Senja Ociana, ketua OSIS cantik itu harus menjadi galak demi menertibkan pacar sekaligus tunangannya sendiri yang nakal bin bandel.
Langit Sadewa, badboy tampan berwajah dingin, ketua geng motor Berandal, sukanya bolos dan adu otot. Meski tiap hari dijewer sama Senja, Langit tak kunjung jera, justru semakin bandel. Mereka udah dijodohin bahkan sedari dalam perut emak masing-masing.
Adu bacot sering, adu otot juga sering, tapi kadang kala suka manja-manjaan satu sama lain. Kira-kira gimana kisah Langit dan Senja yang punya kepribadian dan sifat bertolak belakang? Apa hubungan pertunangan mereka masih bisa bertahan atau justru diterpa konflik ketidaksesuaian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiaBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Bola Dunia
“Aduuh!”
Langit terkejut ketika tiba-tiba seseorang menubruk punggungnya dari belakang. Pemuda itu menoleh dan menatap datar Mayang yang tersenyum manis kepadanya. Gadis itu tampaknya sengaja pura-pura tersandung dan menabrak punggung Langit dengan dadanya sendiri.
“Kaki aku kesandung, Langit,” rengek Mayang membuat Langit mual.
Langit menepuk punggungnya, kemudian bergerak masuk ke dalam lapangan sembari membawa bola basket. Ia sedang latihan basket di lapangan indor, rupanya tim cheerleaders yang diketuai oleh Mayang pun kini tengah latihan.
“Gila, ya, itu anak? Anjir, dia sengaja nabrakin dadanya ke Langit, Ja. Sumpah, murah amat itu dada,” ucap Duri kepada Senja.
Senja dan Duri baru saja masuk ke dalam lapangan indor, malah disuguhi oleh pemandangan tak menyenangkanya itu. Senja menggeram, ia sangat gemas ingin menonjok Mayang. Sedari dulu gadis itu memang selalu centil kepada Langit, padahal sudah tahu kapten basket itu memiliki Senja sebagai kekasih.
“Ja, lo gak—” Kalimat Duri terputus saat melihat botol air mineral di tangan Senja sudah penyok. “Ekhm, Ja.”
Senja menoleh dan tersenyum manis kepada Duri. Senyum itu malah membuat Duri merinding.
“Eh, lo mau ke mana, Ja?” Duri mengikuti pergerakan Senja yang tampak mendekat ke arah Mayang. “Jangan bilang lo mau labrak itu anak? Bahaya, Ja. Kalo kalian sampe jambak-jambakan, itu bisa kacau. Itu si Mayang pasti bakal jadi pick me, lo bisa kena masalah, Ja.”
“Labrak?” Senja menatap Duri sembari terus melangkah. “Itu bukan gaya gue, Ri. Lo harusnya tau gimana gue, mainnya harus tenang dan elegan. Meski sejujurnya gue emang mau tempeleng kepalanya itu, sekalian gue tonjok itu dua gunung kembar, cih.”
Duri menggaruk puncak kepalanya, ia terus mengikuti Senja. Dirinya sudah cukup mengenal Senja selama 1 tahun lebih, memang karakter Senja bukan orang mudah tersulut dan menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Hanya saja, kadang senyum Senja terlihat begitu mengerikan di mata Duri.
Duk ...
“Aakh! Woi, apa-apaan, sih!” teriak Mayang ketika Senja sengaja menabrak setengah dadanya.
Senja tersenyum tenang. “Sorry, gue gak sengaja, tadi tiba-tiba aja tubuh gue oleng. Dada lo masih aman ‘kan? Gak kempes, ‘kan?”
“Pfftt ....” Duri menutup mulutnya menahan tawa mendengar kalimat Senja.
Mayang menggeram menatap Senja, kemudia ia menatap tajam Duri. “Gak usah ketawa lo, culun!” bentaknya marah.
“Gak usah bentak-bentak temen gue, yang salah gue, santai aja. Tadi aja lo nabrak pacar gue, gue gak masalah, tuh,” cetus Senja tersenyum sinis ke arah Mayang.
Mayang mengepalkan tangannya geram. “Jadi lo sengaja nabrak gue karna gue nabrak Langit, iya?”
“Enggak, tuh, gue gak sengaja. Eh, itu dada lo besar sebelah! Kayaknya yang satu beneran kempes, deh, karna tadi gak sengaja gue tabrak! Biar gue cek, gue harus bertanggung jawab.” Senja mendekat, berniat memegang salah-satu dada Mayang.
Mayang melotot dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Lo gila, ya!” pekiknya.
Orang-orang sudah tertawa. Langit pun sedari tadi memperhatikan aksi sang kekasih, ia terkekeh kecil, Senja memang selalu memiliki cara cerdas untuk membalas.
“Jangan sentuh gue! Gila lo!” teriak Mayang lagi.
“Lah, gue cewek, loh. Tenang aja, gue juga punya, kita sama-sama cewek. Padahal lo tadi santai aja tuh, dada lo nyentuh tubuh cowok,” cetus Senja tersenyum miring.
Mayang terdiam, ia menggeram menatap Senja dengan mata tajam. Orang-orang mulai berbisik, mereka tampaknya juga setuju dengan kalimat Senja. Apalagi selama ini juga banyak masyarakat sekolah tak menyukai Mayang, akibat karakater angkuhnya sebagai anak kepala sekolah.
“Bisa aja lo sebenernya lesbi! Iuuh!” decih Mayang menatap Senja jijik.
Senja tertawa. “Gue lesbi? Lo lupa kalo gue udah punya pacar? Lo juga sering gue mesra-mesraan sama Langit ‘kan? Sampe lo kepanasan sendiri. Gue masih normal, dan gue juga geli plus jijik nyentuh barang hasil pompa.”
“Ha-ha-haa!”
Kondisi lapangan indor semakin heboh oleh tawa. Ini bukan pertama kalinya terjadi perdebatan antara Senja dan Mayang. Bahkan tak jarang Mayang mengadu kepada ayahnya, mengatakan hal tak benar, sampai pernah masa itu Senja ditegur oleh kepala sekolah akibat fitnah Mayang.
Kini Senja tak ingin lagi bersikap lunak ketika berhadapan dengan Mayang. Gadis itu pernah menyebut nama Senja sebagai cewek bar-bar, jadi Senja pun hanya mengabulkan penilaian Mayang tentangnya. Setiap kali berhadapan dengan Mayang, Senja akan berubah menjadi cewek bar-bar yang elegan.
Langit melangkah mendekat ke arah Senja, kemudian merangkul sang kekasih. “Mana minuman aku?”
Senja mendongak. “Ini, sekalian buat Neo sama Ace.”
“Ayo ke sana, bentar lagi aku mau latihan babak kedua.” Langit mengajak Senja untuk pergi dari sana.
“Ayo, Ri,” ucap Senja mengajak Duri untuk ikut pergi dari sana. “Bye, bola dunia.”
pi klo kelen percaya satu sama lain pst bisa
klo ada ulet jg pst senja bantai
kita lanjut nanti yaaahhhhh