NovelToon NovelToon
Bad Boy Falling In Love

Bad Boy Falling In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.

"A-abila!." Jawabnya tergagap

"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.

Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."

"Good!."

Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila

Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.

Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila

Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2

Jantung Abila seakan berhenti berdetak sesaat saat Zerga baru saja mencium bibirnya. Kedua matanya membelalak kaget, tetapi tubuhnya tidak bereaksi. Lelaki itu menempelkan bibirnya ke bibir Abila dan aroma musky yang kuat menenggelamkan semua pikiran sehat Abila.

Sama dengan Abila, Zerga sendiri juga terkejut dengan kelebihan Abila. Bibir gadis itu terasa lembut, membuatnya ingin memperdalam ciumannya. Zerga sedikit mengernyitkan dahinya ketika lidahnya menyentuh bibir  bawah gadis itu dan ia bisa merasakan gemetarnya.

Zerga sedikit membuka matanya untuk melihat gadis yang baru saja ia cium. Bola matanya yang coklat cerah di tutupi oleh kacamata yang berbingkai tebal. Aroma vanilla yang manis dan bibir gadis itu terasa seperti madu. Wajahnya yang seakan membentuk hati, terlihat ketakutan.

"Dasar brengsek!." Teriakan Lyoora mematahkan momen romantis mereka.

Abila lantas menundukkan kepalanya, tidak yakin harus bereaksi seperti apa terhadap sesuatu yang baru saja terjadi.

Sementara Lyoora sangat marah pada Zerga. "Zerga! Lo mutusin gue demi dia?." Tanya nya dengan berteriak sembari menunjuk ke arah Abila yang polos.

Perasaan Abila semakin terasa canggung.

Tetapi Zerga terlihat acuh tak acuh.

"Ya, gua mutusin lo demi dia." Jawab Zerga sembari memeluk bahu Abila, cengkeramannya terlalu erat sehingga Abila tidak bisa melepaskan diri. "Lo punya masalah?."

"Lo... lo si kutu buku dari kelas 12B, kan?." Tanya Lyoora

Abila hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Dasar pel4cur!."

"Pergi dari sini, Lyoora!." Kata Zerga dengan nada dinginnya. "Gue ngga tertarik sama omong kosong lo."

Lyoora menghentak-hentakkan kakinya karena kesal sebelum akhirnya pergi, diam-diam dia bersumpah akan membalas dendam pada Abila, si kutu buku.

Setelah Lyoora pergi, Zerga dengan cuek mendorong Abila menjauh darinya. Dari dekat, Zerga terlihat semakin mengintimidasi.

Namun, Abila harus mengakui bahwa bahkan di tengah kerumunan,  Zerga akan terlihat lebih menonjol. Rambut hitamnya yang berantakan, justru hanya menambah pesona tampannya.

Hanya saja bermain basket berjam-jam di bawah sinar matahari, membuat kulitnya sedikit kecokelatan, namun Zerga masih cukup tampan. Dengan postur badannya yang menjulang tinggi, Zerga menjadi salah satu cowok terpopuler di sma Mahardhika. Dia hanya beberapa bulan lebih tua dari Abila dan  mereka bahkan berbagi beberapa kelas bersama.

Zerga dan Abila, mereka belum pernah berbicara dengan satu sama lain, tetapi entah mengapa Abila justru merasa takut pada Zerga.

Lelaki itu memiliki aura dingin yang mampu mengintimidasi semua orang di sekitarnya. Meskipun popularitasnya, Zerga di kenal sebagai cowok berhati dingin. Dia dan teman-teman gengnya terkenal suka meremehkan orang lain dan bahkan menindas banyak anak-anak sekolah hingga banyak yang putus sekolah.

Ayah Zerga-- Antonio Byantara adalah seorang donatur di sma Mahardhika, sehingga membuat Zerga bebas melakukan segalanya.

"Dengerin gue, kutu buku!." Zerga memanggil Abila dengan nada dinginnya. "Kalau sampe mulut lo ember kemana-kemana dan bilang ke orang-orang kalau gue baru aja cium lo, gue akan bikin hidup lo sengsara di sekolah! Ngerti?." Ancamnya dengan serius.

Abila yang menunduk, sedikit mengangguk kan kepalanya. Tetapi mulutnya terdengar seperti bergumam.

"Heh! Ngomong tu yang jelas!." Kata Zerga. "Ngomong apa lu tadi?."

"I-itu ciuman pertama ku." Jawab Abila lirih.

Dalam benaknya, ia membayangkan ciuman pertamanya  bersama dengan seseorang yang di cintainya. Abila menginginkan ciuman pertamanya sebagai sesuatu yang istimewa dan romantis. Lelaki yang akan menciumnya akan menjadi lelaki yang sangat di cintainya.

Tetapi sekarang, ciuman pertamanya telah di remehkan oleh anak nakal yang terkenal di sekolahnya. Setiap kali Abila memikirkan kembali momen ini, dia hanya akan merasa malu dan terhina.

"Kalau gitu, lu harusnya seneng lah." Zerga memiringkan kepalanya,  berpikir bahwa apa yang baru saja di lakukannya bukan perkara yang harus di permasalahkan. "Ciuman pertama lo di ambil sama cowo sepopuler gue." Katanya lagi dengan santainya sembari menaikkan sebelah alisnya ke atas, sementara sudut bibirnya menyeringi.

Abila menarik napasnya dalam-dalam, ingin rasanya ia memukul kepala Zerga saat itu juga karena telah berani mengambil ciuman pertama yang seharusnya untuk orang istimewanya, tetapi tangannya gemetar.

Zerga menatapnya dengan raut wajah jijik.  "Jangan pernah kasih tau siapa pun soal ini, kalau ngga... gua ngga akan biarin lu lolos." Ancamnya lagi. "Gua ngga kayak lu, gua punya reputasi yang harus di lindungi."

Zerga membenci orang yang lemah. Bahkan dia memperlakukan orang-orang lemah di sekitarnya dengan hina dan tidak memiliki rasa apa pun selain rasa jijik terhadap orang-orang lemah itu.

Setelah memberikan ancaman pada Abila, Zerga langsung pergi begitu saja, meninggalkan gadis cupu itu sendirian.

Untuk beberapa saat, Abila mencoba menyadarkan pikirannya sendiri. Air mata yang membendung di matanya seakan terasa perih, saat membayangkan adegan ketika mereka  tadi berciuman, adegan itu seakan tidak mau hilang dari pikirannya.

Abila berdiri di sana, menangis sendirian.

Ddrrtt..

Terdengar dering ponsel yang mengganggu Abila dari pikirannya.

Abila segera menyeka air matanya dan mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya, saat memeriksa layar ponsel, tertera nama kontak Rafka yang telah menelponnya.

"Bil, lo ada di mana?." Suara berat Rafka terdengar dari seberang sana. "Gue ada di sini, di kafe tempat lo kerja. Ayo pulang!."

"Oh... iya, bentar. Aku ke sana." Jawab Abila dan segera menutup panggilan tersebut.  Abila lantas kembali mencoba membuka pintu belakang dan beruntungnya di percobaannya yang kali ini, pintu itu mau terbuka.

Setelah masuk ke area dapur, Abila menyempatkan diri untuk mencuci wajahnya dan menyekanya dengan tisu hingga kering.

Berjalan menuju lokernya, Abila perlahan-lahan mengganti seragam kerjanya dengan kaos bolong dan celana jinsnya sembari mencoba menghapus kenangan akan ciuman itu.

"Rafka ngga boleh tau soal ini." Gumam Abila bermonolog. "Dia pasti marah dan besok bikin keributan di sekolah, aku ngga mau kalau sampe di panggil BK gara-gara masalah ini."

**

Sementara itu di area depan kafe, terlihat tiga orang gadis yang tengah memuji ketampanan seorang lelaki.

"Itu cowo siapa sih? Keren banget tau... gayanya.." Bisik salah satu gadis pada temannya. Dia menunjuk ke arah seorang lelaki pemilik rambut pirang stroberi yang sedang duduk di kursi sembari membaca komik. Wajahnya yang bulat dan menggemaskan, membuat para gadis kesem-sem padanya, apalagi melihat tersenyum saat membaca komik di tangannya itu.

Kakinya yang panjang dan lurus sesuai dengan celana basket yang di kenakannya. Meskipun lelaki itu mengenakan hoodie di atas jerseynya, ototo-ototnya menonjol dan terlihat.

"Lu gila ya? Masa lu ngga kenal dia sih? Dia itu Rafka Shankara Arsala!." Balas teman gadis itu sembari berbisik juga. "Dia satu sama kita, tau..."

"Kok gue ngga pernah liat dia, ya?."

"Ck, itu karena dia selalu berkeliaran di perpus!."

"Bener kata Icha, dan yang gong nya lagi... dia itu jago banget  main basket dan pernah main bareng basket  Black Eagle, tapi dia ngga mau gabung tim basket sekolah."

"Lah? Kok gitu?."

"Suutt! Karena ada saingannya."

"Seriusan? Kok gue kudet banget ya."

"Ck, itu loh si Zerga! Zerga Ergino Byantara."

"Hah!." Kedua gadis yang baru saja mendengar hal tersebut lantas terlihat terkejut dan segera menutup mulut mereka.

Sementara itu, Rafka yang bisa mendengar obrolan para gadis itu memilih diam dan mengabaikan mereka. Dia memilih menutup komiknya dan kembali membuka ponselnya, guna mengirim pesan pada Abila yang tak kunjung keluar.

"Rafka!."

Lelaki itu mendongak untuk melihat Abila. Dia memaksakan bibirnya untuk tersenyum, menyembunyikan kegelisahan yang sebenarnya sedang ia rasakan saat itu.

"Lama banget sih!." Rafka beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan mendekati Abila. "Lo kelihatannya agak kurang baik, ada apa?." Rafka mengernyitkan dahinya, mencoba mengamati raut wajah Abila

"Hm.." Abila bergumam, menggaruk kepalanya. "Ngga ada apa-apa sih."

Tetapi, tatapan mata Rafka yang teliti tertuju pada luka lecet di pergelangan tangan Abila.

"Tangan lo kenapa? Kena air panas lagi?." Tanya Rafka.

"Ya... tadi ada pelanggan marah-marah dan aku ngga sengaja kena tumpahan kopi, tapi ini ngga apa-apa kok."

Sebelah tangan Rafka memasukkan ponselnya ke dalam saku, sementara tangannya yang lain mengusap puncak kepala Abila. "Gue udah bilang berapa kali sama lo? Lo harus bisa membela diri! Bunda pasti bakal panik banget kalo tau ini."

"Makanya... kamu jangan kasih tau bunda." Pinta Abila sembari memperlihatkan raut wajah memelasnya.

Rafka menghela napasnya.

"Lo tau, gue ngga akan bisa nolak permintaan lo kalau gue liat lo seimut ini!." Rafka tersenyum. "Tapi ada syaratnya... supaya mulut gue ngomong ke bunda."

Abila mengernyitkan dahinya. "Tumben banget kamu ngajuin syarat." Katanya sembari membenarkan posisi tas ranselnya.

"Kita ke apotek dulu sebelum pulang."

Abila tersemyum dan kemudian mengangguk kan kepalanya. "Oke."

Abila senang karena Rafka tidak menanyakan pertanyaan apa pun lagi padanya. Gadis itu berjalan mengikuti Rafka keluar dari kafe, tanpa menyadari beberapa tatapan tajam yang mengarah padanya saat berjalan bersama dengan Rafka.

Rafka dan Abila, mereka sudah berteman baiksejak kecil. Ibu mereka adalah teman sekolah dan tidak dapat dipisahkan.  Bahkan ketika anak-anak mereka lahir, mereka juga menjadi ibu untuk anak mereka satu sama lain. Jadi, ketika orang tua Abila meninggal karena sebuah kecelakaan, Ida segera menawarkan diri untuk mengasuh Abila dan membesarkannya bersama Rafka.

Ibu Abila tidak memiliki keluarga, sementara keluarga dari ayahnya tidak pernah merestui hubungan diantara mereka, hingga berakhir tidak menganggap ayah Abila sebagai keluarga mereka lagi. Kelahiran Abila saja, keluarga ayahnya sama sekali tidak mau tau.

Rafka Shankara Arsala juga merupakan salah satu cowo terpopuler di sma Mahardhika. Berbeda dengan Zerga yang sangat menikmati kepopulerannya, Rafka sama sekali tidak perduli dengan hal itu. Dia hanya sering bergaul dengan Abila atau bermain basket bersama teman-temannya di taman dekat rumah mereka.

Rafka bisa saja dengan mudah bergabung dengan tim basket sekolah, tetapi ada satu masalah yang membuatnya selalu menolak tawaran tersebut.

*

Abila dan Rafka berjalan memasuki apotek yang letaknya tak jauh dari rumah mereka.

Seorang apoteker menyambut kedatangan mereka dengan hangat.

"Mbak, bisa liat luka di tangan dia?." Tanya Rafka pada apoteker tersebut.

"Oh, bisa, mas." Jawab apoteker. "Di apotik ini kebetulan juga ada perawat. Jadi, pacarnya mas masuk ke dalam aja, nanti biar di cek sama perawat yang ada di dalam."

"Temen, mbak." Kata Abila mengoreksi dengan sopan. "Kami berdua cuman temen."

"Oh, maaf. Masuknya sebelah sini ya, mbak."

Abila mengangguk dan berjalan mengikuti apoteker tersebut untuk masuk ke dalam salah satu ruangan, tanpa Abila sadari bahwa raut wajah Rafka langsung berubah datar setelah mendengar perkataannya tadi.

"Cuma temen..." Guman Rafka pada dirinya sendiri sembari menganggukkan kepalanya, ia berbalik dan duduk di salah satu kursi tunggu yang ada di belakangnya.

Sambil menunggu Abila keluar, Rafka mengeluarkan ponselnya dan membuka salah satu aplikasi media sosial. Tetapi tak lama kemudian seseorang masuk ke dalam apotek itu. Rafka meliriknya sekilas dan terdiam.

"Lu!." Katanya singkat, saat menatap seseorang yang baru saja masuk ke dalam apotek. Orang itu tidak lain Adalah Zerga.

Rafka melayangkan tatapan tajamnya ke arah Zerga.

Seakan seperti kucing jantan yang bertemu dengan musuhnya, raut wajah Zerga juga menunjukkan ekspresi permusuhan.

"Gua lagi males liat wajah lo, Rafka si pengecut!." Gerutu Zerga dan berjalan melewati Rafka begitu saja untuk mengambil obat di salah satu etalase.      

"Gue denger tim lo kalah dalam pertandingan melawan Black Eagle minggu lalu." Rafka dengan sengaja menyindir.

"Lu ngga perlu khawatir sama tim gua!." Balas Zerga dengan nada yang tak kalah sarkas.

"Pelatih lo minta gue gabung lagi." Sudut bibir Rafka menyeringai. "Kali ini kalau di pikir-pikir... mungkin gue mau nerima tawaran pelatih lo."

"Serius?." Sebelah alis Zerga terangkat. "Lu pengen gabung ke tim gua?." Tanya nya lagi. "Oke. gua rasa. lu ngga akan keberatan kalau gua bocorin rahasia kecil kita, kan?." Zerga perlahan melangkah maju dan mendekat ke samping telinga Rafka. "Bayangin apa dampaknya ke nyokap lo." Bisik Zerga. "Ketika dunia tahu rahasia kecilnya yang kotor."

Jari-jari Rafka mengepal kuat dan dia hendak melayangkan tinjuan ke wajah Zerga, tetapi seseorang terdengar memanggil namanya.

"Rafka!."

Rafka dan Zerga berbalik dan mendapati gadis mungil berdiri di luar salah satu ruangan, terlihat bingung saat memandang ke arah mereka berdua. Abila, dia takut karena kedua lelaki itu terlihat sedang dalam keadaan marah. Dan, dia tau betul bahwa Rafka tidak akan mampu menahan emosinya. Abila tidak mau, Rafka sampai mencelakai dirinya sendiri.

Persaingan mereka terkenal di seluruh sekolah. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana Zerga dan Rafka bisa menjadi rival, tetapi hal itu sudah terjadi sepanjang ingatan Abila.

Yang Abila ingat hanyalah saat mereka berada di taman, Zerga pernah melakukan lelucon yang hampir menimbulkan keributan di sekitar sekolah. Zerga telah meninggalkan petasan bau di salah satu ventilator dan ketika meledak, kekacauan pun terjadi.

Sayangnya, Zerga justru menyalahkan  Rafka dan bahkan menyembunyikan beberapa petasan di dalam tas Rafka untuk memperkuat tuduhannya, bahwa Rafka yang memang bersalah.

Setelah itu, para guru menskors Rafka selama sebulan dan mencatatnya sebagai siswa ternakal. Sejak saat itu, keduanya memendam persaingan sengit yang masih berlangsung sampai sekarang.

Kedua mata tajam Zerga menyipit  saat melihat gadis cupu yang sebelumnya ia temui di kafe.

Saat tatapan mereka bertemu, Abila gemetar ketakutan. Zerga seakan memberikan tatapan peringatan, mengancamnya untuk tetap diam tentang apa yang terjadi di antara mereka.

Lagi pula Abila tidak membocorkannya. Gadis itu masih takut pada Zerga dan langsung memalingkan wajahnya untuk berbicara dengan Rafka.

"Rafka, ayo pulang!." Seru Abila. Dia berjalan mendekati Rafka dan menarik lengan baju lelaki itu, diam-diam berharap agar Rafka mau mendengarkannya.

Rafka kembali melayangkan tatapan tajam nya ke arah Zerga, tetapi mengingat keadaan Abila yang baru saja terluka karena terkena air panas, membuatnya melupakan amarahnya terhadap Zerga dan tidak mempermasalahkannya untuk saat ini.

"Jangan berani-berani gabung ke tim gua!." Kata Zerga memperingatkan. "Gua ngga main-main, Rafka!."

Rafka hendak membalas, tetapi Abila mempererat cengkeramannya   sembari menggelengkan kepalanya, seakan memberikan kode agar Rafka tidak menanggapi omong kosong Zerga. "Please, ayo pulang!." Kata Abila kemudian, lantas menarik tangan Rafka.

Rafka tidak punya pilihan lain selain ikut pergi bersama Abila. "Dia itu bener-bener kurang ajar!." Rafka menggeram kesal begitu mereka berdua keluar dari apotek tersebut. "Kenapa lo nyegah gue tadi?."

"Karena bunda pasti ngga mau kamu terluka, Rafka!." Jawab Abila mengingatkannya.

Tetapi Rafka terlihat benar-benar sedang kesal. Dia menendang batu karena marah.

"Kamu ngga boleh marah, kamu harus tenang." Abila kembali buka suara, bermaksud menenangkan Rafka.

"Gimana gue bisa tenang kalau dia yang selalu mulai duluan? Dia selalu nyari gara-gara sama gue!." Tanya Rafka dengan nada tingginya. "Gue cuma... gue cuma berharap dia pergi!."

Abila mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala sahabatnya itu. "Jangan biarin dia ganggu pikiran kamu." Katanya. "Dia itu brengsek!."

"Lo tau, lo harus bener-bener memperbaiki kata-kata umpatan lo yang jelek itu." Rafka terkekeh geli, meskipun dia sedang marah. "Lo masih terlalu kaku dan polos."

"Rasanya aneh aja kalo aku jadi seliar kamu." Gumam Abila

"Tapi itu yang gue suka dari lo, Abila." Kata Rafka mulai mangaku. "Lo itu beda dari gadis yang lain. Lo naif dan polos." Tangan Rafka terangkat dan menoel pipi Abila.

Sementara Abila memberinya senyuman kecil, tidak menyadari tatapan dan maksud dari perkataan Rafka.

"Sebenarnya.... Zerga ngomong apa sih? Kok kamu sampe marah banget tadi?." Abila menunduk memperhatikan trotoar yang mereka lewati.

Rahang tegas Rafka terkatup rapat, namun dia tetap buka suara. "Biasa... dia terlalu songong." Jawabnya. "Tapi lo tenang aja, ini bukan masalah besar."

Abila ingin bertanya lebih banyak, tetapi raut wajah Rafka terlihat bahwa dia sedang tidak ingin membicarakan Zerga.

Sementara itu di belakang mereka, seseorang ternyata sedang memperhatikan interaksi mereka berdua.

Zerga, lelaki itu mengamati gadis mungil yang berjalan bersama dengan saingan terbesarnya. Kebencian terhadap Rafka sangat dalam dan siapa pun yang berada di dekat Rafka akan menghadapi kemarahannnya.

"Abila Beyza Auliandra." Gumam Zerga. Perlahan dia berbalik dan berjalan menuju mobilnya.

Di dalam kepalanya, Zerga tengah sibuk memikirkan cara menjauhkan Rafka dari timnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!