlebih seolah ia sudah tahu apa yang akan mereka bahas malam ini.

"Ada hubunga apa sama anak PresDir?" tanya Cita tanpa basa basi sama sekali.

"Gak ada, Kak. Hubungan apa sih? bocah bau kencur gitu loh," jawab Erica asal.

"Sembarangan, meski pun bau kencur gitu, Kai tuh bisa beli kebon kencur sampe berhektar hektar, Er!"

Erica diam menunduk, tentu saja ia tahu dan percaya dengan yang di katakan kakaknya itu sebab bisa menerka betapa kayanya pemuda yang sudah dua kali bersamanya itu.

"Iya--, iya Kak. Aku sama Kai gak ada apa apa. Motorku mogok di parkiran Rumah sakit, aku di antar pulang dan motor ku di urus dia. Semalam ya dia datang lagi karna mau anterin motorku yang katanya udah sehat walafiat itu," Jelas Erica apa adanya.

"Kok bisa gitu? terus kamu kasih uang yang buat gantiin biaya bengkelnya?" tanya Cita lagi kian penasaran sebab ini menyangkut anak Bos besarnya.

Erica menggelengkan kepalanya, " Aku minta nomor Rekeningnya tapi gak di kasih, Kau malah minta nomer Hapeku, Kak," jawab Erica lagi.

"Nomer Hapemu? terus kamu kasih?" cecar Janda satu anak itu.

"Enggak, aku kasih nomer Mbok Ijem langganan sayur kita di pasar, Kak."

.

.

.

.

Astagfirullah, Er. Berondong tajir malah kamu kasih ke nini nini?