Kisah dua anak manusia yang ditemukan karena takdir.
Sekartaji adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang semuanya perempuan. Dia adalah satu-satunya yang belum menikah di usianya yang ke 27 sementara kedua kakak dan adiknya sudah punya pasangan masing-masing. Sekar tidak ada keinginan menikah karena baginya pria jaman now red flag semua.
Danapati, seorang pengusaha berusia 34 tahun, belum mau menikah karena menunggu wanita yang membuatnya jatuh cinta.
Bagaimana jika dua orang yang tidak mau menikah tapi dipertemukan oleh takdir?
Disclaimer. Ini bukan cerita rakyat Jawa ya. Hanya cerita komedi unfaedah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ajakan Kencan ... Again
Sekartaji memeriksa mesin yang baru datang dan harus dikirim ke Boeing. Gadis itu berusaha konsentrasi karena seminggu ini kepikiran soal ucapan Danapati yang sudah suka sama dia sejak dua puluh tahun yang lalu.
Kagak mungkin dah ada cowok tetap setia nungguin kecuali di novel-novel Harlequin!
"Sekar ... Kamu tuh periksa itu dua kali lho," ucap Roy membuat Sekartaji tergagap.
"Eh? Masa?" Sekartaji menatap bingung ke Roy.
"Kamu kenapa sih? Tumben semingguan ini kamu macam tidak konsen. Apa kepikiran papa kamu mau ke Hongkong?" tanya Roy.
"Iya. Biasa, sindrom harus bertanggungjawab sama rumah sebesar itu. Selama ini kan ada mama tapi sekarang harus aku sendiri sama bibik pocokan."
"Kamu tidak percaya sama bibik pocokan?"
Sekartaji mengedikkan bahunya. "Lha yang sering ketemu mama. Aku kan kerja, Roy."
Roy tersenyum. "Pelan-pelan saja Sekar. Nanti kamu akan diberikan jalannya."
Sekartaji mengangguk. "Kamu benar Roy. Jika kamu overthinking malah menjadi sugesti kan?"
"Betul!"
Sekartaji tersenyum. "Thanks Brother."
"Sama-sama sister."
***
Sekartaji memeriksa ulang kesekian kalinya karena dia tidak mau ada kesalahan akibat dia melamun tadi. Gadis itu tersenyum karena sudah selesai sesuai dengan hasil yang diinginkan.
"Haaaahhh ... Benar-benar deh! Tumben aku galau diluar bonus dan gaji ..." gumam Sekartaji membuat para rekannya tertawa kecil.
"Sekar, terkadang kalau begini aku yakin kamu itu seorang wanita beneran bukan jadi-jadian," goda Jujung membuat Sekartaji memberikan bombastis side eye.
"Bang Jujung, please deh!"
Semua orang tertawa. "Yuk, kita balik ke ruangan dan pulang ke rumah masing-masing," ajak Roy.
"Hayuk."
"Aseeekkk!"
Roy menggelengkan kepalanya mendengar ucapan rekan-rekannya yang menirukan influencer.
"Ampun dah!"
***
Sekartaji berjalan bersama rekan-rekannya menuju parkiran motor. Hari ini gadis itu sengaja naik motor karena bangun kesiangan dan membutuhkan cepat bisa nyalip-nyalip.
"Tumben lu bawa Ducati," goda Roy yang naik motor KTM nya.
"Biar cepat. Lagian bokap juga jarang pakai," senyum Sekartaji sambil memakai jaket kulitnya.
Sekartaji Kusumoadi
"Klasik lho Ducati bokap lu," ucap Jujung yang naik Vespanya.
"Karena di rumah yang bisa naik moge cuma gue, ya dipakai lah! Kakak dan adik gue suka motor unyu," kekeh Sekartaji sambil memakai helm full face nya.
"Yuk pulang. Keburu makin macetos!" ajak Roy.
***
Rumah Rama dan Agni
"Motor papa masih enak dipakai kan Sekar?" tanya Rama yang melihat putrinya pulang dan memasukkannya ke dalam garasi. Rama sendiri juga baru pulang dari kantor dan mulai Minggu ini, sudah di rumah untuk persiapan pindah ke Hongkong.
"Masih kok Pa. Kan servis berkala plus kilometernya juga masih dikit. Lagian papa beli moge juga buat apaan sih?" kekeh Sekartaji ke ayahnya yang sedang menutup pintu mobil.
"Biasa ... Kena kompor pak Bagas buat sunmori. Tapi endingnya takmori alias kagak jadi melulu," cengir Rama.
"Motornya buat Sekar aja ya?" pinta Sekartaji. "Mbak In, mbak Shani dan Fira kan tidak suka moge. Malah pada nggak bisa naik motor tuh mbak Shani."
"Ya memang buat kamu. Dijual sayang lah. Papa belinya ngoyo itu pakai acara ribut sama mamamu."
"Sip!"
Rama dan Sekartaji pun masuk ke dalam rumah dimana Agni sudah menyambut mereka dengan senyuman.
***
Hari Sabtu, seminggu sebelum ke Hongkong
"Baju musim dingin, mantel, apalagi ya?" gumam Agni yang sedang menyiapkan baju-baju mereka sebelum ke Hongkong.
"Gini aja Ma ... Bawa seperlunya, tidak usah semua. Mama butuh apa kalau misalnya ketinggalan di Jakarta, biar Sekar yang kirim. Lebih enak gitu tho? Tidak harus repot bawa barang banyak," ucap Sekartaji. "Musim dingin juga masih tiga bulan lagi Ma."
"Iya juga sih. Wis gini saja. Kamu sama mama list barang-barang yang masih di Jakarta tapi harus dikirim ke Hongkong nanti kalau sudah dapat alamat tempat tinggal kami. Benar kata kamu ... Biar mama tidak repot !" Agni mengambil kertas dan bolpoin. "Yuk, kita sensor!"
Sekartaji dan Agni pun langsung membuat list baju mana yang harus dikirim supaya tidak merepotkan mereka nanti apalagi kalau sampai overweight bagasi. Hari Kamis kemarin Zafira dan Karim sudah berangkat ke Australia dan Senin depan, Rama dan Agni resmi dinas ke Hongkong.
Rama membiarkan Sekartaji dan Agni heboh berdua karena tahu, putrinya sangat teratur sementara ibunya terlalu impulsif serta bebas seenaknya sendiri.
Pria itu memilih bekerja di teras depan rumah daripada mendengarkan keributan istri dan putrinya yang sudah pasti ada acara adu mengeyel. Rama sudah hapal dengan kerusuhan keduanya.
Ayah empat anak itu sedang mempelajari situasi kantor Bank Artha Jaya di Hongkong ketika sebuah mobil Porsche berhenti di depan pagar rumah keluarga Kusumoadi.
Rama meletakkan laptopnya dan berjalan ke arah pagar rumah. Dia tahu siapa yang datang dan tersenyum saat Danapati turun sambil melepaskan kacamata hitamnya.
"Selamat pagi menjelang siang, Oom Rama," senyum Danapati.
"Pagi Panji. Oom panggil Panji saja ya soalnya tahunya dulu Panji," balas Rama sambil membuka pintu pagar.
"Monggo kerso Oom Rama mawon ( senyamannya Oom Rama saja )," ucap Danapati membuat Rama tertawa kecil.
"Kirain kamu sudah lupa dengan bahasa Jawa karena lama tinggal di luar negeri," kekeh Rama sambil menerima Salim Danapati.
"Tidak boleh hilang Oom. Eyang bisa ngomel!" jawab Danapati. "Sekar ada Oom?"
"Ada. Lagi ribut sama ibunya. Biasa, besok Senin kan kami sudah pergi ke Hongkong dan mereka sedang mensortir baju-baju yang mau dibawa. Ayo masuk ...." Rama mengambil laptopnya dan masuk ke dalam rumah. "Sekar ! Dicari Panji!"
Sekartaji hanya menyaut dari dalam kamar kedua orangtuanya. "Panji Manusia Milenium atau Panji Tengkorak?"
Rama dan Danapati melongo.
"Ya Allah Sekar !" seru Agni dari dalam. "Keluar sana!"
Sekartaji pun keluar dan menatap sebal ke Danapati. "Oh, rupanya pak Dana Umum yang mencari Kesempatan supaya tidak bisa dipenjara."
Danapati terbahak. "Kamu kira monopoli?"
"Mbok menowo. Ada apa pak Danapaint?" balas Sekartaji judes.
"Sekar, tidak boleh gitu! Papa dan mama tidak pernah ngajari tidak sopan macam itu!" tegur Rama yang gemas dengan putrinya karena sikap sebodo amatnya.
"Lha kan disini bukan boss aku, Pa."
"Tidak apa-apa Oom Rama," senyum Danapati.
"Pak Danapati Terhormat, ada apa kiranya bapak datang kemari ke gubuk kami yang tidak reyot dan tidak mewah ini?" senyum Sekartaji dengan wajah menyebalkan. Rama hanya bisa menepuk jidatnya, gemas dengan putri ketiganya.
"Kencan lagi yuk!"
***
Note
"Panji Manusia Millenium" adalah sebuah sinetron laga Indonesia yang populer pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an. Sinetron ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Panji yang memiliki kekuatan super dan bertugas melindungi masyarakat dari kejahatan.
Panji Tengkorak adalah karakter fiksi dalam komik silat fantasi Indonesia yang diciptakan oleh Hans Jaladara. Komik ini populer pada tahun 1960-an dan diadaptasi menjadi beberapa film, termasuk "Pandji Tengkorak" (1971) dan "Panji Tengkorak vs Jaka Umbaran" (1983). Karakter ini juga diangkat ke layar kaca dalam bentuk sinetron pada tahun 1996. Saat ini, Panji Tengkorak kembali hadir dalam bentuk film animasi yang dijadwalkan rilis pada 28 Agustus 2025.
Sumber Google
***
Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
