Enam Tahun yang lalu,Bagaskara seorang CEO muda yang tampan menjalin kasih dengan seorang perempuan bernama Indah karyawan disebuah Butik.
Aryo Hadiningrat yang tak lain adalah Ayah dari Bagaskara menentang hubungan mereka,kisah asmara Bagas dan Indah yang berlangsung Enam Bulan itu menghasilkan benih yang berumur "8"Minggu,karena tidak direstui itulah mereka menikah diam-diam yang disaksikan oleh Kakek,Adik dan "2"sahabatnya.Saat melahirkan bodyguard Aryo membawa pergi Bagas dan bayinya,namun yang tidak mereka ketahui adalah bayi itu kembar.
Saat usia anak itu 3 Tahun Indah di bunuh oleh Aryo dirumahnya saat tengah malam.
"Apakah nanti saudara kembar itu akan bisa bertemu?
"Apakah nanti pembunuhan demi pembunuhan yang sudah terjadi akan terungkap?
Simak dan pantau terus Novel aku ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. Hampir Saja Ketahuan
Thalia yang kini hidup sendiri pasca sang Ibu yang telah berpulang sekarang Ia kembali bekerja setelah seminggu mengambil cuti, Ia harus melanjutkan hidup kedepannya dan juga bila terus-menerus bersedih hanya akan memperburuk hidupnya, Ia bertekad untuk memiliki sebuah rumah maka dari itu Ia kembali bekerja dan nanti sebagian gajinya akan Ia tabung. Thalia merasa yakin jika Ia nanti bakal bisa membeli sebuah rumah karena gaji yang diperoleh sekarang tidak dipergunakan untuk biaya Rumah Sakit lagi Ia tidak berharap bisa mempunyai rumah yang besar dan mewah Thalia ingin sebuah rumah yang nyaman meskipun kecil tapi lebih luas dari kontrakannya yang sekarang.
Pagi ini Thalia mendapat sift pagi, jam lima pagi Ia bangun terus membereskan sedikit yang terlihat berantakan lalu mandi dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja, Thalia menyeduh segelas kopi dan mengunyah sepotong roti untuk sarapan paginya. Beberapa saat kemudian Thalia yang telah selesai dengan sarapan segera mengunci pintu dan berjalan perlahan menuju sebuah halte bis.
Saat tiba disebuah Halte bis Ia berdiri untuk menunggu sebuah bis yang lewat tanpa Ia sadari seorang pria dengan kemeja dan masker diwajahnya telah berdiri disampingnya.
"Ehm." Pria itu berdehem menarik simpati Thalia.
"Ehm." Pria itu berdehem lagi karena Thalia hanya menoleh dan kembali memandang yang lainnya.
"Kamu..sombong sekali ya Thalia? Ucap Zayn yang nanti dikenal Thalia sebagai Zavier.
"Siapa Anda? Kenapa tahu namaku?" Thalia segera menoleh dan bertanya dengan sopan.
"Lupa Kamu denganku... niat sekali loh pagi-pagi datang menemuimu." Berucap sambil melepaskan masker.
"Tu-tuan, eh Pak Bos." Kata Thalia sekenanya.
Tepat saat itu bis yang ditunggunya datang kemudian mereka segera naik lewat pintu depan dan juga Zayn duduk disebelah Thalia, mereka duduk di belakang pak sopir dan kebetulan juga karena masih pagi jadi bis masih agak longgar. Thalia hanya terdiam duduk di dekat kaca memandang kearah luar jendela. Zayn yang melihatnya pun hanya tersenyum dalam hati terasa senang.
"Ting." Sebuah pesan singkat masuk keponsel Zayn.
"Tiga hari lagi lahh, dan ngapain Kam.." Sekilas pesan dari seseorang berinisial Z Zayn hanya melihat tanpa membalas nya.
"Dan kenapa pula Kamu naik B**is.." Sekilas pesan dari Z lagi.
"Tunggu saja Aku parkiran Aku hanya ingin bersamanya sejenak." Zayn membalas pesan dengan senyum yang menyeringai.
Beberapa saat kemudian bis tersebut sampai di sebuah halte dekat dengan Hotel tempat Thalia bekerja. Mereka berdua turun dan melangkah perlahan keheningan terjadi diantara Mereka dan saat mau melewati sebuah gang Zayn tiba-tiba menarik lengan Thalia kesebuah gang sempit yang sepi dan Zayn menyandarkan tubuh Thalia ketembok dan mendorong bahu Thalia pelan hingga menempel ke tembok kemudian Ia mengungkung dengan tangannya yang kekar.
"Hah!" Thalia terkejut bibirnya menganga dan wajah Zayn yang dekat sekali dengan wajahnya hingga suara nafas Zayn terasa.
"Kamu nggak capek mendiamkanku, hem.." Berkata dengan lirih.
"A..em.. Sa-sayaa." Thalia menelan salivanya ketika melihat wajah Zayn yang teramat tampan suara nafasnya pun dapat Ia rasakan.
"Tu-tuan Zavier, tampan sekali.." Thalia berkata dalam hati.
Zayn yang mendengar suara hati Thalia mengulas Sebuh senyum tipis, dan kedua mata saling berpandangan kemudian matanya fokus ke bibir Thalia yang melongo terlihat sangat mengaguminya.
Lalu..
"Cup, ayo jalan nanti Kamu terlambat masuk kerja." Zayn mengecup bibir Thalia sepersekian detik dengan lembut kemudian menggandeng tangan Thalia dengan seulas senyum yang terus terpancarkan.
Sementara itu di dalam mobil berwarna hitam Zavier terlihat sangat kesal karena karena sebuah pesan balasan dari Zayn Ia merasa cemburu. Mobil itu melaju dari apartemen nya menuju ke Hotel tempatnya bekerja.
"Melaju dengan perlahan saja agar menunggunya tidak terlalu lama sudah mau sampai juga, Kita tunggu Zayn di basement." Ucap Zavier dengan nada datar sambil melihat ke jam tangan yang dipakainya.
"Baik Tuan." Berkata dengan patuh.
Sementara itu..
Thalia berjalan dengan santai mengekori Zayn tangannya yang digandeng tidak dilepas nya dan satu tangan Zayn yang lainya masuk kedalam saku celana yang Ia kenakan Ia pun juga nampak tersenyum tipis begitupun juga dengan Thalia. Mereka berdua berjalan perlahan menuju ke Hotel dan lima belas menit kemudian sampai. Ketika hampir sampai di loby Hotel Zayn menghentikan langkahnya Ia segera berpisah dengan Thalia Ia menuju parkiran yang ada di basement yang khusus untuk CEO dan orang-orang penting lainnya.
"Aku lewat sini ya..asistenku sudah menunggu disana, daaah." Ia melepaskan gandengannya lalu berbalik dan melangkah dengan cepat menuju parkiran basement.
"Tap-tapi, boss!" Berkata dengan sedikit berteriak.
Namun Zayn yang mendengar dari kejauhan hanya melambaikan tangan tanpa menoleh sedikitpun.
Tak lama kemudian Zayn sampai dan Zavier pun segera turun dari mobilnya.
"Kau lama sekali." Berkata dengan alis mengkerut dan bibir mengerucut Zavier bersandar dimobilnya dengan tangan yang dilipat.
"Haaah.. Jutek bener macam emak-emak." Zayn menarik nafas dengan kasar dan menyahut omongan Zavier sekenanya.
"Cemburu Dianya Zayn sejak tadi menggerutu saja." Akbar menyahut.
"Hahahaha." Zayn tertawa lepas.
"Lain kali Aku saja Kau cari yang lain lah." Ujar Zavier.
"Yang lain mana ada macam Dia, nggak mau Aku." Tolak Zayn dengan spontan
Sementara mereka mengobrol ternyata ada Thalia yang berjalan dengan perlahan mendekatinya.
"Si bos ngobrol sama siapa? Bener suaranya kan itu." Ucap Thalia dalan hati.
"Kau!" Geram Zavier.
"Ini kalau disuruh milih kira-kira bakalan milih yang mana ya, hehehe." Kata Akbar dengan tertawa sumbang.
"Diam Kau." Ucap Si Kembar bersamaan.
Beberapa detik kemudian...
"Bos, kartu Apartemen nya terjatuh." Kata Thalia dengan menyodorkan sebuah kartu.
"Hah! Thalia, sejak kapan Kamu ada disini." Zayn segera berbalik dan bertanya dengan nada terkejut.
"Baru." Berkata dengan santai.
Zayn menoleh kebelakang dan Zavier pun sudah tidak ada hanya ada Akbar sang asisten yang nyengir kuda.
"Huft, hampir saja ketahuan." Ucap Zayn dalam hati.
"Belum saatnya Kamu tahu Thalia." Ucap Zavier dalam hati Ia kini sedang berjongkok diantara mobil.
"Bos, Ini.. Mungkin terjatuh saat dada tadi." Thalia mengulang ucapannya dengan tangan masih menyodorkan sebuah kartu.
"I-iya, terimakasih." Ucap Zayn sambil nyengir.
"Kukira ngobrol sama banyak orang tapi ternyata hanya berdua toh...tapi tadi terdengar ramai." Ucap Thalia dalan hati kecilnya.
"Suatu saat Kamu pasti mengetahuinya Thalia." Zayn berkata dalam hati.
"Kamu.. kenapa nggak segera kembali bekerja." Ujar Zayn dengan tangan menunjuk ke jam yang melingkar di tangannya.
"Oh iya, waduh gawat kalau gitu Saya permisi." Thalia segera berbalik dan berlari menjauh.
"Huft." Semuanya menghembuskan nafas dengan kasar.
"Hampir saja ketahuan Zayn." Kata Zavier sambil berdiri karena sejak tadi berjongkok sembunyi di sela mobil yang parkir disebelahnya.
"Kenapa tadi nggak kalian perlihatkan saja bahwa kalian kembar." Akbar berkata spontan.
"Terlalu beresiko, setidaknya jika dengan yang satu tidak aman Ia masih aman dengan yang satu nya." Geram Zayn dengan tangan yang sudah terkepal.
"Benar itu, Aku takut Aryo menjadikan Thalia sebagai sebuah kelemahanku." Geram Zavier.
Kemudian kedua saudara kembar itu segera berpisah, Zayn diantar Akbar kembali pulang dan Zavier yang segera menuju lift banyak pekerjaan yang sudah menanti diruangannya.