Helena harus berpisah dengan pria yang paling dicintainya selama satu tahun. Ingatannya yang hilang membuat Helena hidup sebagai seorang wanita singel bernama Celine.
Pertemuannya dengan seorang pria bernama Jason justru menjadi jalan untuk Helena kembali bertemu dengan masa lalunya. Kehidupan yang tidak lagi tenang dan penuh dengan ancaman.
Akankah Helena bisa bertahan saat begitu banyak pembunuh yang mengincar nyawanya? Siapa yang sudah mengirim pembunuh tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21 Usaha Terakhir
Waktu terus berlalu dan Celine masih belum berhasil membuat Jason ilfeel padanya. Segala cara sudah dicoba oleh Celine namun justru membuat Jason semakin nyaman dengannya. Pria itu bersikap dengan sangat lembut. Lama kelamaan justru Celine merasa takut jika nantinya dia sendiri yang akan jatuh hati kepada pria itu.
"Nona, ini salad buahnya." Dea meletakkan salad buah pesanan Celine. Pelayan itu duduk di bawah sambil merapikan meja di depan Celine.
"Dea, kenapa duduk di bawah. Sini duduk di sampingku. Biarkan saja meja itu." Celine mulai memakan salad buahnya.
"Nona, saya tidak pantas duduk di situ. Saya permisi Nona. Saya akan merapikan kamar anda." Dea menunduk hormat sebelum pergi meninggalkan Celine sendirian di sana.
Celine kembali memakan salad buahnya. Wanita itu melirik ke arah Jason yang baru saja pulang. Wanita itu cepat-cepat mengalihkan pandanganya. Kali ini dia tidak mau bersandiwara. Celine memilih terlihat cuek di depan Jason.
"Jam berapa?" tanya Jason sambil melirik ke arah Celine.
"Jam 10, Tuan. Di bar biasa." Ben menunduk hormat dan pergi. Dia membawa tas kerja Jason untuk menyimpannya.
Perhatian Jason kembali tertuju ke arah Celine. Pria itu tersenyum. Dia berjalan mendekati sofa yang kini di duduki. Sedangkan Celine pura-pura tidak melihat kehadiran Jason. Wanita itu hanya fokus dengan makanannya.
Celine terperanjat kaget saat tangan Jason tiba-tiba saja menyentuh rambutnya. Wanita itu berdiri dan menjauh dari Jason. "Apa yang kau lakukan?"
"Aku hanya ingin memeriksa luka di kepalamu." Jason menarik tangan Celine dan meminta wanita itu kembali duduk. "Makanlah. Habiskan."
Celine melirik Jason sebelum memasukkan salad itu ke dalam mulutnya. Dia merasa tidak nyaman karena kini Jason memandangnya tanpa berkedip. "Bisakah kau tidak memandangku seperti itu?" protes Celine kesal.
Jason hanya menghela napas. Pria itu pergi setelah mendapat omelan dari Celine. Celine meletakkan salad buahnya di meja. Dia sudah tidak selera lagi untuk makan. "Apa tadi katanya? Jam 10 di bar?" Lagi-lagi sebuah rencana terukir rapi di kepala Celine. "Aku akan membuatnya terkejut nanti malam." Senyum licik terukir indah di bibir merah wanita itu. Dia seperti sudah tidak sabar untuk memulai rencana terakhirnya nanti malam.
***
Celine sudah ada di dalam taksi yang akan membawanya menuju ke bar tempat Jason berada. Malam itu Celine harus kabur dari rumah mewah milik Jason dengan menyamar menjadi pelayan. Setelah berhasil, Celine justru merubah penampilannya menjadi sangat seksi dan cukup menggoda.
Di dalam taksi, Celine kembali memeriksa penampilannya. Lipstik merah menyala dengan gaun merah pendek sepaha. Bagian atasnya hanya ada dua tali tipis. Punggungnya yang mulus sengaja diekspos begitu saja.
High heels hitam dengan telapak berwarna merah melengkapi penampilan Celine malam itu. Rambutnya diikat satu agar bisa memperlihatkan sisi punggungnya dengan jelas. Entah apa lagi rencana Celine kali ini. Yang pasti dia tidak mau sampai gagal lagi.
Taksi itu berhenti ketika sudah tiba di tempat tujuan. Celine turun dan kembali merapikan penampilannya. Pertama kali tiba di tempat itu, Celine mulai merasa ragu untuk melangkah masuk.
Rata-rata orang yang datang terlihat begitu menakutkan. Mereka membawa senjata dan wajah mereka terlihat begitu menyeramkan. Apa benar ini bar yang biasa digunakan oleh orang-orang untuk bersenang-senang? Atau jangan-jangan tempat itu justru merupakan tempat berbahaya yang tidak pantas didatangi oleh Celine.
Beberapa bos mafia mulai melirik ke arah Celine. Bisa dibilang penampilan Celine cukup menarik perhatian malam ini. Wajahnya yang cantik, matanya yang indah. Didukung dengan penampilan wanita itu yang seksi. Pria mama yang tidak tergoda dibuatnya.
"Apa aku mundur saja?" batin Celine mulai ragu. Dia mengepal kuat tangannya. "Nggak. Aku sudah sampai sini. Aku nggak bisa mundur."
Celine menghela napas untuk kembali menenangkan dirinya sebelum masuk ke dalam. Beberapa pria mulai melirik Celine. Namun Celine tetap melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
Sesuai dengan apa yang ditakutkan Celine di awal tadi. Kini saat dia tiba di dalam, Celine merasa ada yang aneh dengan bar itu. Tempat tersebut justru lebih tepat disebut sebagai tempatnya proses transaksi barang terlarang. Celine bisa melihat jelas para mafia itu saling bernegosiasi. Memang ada banyak wanita seksi di sana. Tapi penampilan mereka semua kalah jauh dari Celine.
Celine duduk di kursi bar untuk memikirkan ulang rencananya. Wajahnya terlihat ragu. Seorang bartender menghampiri Celine dengan senyum ramah di bibirnya.
"Anda mau pesan apa, Nona? Anda orang baru di sini?"
Celine pernah bekerja di bar. Dia tahu betul seperti apa kehidupan bar. Wanita itu juga mengenal beberapa jenis minuman yang biasa menjadi primadona para pengunjung.
"Aku mau pesan anggur merah jenis Penfolds Grange Hermitage."
"Selera yang bagus, Nona. Minuman anda akan segera datang." Bartender itu segera menyiapkan minuman pesanan Celine. Celine memandang keadaan sekitar. Lampu temaram dengan musik yang sangat berisik. Kini target utama Celine dia harus berhasil menemukan keberadaan Jason sebelum memainkan rencananya.
"Anda mau berapa, Nona? Bos kami menginginkan anda." Seorang pria muncul dan duduk di samping Celine.
Celine mengernyitkan dahinya mendengar perkataan pria itu. "What?"
***
Di sebuah ruangan VVIP, Jason menuang minuman ke dalam gelas kosong di depannya. Pria itu tersenyum ramah. "Terima kasih, Tuan. Saya tidak menyangka kalau anda masih mau menyempatkan waktu anda yang berharga itu untuk datang menemui saya lagi."
Aberzio tersenyum mendengarnya. "Apa anda sudah berhasil menangkap pembunuhnya, Tuan?"
"Masih dalam proses penyelidikan, Tuan. Sulit sekali menemukan jejak pembunuhnya. Saya harus kehilangan kedua orang tua saya dengan cara yang begitu tragis." Jason berusaha menyembunyikan kesedihannya.
"Kita sama. Saya juga kehilangan kedua orang tua saya dengan cara yang begitu tragis." Aberzio meneguk lagi minumannya. "Waktu itu saya tidak bisa datang ke pemakaman karena saya ada urusan penting. Seperti biasa, selalu saja ada tikus kecil yang berusaha menggagalkan rencana yang sudah saya buat."
Jason mengangguk. "Saya bisa mengerti kesibukan anda, Tuan."
Ben mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan. Pria itu membisikkan sesuatu di telinga Jason. Wajah Jason seketika berubah panik. Pria itu segera beranjak dari duduknya.
"Anda mau pergi, Tuan? Apa ada masalah? Mau saya bantu?" Aberzio mengernyitkan dahinya melihat wajah panik Jason malam itu.
"Terima kasih, Tuan. Saya bisa mengatasinya sendiri. Terima kasih karena sudah datang."
Dua pria itu saling berjabat tangan. Mereka terlihat begitu akrab dan dekat. Strike melirik ke arah Ben sejenak. Pria itu mengalihkan pandanganya saat Jason segera pergi dari sana.
"Kita pulang sekarang, Bos?" tanya Strike.
Aberzio kembali duduk dan menyandarkan kepalanya di sofa. Pria itu memejamkan mata. Dia tidak lagi memberi perintah apapun. Membuat Strike hanya bisa diam menunggu.
ditunggu notifnya kak sis.....semangat up semoga di novel berikutnya bs gajian🤲🤲🤲💪💪💪
gak kebayang gimana kecewanya helena nanti kalo orang yg ia percayai lebih dari apapun ternyata berkhianat..
apa clause n clara ?!
strike gk cutiga sama sekali karna clara sepupu aberzio
kalo x ini nanti hamil brati murni anaknya aberzio😉semoga disegerakan aamiin..