Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Santau Angin-3
"Makasih ya, Kak," ucap Kiky, setelah meminum obatnya.
"Sama-sama." sahut Fitri, sembari jari-jemarinya sibuk menekan keyboard pada laptopnya. "Laporan untuk masa kamu cuti kemarin, bisa liat contoh punya kakak. Samakan saja isi laporannya." Fitri mendekatkan layar tersebut ke dekat sahabatnya.
Kiky menganggukkan kepalanya. Ia tak dapat mengungkapkan dengan kata-kata, jika sahabatnya tak keberatan untuk membuat laporan kegiatan yang sama, meskipun ia tidak ada saat itu.
"Kalian ikhlas--kan?" tanyanya dengan rasa sungkan.
"Sudah, jangan difikirkan. Kita harus lulus semuanya," sabut Andana.
Hal itu semakin membuat Kiky merasa begitu diperdulikan.
Sementara itu, Emy dan Darmadi tiba dirumah seorang bidan yang letaknya cukup jauh. Keduanya terpaksa keluar dari dusun, melewati jalanan sepi, yang mana disisi kanannya, banyak tumbuh pohon sagu, dan sisi kirinya, terdapat pohon kelapa.
Rumah-rumah warga berjarak cukup jauh, dari satu rumah ker rumah yang satunya. Hal itu berbeda dengan yang berada ditepian sungai, justru disana lebih ramai.
Suasana cukup gelap. Hanya beberapa rumah yang mau memberikan penerangan jalan, dan itu cukuo membantu mereka.
"Aku kenapa jadi merinding ya, Bang." Emy mengusap tengkuknya. Ia merasa sangat tak nyaman, seolah punggungnya ada yang sedang menempel. Ia bergidik ngeri.
"Mungkin karena dingin," sahut Darmadi. Ia tak ingin membuat gadis itu bertambah takut.
Jalanan yang tidak terlalu lebar, membuat ia harus berhati-hati dan mempercepat laju motornya.
Setibanya ditempat yang dituju. Emy turun dari motor, namun ia kembali berjongkok, sebab merasa ada sesuatu yang menyumbat hati dan jantungnya
"Huuuuueek." Emy muntah. Namun kali ini, muntahannya hanya biasa saja, tanpa darah.
Akan tetapi, rasa sakit dibagian punggungnya, membuat ia takndapat untuj berdiri.
Darmadi tercengang melihatnya. "Kamu kenapa? Gak jadi berobat? Atau berubah fikiran?"
Emy menggelengkan kepalanya. "Aku gak bisa berdiri, Bang. Sesaknya udah ke jantung," ucapnya dengan terbata.
Pemuda itu menatap iba. Lalu beranjak dari tempatnya. Ia berjongkok, dan menatap sangngadis. "Kalau ku gendong gak masalah?" tanyanya, ia talut salah bertindak, dan nantinya dianggap pelecehan.
Emy tak menjawab, hanya saja wajahnya sudah sangat pucat, dan Darmadi terpaksa mengambil tindakan darurat, yaitu menggendongnya, dan mmebawanya masuk ke dalam rumah seorang bidan.
"Assalammualikum." ucapnya, sedikit keras.
"Waalaikumsalam," sahut seseorang dari arah dalam. Terlihat langkahnya terburu-buru, dan seorang wanita berhijab, dengabn tubuh tinggi dan berbobot kurang lebih tujuh pulu kilo datang menemui mereka.
"Masuk, letakkan diatas ranjang," titah wanita itu. Tanpa banyak bicara, ia meraih stetoskop, untuk memeriksa detak jantung pasien yang saat ini sedang terlihat sekarat.
"Apa yang terjadi?" tanyanya dengan rasa penasaran. Lalu mulai memeriksa.
"Tadi siang kebanyakan makan acar. Jadi, kena asam lambung. Jantungnya sampai sakit, gak bisa nafas," sahut Darmadi.
Bidan tersebut mendeteksi detak jantungnya. Terdengar normal, dan ia mencoba memeriksa tekanan darah pasien, dan hasilnya normal, dimana tertera seratus dua puluh per dua puluh.
Ia mengambil senter khusus, lalu memeriksa mata pasien, dan semua tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Kemudian memeriksa perutnya, mengetuknya dengan alas punggung tangannya, dwn tidak ada gembung.
"Abang Mahasiswa yang ngekos didusun tiga ya?" tanyanya penuh selidik. Sebab wajah mereka sangat asing, dan ia mendengar ada Mahasiswa KKN dari kampus dikota dari Fakultas Tarbiyah dan Syariah.
"Iya, Bu," sahutnya cepat.
Wanita itu terdiam sejenak. "sebentar, ya." ucapnya. Lalu berjalan meninggalkan ruangan pemeriksaan, dan Emy masih tak dapat berbicara, rasa sesak itu begitu kuat,"
Tak berselang lama, seorang pria berwajah teduh, dengan kain sarung yang melilit dipinggangnya, dan stelan pakaian koko, datang menghampiri mereka.
Ia menggunakan sarung tangan milik sang bidan, dan Darmadi menebaknya, jika itu adalah ayah dari tenaga kesehatan tersebut.
Ia menggunakan sarung tangan tersebut, karena tidak ingin batal wudhunya, sebab Emy bukan mahramnya.
"Apa yang sakit?" tanyanya, dengan suara yang tenang.
"Punggung belakang ngilu, dan lambungnya terasa perih, serta jantungnya seperti tersumbat sesuatu," Darmadi menjelaskan, sebab Emy sudah tak sanggup untuk berbicara.
Pria itu meraih jemari tangan Emy. Ia melihat ada titik warna putih ditengah kuku sang gadis, dan itu disemua jemarinya.
"Astaghfirullah." ia menggelengkan kepalanya. Seolah mengutuk perbuatan orang yang sudah melakukan tindkan keji itu pada gadis yang tak bersalah.
"Saya akan buatkan obatnya, baca doa ruqiyah, ya. Al-Fatiha, Ayat Qursi, Al Falaq dan An Nas," titahnya." lau ia beranjak pergi.
Deeeegh
Jantung keduanya seolah berhenti berdetak, dan mereka saling pandang. Apakah itu pertanda, jika Emy terkena Santau? Apa melalui acar? Jika makanan itu beracun, mengapa hanya Emy saja? Sebab mereka makan beramai-ramai.
Darmadi mengusap wajahnya. Apakah mereka benar-benar harus meninggalkan dusun itu? Sungguh mengerikan sekali hidup mereka. Dua bulan untuk tinggal didesa ini, namun terasa bagaikan bertahun, dan penuh ketakutan.
Tak berselang lama, pria berwajah teduh itu datang, lalu membawa kelapa muda yang sudah dibuka tutupnya. "Minumlah, dan jangan lupa baca shalawat Nabi, sebab semua pekerjaan dan pengobatan, harus dimulai dengan shalawat, untuk meminta keberkahan dan keridhaan Allah," ucapnya dengan tenang.
Darmadi membantu sang gadis untuk duduk, lalu memberikan kelapa muda tersebut, dan mulai meminumnya, sebelumnya berdoa dan membaca shalawat.
"Apakah acar itu ada racunnya, Pak?" tanya Darmadi.
Pria itu menoleh ke arah pemuda tersebut. "Apakah kamu tau tentang racun itu?" tanya pria bernama Shaleh yang sudah menolong Emy.
"Ya, sebab rekan kami juga terkena racjn Santau, dan masih dalam masa perobatan juga," jawabnya.
Pria itu menggelengkan kepalanya, lalu menarik kursi kosong didekatnya, dqn duduk dengan nafasnya yang terasa berat.
"Dia tidak mengirimkannya melalui makanan, dan minuman. Tetapi melalui angin," jawabnya dengan wajah yang penuh kegelisahan.
"Angin?" Darmadi sangat sesak mendengarnya. Jika mereka sudah sangat berhati-hati untuk menghindari makanan dan minuman, lalu seolah percuma saja, sebab akhirnya, racun itu juga dapat dikirimkan melalui angin.
"Ya. Ia bisa mengirimkan kepada siapapun, dan itu semua atas kerja manusia yang tidak beriman, dan dibantu oleh setan," ungkapnya.
Penduduk desa ini, bahkan banyak menanam kelapa hijau, dan tujuannya untuk perobatan, bagi siapa saja yang meminta pertolongan. Terutam Pak Sholeh, dan ia menanam dibelakang rumahnya sebanyakntiga batang.
Satu hal pantangan dari pohon kelapa hijau, ataupun tanaman lainnya, jika ada yang datang mengatakan untuk obat, maka mereka akan memberinya dengan percuma, dan menolak untuk dibayar. Kecuali orang yang datang untuk keperluan komersil, maka mereka akan menjualnya.
"Huuuuueeeek...," tiba-tiba Emy ingin merasa muntah dan sesuatu mendesak dari dalam perutnya, dan sang bidan mengambil wadah stenless, lalu menampung muntahan sang gadis, dan itu berupa cairan berwarna kuning pekat.
Darmadi menatap penuh priahatin. Ia merasa, jika mereka sedang berada didesa terkutuk.
"Tidak mengapa, ia sedang mengeluarkan racun bisa ular kobra yang dikirimkan kepadanya, melaului muntahannya" ucap pria itu.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...