Kejadian tidak di inginkan terjadi, membuat Gus Ikram terpaksa harus menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya. "Kita menikah, jadi istri rahasia saya " Deg ... Ramiah sungguh terkejut mendengar perkataan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
"Mas kenapa? Mas mau kemana?" Ramiah menahan lengan sang suami saat melihat Gus Ikram mendadak tiba-tiba ingin pergi.
Gus Ikram mengusap wajahnya dengan kasar, ia sampai lupa berpamitan pada istrinya itu karena saking khawatirnya kepada keadaan sang ummi. Ya, tadi ia mendapatkan kabar jika ummi Sekar masuk rumah sakit, dan Gus Ikram panik bukan main.
Gus Ikram tersenyum tipis, memegang pundak istri rahasianya itu. "Sayang, mas pamit dulu ya, mas ada keperluan mendadak." Bukannya maksud Gus Ikram merahasiakan kabar buruk yang baru di dengar olehnya dari Abinya tadi, tapi Gus Ikram tidak mau membuat istri rahasianya ini sampai kepikiran.
"Urusan apa? Emm aku enggak boleh tau?" Cicit Ramiah. Ramiah menggigit bibirnya kuat, rasa penasaran tiba-tiba muncul begitu saja, dan Ramiah sangat ingin sekali mengetahui semua tentang suaminya itu. Termasuk kemana suaminya akan pergi saat sekarang ini dan kenapa tiba-tiba sekali setelah mendapatkan panggilan telepon tadi.
Gus Ikram tersenyum geli melihat tingkah menggemaskan istri rahasianya itu. Tangannya terulur menarik dagu istrinya lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Ramiah.
Cup
Gus Ikram mengecup bibir berwarna merah muda itu yang selalu sukses menggodanya. Entahlah, tapi Gus Ikram sangat menyukainya dan di rasa sangatlah nyaman.
"Maaf sayang, maaf sekali, mungkin mas tidak bisa menemani kamu hari ini. Tadi mas dapat telpon dari Abi. Katanya, ummi masuk ke rumah sakit. Penyakit jantungnya kambuh. Dan mas harus segera kesana." Kata Ikram sambil menghembuskan nafasnya kasar. "Jadi, mas harus segera kesana sayang, maafkan mas ya, tidak bisa menemani kamu hari ini" sambung Gus Ikram dengan tatapan sendunya.
Kedua bola mata indah itu mendekik mendengar penuturan suaminya. "Mas, ibunya sakitnya parah? Ibu mas itu punya penyakit jantung ya. Ya ampun."
Kepala Gus ikram menggeleng, Abinya tadi tidak mengatakan apapun, hanya mengatakan jika umminya masuk ke rumah sakit saja akibat serangan jantung, dan masalah parahnya sang Abi tidak mengatakannya.
"Mas juga tidak tau sayang. Maaf sekali lagi. Dan kamu jaga diri baik-baik ya sayang. Nanti mas order kan makanan untuk kamu. Kamu tinggal bilang sama mas mau makan apam Kalau ada kebutuhan yang kamu inginkan, hubungi mas. Sekali lagi, mas minta maaf karena tidak bisa menemani kamu" Gus Ikram mengelus lembut perut istrinya yang masih rata itu.
Ramiah mengangguk, tidak menahan suaminya itu pergi, malah ia mendoakan supaya ibu mertuanya itu agar cepat sembuh. Walaupun ia sama sekali belum pernah bertemu, tapi di rasa ibu mertuanya itu orang yang sangat baik. Mengingat suaminya dari kalangan agamis. Ya meski semua yang di sebut kalangan seperti itu tidak memungkinkan sikap mereka, tapi Ramiah tetap mendeskripsikan jika mereka baik.
Dan Ramiah sebenarnya ingin sekali ikut, namun ia harus tau diri posisinya seperti apa saat ini. Bisa di katakan mereka semua akan syok dengan kehadiran Ramiah tiba-tiba. Dan itu akan membuat keadaan ibu mertuanya bisa jadi akan semakin memburuk.
Ramiah tidak mau hal itu terjadi.
Gus Ikram segera mengendarai mobil miliknya dan menuju ke rumah sakit yang di sebut oleh Abi-nya tadi. Perasaannya terus gelisah memikirkan bagaimana keadaan sang ummi yang sudah lama sekali penyakit jantungnya kambuh. Dan baru hari ini.
Dulu pernah sekali, ummi Sekar penyakit jantungnya kambuh, dan itu di sebabkan oleh kabar berita yang di sampaikan tiba-tiba oleh keluarganya saat neneknya meninggal.
Ummi Sekar sangat riskan jika mendengar kabar buruk, walaupun harus di sampaikan mereka harus menyampaikannya dengan pelan serta lemah lembut.
Ummi Sekar juga tidak bisa mendengar seseorang membentaknya, hal itu langsung memicu penyakit jantungnya kambuh.
Dan Gus Ikram bertanya-tanya kenapa umminya bisa sampai seperti ini? Tapi berpikir positif, setiap penyakit tidak ada yang tau datangnya kapan, mungkin saja bisa dengan hal-hal kecil yang tidak di sadari, dan kemungkinan besar itu yang terjadi...
Setelah sampai, Gus Ikram langsung memarkirkan mobil miliknya di tempat parkir yang ada di sana, ia langsung turun dari mobil dan masuk ke rumah sakit.
Gus Ikram memacu langkah kakinya di lorong itu menuju ke ruangan ICU. Tadi saat di perjalanan Abinya sudah mengiriminya pesan dan mengatakan, jika sang ummi sudah di pindahkan ke ruangan ICU, dan Gus Ikram langsung bisa melihat anggota keluarganya ada di sana.
Adik, Abi serta istrinya.
"Assalamualaikum"
Ketiganya menoleh dan langsung membalas salam Gus Ikram.
"Mas" teriak Via, matanya yang sembab karena habis menangis, Via langsung berhamburan memeluk tubuh suami dengan erat, menumpahkan semua yang ia rasakan.
Gelisah dan takut.
Gus Ikram hanya mengelus lembut punggung istrinya itu, matanya lalu menoleh dan menatap ke arah Abi dan adiknya.
"Abi, bagaimana keadaan ummi?" Tanya Gus Ikram penuh kekhawatiran.
Kyai Arham menghela nafasnya kasar, "ummi belum sadarkan diri Ikram. Dokter sudah melakukan tindakan, dan ummi harus di pantau di ruangan ICU dulu."
Gus Ikram menghela nafasnya. Menatap ke arah pintu bercat putih ke biruan itu. Hatinya mendadak sesak membayangkan sang ummi di dalam sana.
"Bagaimana bisa sampai terjadi? Ummi kenapa Abi?" Itu yang menjadi keresahan sedari tadi, walaupun tetap berpikir positif tapi tidak ada salahnya bukan, jika Gus Ikram menanyakankannya. Mungkin Abi, adik serta istrinya tau tentang hal itu. Semuanya pasti ada sebabnya
Tubuh Via menegang mendengar perkataan dari suaminya, Via sudah gemetar takut kalau di salahkan. Ia penyebab sang ibu mertua sampai seperti sekarang. Via yang tidak bisa menahan emosinya tadi sehingga membentak ummi Sekar.
Kyai Arham menggelengkan kepalanya. "Abi juga tidak tau. Tadi Abi sedang ada di kantor. Tapi tadi seorang ustadz datang menghampiri Abi dan mengatakan jika ummi-mu sudah jatuh pingsan dengan seorang Ustadzah yang menjerit meminta pertolongan" sahut kyai Arham.
"Aku juga enggak tau Abang. Tadi aku kan masih kuliah. Dapat telpon dari Abi, katanya ummi di bawa ke rumah sakit, aku langsung pergi ke sini." Sahut Zahra -- adik Gus Ikram.
Gus Ikram mengangguk, melirik ke arah Via yang masih memeluknya. "Kamu tau Via? Barangkali kamu tau sesuatu? Sebab, kamu yang ada di ndalem kan?" Tanya Gus Ikram
Via melepaskan pelukan itu, menghapus bulir bening yang membasahi pipinya, matanya bergerak gelisah ke sana kemari, ia bingung memikirkan alasan yang tepat.
Dan semua itu tak luput dari tatapan Gus Ikram dan Zahra - adik Gus Ikram.
"Via? Kamu tau sesuatu?" Tanya Gus Ikram.
Via menggigit bibirnya dengan kuat. "A--aku tau sesuatu mas. Ta--tadi, sebelum ummi seperti itu, ummi ribut dengan Bu Ramlah. Bu Ramlah itu mulutnya julid banget. Ngatain ummi entah apa-apa. Dan, ya ya, hmmm ummi langsung pingsan, kalau mas tidak percaya, mas bisa tanyakan sama Ustadzah yang menjadi saksi tadi."
Deg
Gus Ikram dan semuanya terkejut mendengar perkataan dari Via.
bagus karya mu...
mulutnya benar²,
tidak malu dengan gelar ning nya