NovelToon NovelToon
FORBIDDEN PASSION

FORBIDDEN PASSION

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Bad Boy / Barat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lyraastra

Juru masak di bistro bernama Ruby River yang diminta bekerja di mansion milik keluarga kaya. Di mansion mewah itu, Ruby bertemu dengan pria dingin, arogan, dan perfeksionis bernama Rhys Maz Throne, serta si tengil dan rebel, Zade Throne. Zade jatuh hati pada Ruby pada pandangan pertama. Rhys, yang selalu menjunjung tinggi kesetaraan dan menganggap hubungan mereka tidak pantas, berupaya keras memisahkan Ruby dari adiknya. Ironisnya, usaha Rhys justru berbuah bumerang; ia sendiri tanpa sadar jatuh cinta pada Ruby, menciptakan konflik batin yang rumit.


Perasaan Rhys semakin rumit karena sifatnya yang keras kepala dan keengganannya mengakui perasaannya sendiri. Sementara itu, Ruby harus menghadapi dua pria dengan kepribadian yang sangat berbeda, masing-masing menawarkan cinta dengan cara mereka sendiri. Di tengah dilema ini, Ruby harus memilih: mengikuti kata hatinya dan menerima cinta salah satu dari mereka, atau menjaga harga dirinya dan memendam cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyraastra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SI TAMPAN YANG MENYEBALKAN

Sehelai catatan pesanan, disodorkan Megan dengan malas. Ruby, yang tengah mengaduk sup bawang menoleh sekilas, sendok kayu di tangannya berhenti sejenak. Permukaan sup yang semula tenang kini bergelombang pelan. Tangan kirinya yang bebas, menerima catatan itu. Tulisan tangan tampak terburu-buru dan ada beberapa coretan tinta di sana. Membuat Ruby mengerutkan dahi, mencoba menguraikan setiap kata.

"Aku tidak mengerti menu apa yang kau tulis di catatan ini."

Megan menyilangkan tangannya. Pasturnya santai, malahan ia tak perlu repot-repot membaca catatan di tangan Ruby. Ia menjawab dengan yakin, "satu moules frites dengan saus putih dan escargot, dipastikan sangat matang sempurna. Di tambah satu roti panggang, jangan terlalu garing."

Berta, yang berdiri di dekat kompor, menyela. "Berhubung Ruby sedang memasak sup bawang, biarkan aku yang membuat pesanannya, Megan. Aku bisa membagi tugas dengan Ruby. Lagipula, ayam panggang yang aku buat hanya perlu menunggu matang di pemanggangan saja." Berta menunjuk ke arah oven dengan gerakan kepala yang halus, menawarkan diri.

"Bisa saja kau yang membuatnya atau yang lain. Tapi pelanggan satu ini, hanya ingin Ruby membuat pesanannya, tanpa ada campur tangan yang lain. Bahkan aku harus beradu mulut denganya, tapi pria muda itu sungguh pintar menjawabnya."

Berta mengerutkan dahi, tidak percaya. "Maksudmu? Bagaimana bisa di meminta sesuka hatinya? Egois sekali."

"Ya, egois. Tapi dia mengatakan Ruby sangat mengenalnya. Bahkan dia berani membayar sepuluh kali lipat untuk makanan ini dengan bonus Ruby mau bertemu dengannya sebentar saja." Megan memberi jeda, kemudian matanya beralih menatap Ruby penuh selidik. Ruby yang tengah mengaduk sup bawang dengan pikiran yang menerka-nerka, merasakan tatapan itu, ikut menatap wajah Megan.

"Jangan bilang pria muda tampan itu kekasihmu?"

Ruby sontak menggeleng. "Aku tidak memiliki kekasih, aku juga tidak tahu pria muda yang kau maksud itu."

"Dia tampan sekali, meskipun menyebalkan. Sebab itu, aku tidak mengusirnya," sahut Megan.

"Megan, maaf aku menyela. Bisa berikan catatan menunya padaku, atau kau bisa sebutkan saja." Berta kembali menyela, tampak meringis dan canggung. Megan yang ditengah-tengah keduanya memasang wajah kesal. Tapi, tetap menerima catatan menu yang tadinya ditangan Ruby, dan langsung disodorkan pada Berta.

"Ah... terima kasih, Megan. Meskipun Ruby sulit membacanya, tapi aku sedikit mengerti apa yang kau tulis di sini."

"Ya, kau memang selalu mengerti diriku." Megan membalas dengan senyum tipis, ia lipat kedua tangannya dengan angkuh. "Biarkan saja keinginan pria itu tidak dipenuhi dengan masakan Ruby. Yang terpenting, Ruby temui saja dia sejenak. Anggap saja bertemu dengan penggemar beratmu."

Ruby mengerutkan kening sedikit. Alisnya bertaut membentuk satu garis lurus. Ekspresi wajahnya berubah menjadi waspada. "Bagaimana jika dia pria jahat yang ingin menculik ku? Akan jauh lebih baik aku tidak menemuinya."

"Astaga, Ruby! Jika dia benar-benar akan menculikmu, pukul saja dia dengan penggorengan atau pot bunga! Sudahlah, kalian selesaikan pesanannya. Aku juga harus kembali ke depan. Jangan lupa temui dia, dan katakan kau yang memasaknya." Megan tersenyum, menepuk pundak Ruby dengan singkat, lalu berlalu meninggalkan dapur dengan langkah cepat.

"Um, Berta. Untuk moules frites aku saja yang membuatnya, aku takut kau terlalu kewalahan jika memasak semuanya."

"Sebenarnya tidak masalah untukku, Ruby. Tapi, jika itu maumu, baiklah."

.........

"Sesuai pesanan Anda, Tuan. Satu porsi moules frites dengan saus putih, dan satu porsi escargot yang telah dimasak sempurna. Selamat menikmati."

"Terima kasih. Lalu, dimana wanita yang ingin kutemui?"

Megan tersenyum masam. Jika saja pria muda itu bukan pelanggannya yang memberikan tip besar, mungkin sudah ia usir sejak tadi. Menyebalkan sekali rupanya, sayangnya sangat tampan.

"Tentunya dia sedang sibuk di dapur. Mohon ditunggu, Tuan, dia pasti segera datang. Silakan nikmati hidangan yang telah dia siapkan lebih dulu, sembari menunggunya."

"Kira-kira harus berapa lama aku menunggunya? Apa akan lama? Aku hanya ingin bertemu dengannya saja sangat di persulit sekali."

"Wanita yang kau maksud itu koki di sini, Tuan. Bukan pemilik bistro atau waitress seperti diriku. Jika dia tidak segera datang seusai dengan apa yang kau inginkan, sudah dipastikan bahwa dia tengah sibuk didapur menyiapkan segala hidangan pelanggan yang berdatangan, bukan untuk menuruti keinginan anda." Kemudian Megan mendengus dan mengulas senyum paksa. Menguras energi sekali meladeni pria muda di depannya itu. Tapi, ia harus tetap profesional dalam pekerjaannya. "Semoga anda bisa mengerti," lanjutnya.

Pria muda itu hanya mengangguk saja, entah mengerti atau abai dengan ucapan Megan. Wajah kesal yang berhasil membuatnya diam, dan lambat melirik ke beberapa porsi hidangan di meja.

"Baiklah, aku akan menunggunya dengan sabar. Tapi, apa kau yakin ini semua dimasak oleh Ruby?"

Megan merotasikan matanya, malas. "Apa perlu aku tunjukkan cctv di bistro ini padamu?"

Pria muda bertato, berpenampilan urakan itu terkekeh, menggeleng samar, dan tatapannya jauh memandang kebelakang tubuh Megan. "Dugaanmu meleset. Nyatanya, dia datang lebih cepat dari prediksimu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!