Sugar Baby Om Sagara

"Kamu yakin ingin pergi bekerja, baby?" Tanya Sagara dengan wajah khawatirnya, dia melihat tubvh Laura penuh dengan tanda kemer4han yang dibuatnya semalam. Seperti janjinya, Laura bahkan memimpin satu putaran permainan. Dia terlihat kuyu, kelelahan sepertinya. 

"Kalau gak kerja, aku dipecat nanti, Dad."

"Memangnya kenapa? Daddy tidak masalah kamu berhenti kerja, Daddy malah senang. Bukannya Daddy sudah minta kamu berhenti bekerja?"

"Tapi, Dad.."

"Baby, sekarang ada Daddy akan memenuhi semua kebutuhan kamu, uang Daddy banyak, cukup untuk membiayai hidup kamu, bahkan jika nanti kita melangkah ke jenjang yang lebih serius, uang yang Daddy miliki mampu menjamin hidupmu dan anak-anak kita."

"Hihi.." mendengar ucapan Sagara yang panjang lebar, Laura malah cekikikan. Entah kenapa, bagi Laura ucapan Sagara ini terlalu jauh. Mereka tidak mungkin sampai ke jenjang yang lebih serius, kan? Apalagi mereka jauh berbeda, Sagara bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih setara dibandingkan dirinya. Dia bisa bersamanya saat ini, Laura anggap itu sebuah keberuntungan.

"Kenapa, baby?"

"Perkataan Daddy terlalu jauh, kita tidak tahu apa yang menunggu di masa depan."

"Maksudmu? Kau berniat meninggalkan Daddy, hmm?" Tanya Sagara membuat Laura terkekeh. 

"Tidak ada yang tahu akan hal itu, Daddy."

"Ckk, kau coba saja. Kau takkan bisa pergi begitu saja dari Daddy. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Daddy, bahkan dalam mimpi sekalipun. Jika kamu berani melakukannya, Daddy akan mencarimu sampai ke lubang semut sekalipun."

"Iya, Daddy. Lagipula, aku mau pergi kemana? Aku takkan pergi kemanapun tanpa izin dari Daddy. Kecuali, kalau Daddy memang yang memintaku pergi." Laura tersenyum kecil, lalu menyibak selimutnya dan bersiap pergi ke kamar mandi. 

Tapi, sayang sekali lututnya terasa benar-benar lemas. Satu putaran permainan, satu jam lamanya dia berada di atas, uget-uget seperti ulat bulu di atas tubvh Sagara. Tapi, it's okay Sagara senang uang pun berjalan dengan lancar. 

"Nah kan, masih yakin mau kerja?"

"Yaudah, aku gak kerja hari ini. Tapi, gimana.."

"Masalah pekerjaan, biar Daddy yang urus."

"Jangan dibikin resign, Daddy."

"Masih mau keras kepala hmm? Di rumah saja, lay4ni Daddy, sambut Daddy sepulang kerja, baby."

"Aku pikirin lagi, boleh gak?" Tanya Laura. Bukan apa-apa, dia sangat lelah bekerja. Tapi, untuk bergantung sepenuhnya pada Sagara, dia masih merasa segan. Lagipula, dia dan Sagara hanya memiliki hubungan yang bisa disebut tabu di kalangan masyarakat. 

Mau tidak mau, Laura ini ngel0nte. Hanya saja, dia tidak bermain dengan sembarangan orang. Dia hanya berhubvngan dengan satu orang pria, tidak berganti-ganti pasangan. Hubungannya juga cukup menjanjikan, Laura diperlakukan dengan sangat baik, semua kebutuhannya tercukupi, diberi tempat tinggal yang sangat layak, perlakuan Sagara juga sangat baik. Ada plus minusnya. 

"Kamu ini, baby."

"Hehe.."

"Kamu ini gak bisa matre seperti yang lain atau bagaimana hmm?" Tanya Sagara sambil memapah Laura ke kamar mandi. Dia mendudukan gadis itu di kloset yang berujung dengan mandi bersama di bathtub. 

"Bisa, Daddy."

"Kenapa tidak kamu lakukan hmm? Pengeluaran dari kartu yang Daddy berikan, terhitung sudah tiga atau empat hari yang lalu, baby."

"Iya ya, pas main sama Lily terus traktir dia."

"Pakai sering-sering, baby. Jangan khawatir uangnya akan habis, kalau habis Daddy pasti isi lagi saldonya."

"Okay, Daddy." Jawab Laura sambil tersenyum kecil. Perempuan itu berada tepat di depan Sagara, pria itu memeluk gadisnya dari belakang sambil menyandarkan kepalanya di punggung Laura. 

"Harusnya, kita bisa main satu ronde disini."

"Punyaku sakit banget, Dad."

"Baiklah, lain kali saja."

"Daddy gak marah, kan?" Tanya Laura sambil melirik Sagara. Pria itu tersenyum kecil, lalu menggelengkan kepalanya. 

"Untuk apa marah? Harusnya, Daddy juga tahu diri, sayang."

"Iya, Daddy memang harusnya tahu diri. Badanku kecil lho, sedangkan Daddy tinggi, gede, berotot banget. Tiap malem nindih aku yang mungil, badanku pasti sakit-sakit setelahnya. Belum lagi ularnya, segede itu masuk ke punyaku yang kecil banget. Parah.." gerutu Laura meluapkan perasaan kesalnya. 

"Tapi kamu keenakan, makanya mau terus. Iya kan?"

"Iya, emang enak. Tapi kan.."

"Mau bagaimana lagi, Daddy gak mau bercocok tanam sama perempuan sembarangan, jadi hanya kamu baby."

"Iya, lagian jangan jajan sembarangan nanti bawa penyakit menular, aku gak mau ketularan." Jawab Laura, Sagara terkekeh pelan. Setelah itu, keduanya pun menyelesaikan mandinya segera. 

Sagara akan pergi ke kantor, tapi dia akan bekerja setengah hari saja, sisanya untuk menemani Laura di rumah. Awalnya, Sagara juga ingin libur, tapi dia mengingat ada meeting yang sangat penting dan tak bisa diwakilkan, alhasil mau atau tidak mau, dia harus turun tangan sendiri. 

"Baby.."

"Iya, Dad." Laura tengah mengeringkan rambut Sagara dan menyisirnya dengan rapi. Setelah itu, Laura membantu Sagara berpakaian. Dia bekerja di butik, tentu saja tahu bagaimana cara membuat penampilan semakin menarik. 

Sejak Laura tinggal di apart ini bersama Sagara, pria itu menyerahkan urusan pakaian kerja pada Laura. Seleranya bagus dan Sagara menyukainya, penampilannya tampak lebih hidup dengan warna-warna yang Laura rekomendasikan. 

Padahal, biasanya Sagara enggan memakai pakaian berwarna, dia hanya akan memakai pakaian hitam atau putih. Selebihnya, dia tidak mau. Tapi sejak bersama Laura, penampilannya jauh berbeda. Tapi, dirinya bahkan Sam menyadari kalau Laura mengurus semua kebutuhannya dengan sangat baik. 

"Kamu istirahat saja hari ini.."

"Iya, Dad."

"Kalau kamu tetap mau kerja, besok saja. Pastikan kamu sehat dulu, minum vitamin yang Daddy belikan." 

"Oke, Daddy." Balas Laura. Dia membantu Sagara memasang jas, sebagai sentuhan akhir.

"Selama Daddy pergi, kamu bisa membeli apapun, memesan apapun, nanti Daddy yang bayar."

"Aku lagi males ngapa-ngapain, izin gak masak ya?"

"Kalau begitu, bagaimana kalau nanti malam kita makan diluar? Sekalian cari angin, biar seger."

"Boleh, Dad. Makan seafood ya?"

"Kamu mau?" Tanya Sagara lagi, Laura mengangguk mengiyakan dengan antusias. 

"Makan seafood enaknya di tempatnya langsung, bagaimana kalau kita ke Pantai?" 

"Mau mau mau, Daddy."

"Oke, nanti kita rencanakan lagi. Daddy harus pergi sekarang, sudah cukup siang. Nanti terlambat, meeting ini sangat penting."

"Iya, Daddy. Hati-hati di jalan.."

"Ya, baby." Jawab Sagara sambil tersenyum, dia memeluk Laura dan mengecup keningnya dengan hangat. Setelah itu, keduanya pun berpisah. Sagara pergi untuk bekerja, sementara Laura akan menjadi penunggu apart hari ini. Gadis itu tahu, dia akan sangat bosan hanya dengan berdiam diri, tapi Sagara memberikannya fasilitas, kenapa tidak dinikmati sebaik mungkin, iya kan?

"Oke, mari kita cosplay jadi orang kaya, Laura. Hitung-hitung, latihan kalau nanti jadi Mrs. Maheswara."