NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Keabadian

Perjalanan Menuju Keabadian

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur
Popularitas:11M
Nilai: 4.8
Nama Author: Noviant Juan

Proses Revisi. Disarankan jangan membaca dulu.

Alur VERY++++ Slow.

KARYA INI TERISNPIRASI DARI NOVEL KING OF GODS, KARYA FAST FOOD RESTAURANT

Weng Lou merupakan seorang anggota Klan Keluarga Weng yang berasal dari keluarga cabang. Dia berhasil masuk kedalam Keluarga Utama setelah berlatih dengan sangat keras dan menjadi seorang jenius berbakat didesanya.

Namun, dirinya yang merupakan jenius di keluarga cabangnya bukanlah siapa-siapa di keluarga utama. Banyak sekali jenius beladiri yang berasal dari keluarga utama. Namun meski begitu, ia tetap berlatih dengan keras agar tidak tertinggal dari yang lain.

Hingga suatu malam, dia mengalami kejadian aneh, dan berakhir dengan dirinya mendapatkan sebuah kitab. Kitab yang membuat kehidupannya berubah. Dari seorang pecundang, menjadi seorang jenius .

Nama kitab itu adalah "Kitab Keabadian". Dan dengan kitab itu, ia akan menuju 'Keabadian'.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noviant Juan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 24. Rahasia Kekuatanku

Jika para orang biasa diminta untuk memilih antara uang atau sumber daya latihan dalam jumlah nominal yang sama, maka mereka pastinya akan memilih uang.

Berbeda dengan para praktisi beladiri. Mereka akan dengan jelas memilih sumber daya latihan.

Mengapa?

Itu karena sumber daya yang memiliki jumlah harga yang sama dengan uang yang akan diberikan, belum tentu ada dijual, atau paling tidak, jarang ada yang menjualnya.

Sama halnya dengan saat ini. Kakek Mu saat menerima sinyal dari kepingan giok pesan milik Weng Lou, dirinya langsung cepat-cepat pergi.

Dia tidak tau Weng Lou dalam keadaan berbahaya atau tidak, sehingga dia membawa 4 orang praktisis beladiri Dasar Pondasi tingkat 6 dan seorang praktisis beladiri Dasar Pondasi tingkat 7 yang menjadi pemimpin mereka.

Dapat dibilang, Weng Lou adalah tambang harta karun bagi dirinya sehingga dia harus selalu dalam kondisi baik-baik saja.

Bagaimana tidak. Weng Lou yang merupakan seorang pemuda yang terlihag biasa saja saat dia pertama kali melihatnya, dengan santainya membawa bagian-bagian tubuh binatang buas yang memiliki total harga lebih dari 100 koin emas.

Kakek Mu sudah memutuskan untuk selalu memperhatikan pemuda satu ini secara keselurahan, itu berarti keluarganya juga termasuk

"Selamat pagi Tuan Li. Namaku Mu Ya, kau bisa memanggilku sesukamu saja. Aku merupakan partner bisnis dengan Tuan Muda Lou.

Bisakah kita membicarakan bisnis sebentar? Putramu sebelumnya telah menjual bagian-bagian tubuh hewan buas yang sangat berharga kepada kami. Jadi kami sangat menghargai dan memperhatikan dirinya." Kata Kakek Mu dengan senyuman yang lebar.

Ayah Weng Lou tampak senang mendengar hal ini.

"Tentu! Tentu saja! Kami juga sebentar lagi akan mengadakan pesta karena telah melewati malam terakhir hari berburu.

Ayo kita kerumahku, kita akan membicarakan bisnis disana." Ayah Weng Lou mengajak Kakek Mu menuju rumah mereka dan meninggalkan kepala desa beserta para penduduk desa dalam kebingungan.

Weng Lou yang melihat ayahnya yang meninggalkan semua orang tanpa penjelasan, merasa harus turun tangan.

"Semuanya! Ayahku Kakek Mu akan membicarakan bisnis penjualan daging binatang buas! Uang hasil penjualan daging nantinya akan digunakan untuk membangun tembok pembatas desa, agar jika memasuki hari berburu selanjutnya ditahun depan, kita tidak perlu khawatir.

Jadi, selagi menunggu ayahku dan Kakek Mu selesai membicarakan bisnis, mari kita adakan pesta karena telah melewati malam mecekam hari berburu!"Weng Lou berkata dengan bersemangat dan berhasil mempengaruhi warga yang lain.

Mereka pun nengikuti apa yang dikatakan oleh Weng Lou. Semuanya sibuk mengadakan pesta.

Tempat-tempat panggangan untuk memanggang daging disiapkan, meja dan kursi dari rumah-rumah warga dikeluarkan untuk dipakai bersama.

Weng Lou menyaksikan semua warga dengan bersemangatnya mempersiapkan pesta.

"Haa...tinggal satu masalah yang tersisa..." Weng Lou melirik ke satu arah, dan melihat Weng Wan sedang menatapnya dengan muka kusut dan juga Weng Hua yang menatapnya dengan tenang.

Weng Wan tampaknya tidak tidur sama sekali tadi malam, sehingga raut mukanya sangat tidak mengenakkan. Weng Lou menghela napas pelan dan berjalan menuju kearah mereka berdua.

Weng Wan menatap dengan tangan terkepal keras saat Weng Lou berjalan perlahan kearahnya, mencoba menahan emosi sebenarnya yang dia rasakan saat ini.

Dia merasa sangat kesal didalam hatinya. Weng Lou dan dirinya memasuki Dasar Pondasi tingkat 3 hanya berbeda 1 hari, tetapi kekuatan yang ditunjukan oleh Weng Lou jauh berbeda dari yang dia miliki sekarang.

Terlebih saat tadi malam. Dimana Weng Lou dan ayahnya pergi melindungi desa dengan mempertaruhkan nyawa. Weng Wan sepanjang malam hanya bisa menonton mereka bertarung melawan binatang buas.

Dia berulang kali berusaha keluar dan membantu mereka berdua, tetapi dia selalu dihalangi oleh ibu Weng Lou. Ada satu kesempatan dimana dia dengan paksa ingin pergi keluar dari rumah, namun dirinya berakhir dengan tak sadarkan diri karena menerima totokkan di lehernya oleh ibu Weng Lou.

Weng Wan baru bangun pagi ini, dimana semua binatang buas yang memasuki desa telah dihabisi oleh Weng Lou dan ayahnya.

Dia akhirnya hanya bisa mengutuk dirinya yang sangat lemah.

Dilain sisi, Weng Hua hanya diam dengan tenang melihat Weng Lou berjalan kearah mereka.

Jika ditanya siapa paling tenang selama malam hari berburu kemarin, maka jelas Weng Hua orangnya. Tak ada sedikitpun kekhawatiran terpancar dari wajah putih dan indahnya.

Dia hanya menonton semua pertarungan Weng Lou dan ayahnya melawan binatang buas tanpa komentar sedikitpun.

Saat Weng Lou sudah berada didepan mereka, Weng Wan langsung menarik sebelah tangan Weng Lou.

"Kau sialan...bagaimana kau bisa menjadi sangat kuat hanya dengan waktu yang begitu singkat?"

Mendengar pertanyaan Weng Wan, Weng Lou tampak sedikit terkejut. Dia pertama mengira Weng Wan akan marah-marah kepadanya, atau melampiaskan kekesalannya kepadanya.

Namun siala sangaka, Weng Wan justru bertanya sesuatu yang hampir mustahil dijawab oleh semua orang. Ya, hampir semua orang.

"Hahahhaa...kau sungguh menanyakan hal itu? Idiot mana yang akan menjawab pertanyaan itu?

Tapi karena kau bertanya kepadaku karena ingin menjadi kuat, maka akan ku beri tau kepadamu.

Kunci kekuatanku sebenarnya adalah.....ketenangan." Weng Lou menjawab dengan tampang biasa saja, tanpa menambahkan efek suara khusus atau ekspresi wajah yang membuat jawabannya terdengar spesial.

Mendengar jawaban Weng Lou, urat-urat dikepala Weng Wan langsung tampak timbul.

"Jangan bercanda! Mana mungkin ketenangan membuat seseorang menjadi sangat kuat! Hanya kau yang memiliki ketenangan menjadi kuat, belum tentu semua orang yang memiliki ketenangan juga menjadi sangat kuata dalam sekej-" Kalimat protes Weng Wan tertahan ditenggorokannya.

Keringat dingin mengucur dilehernya, dia melihat ekspresia Weng Lou.

Dia melihat Weng Lou yang tersenyum tipis dan mengangguk pelan.

"Sial...jika tau begini, seharusnya aku bertanya lebib awal kepada Weng Hua!" Wenh Wan menoleh kepada Weng hua yang sedang menatapnya dengan mata yang menyipit.

"Kau seyakin itu aku akan menjawab pertanyaanmu? Asal kau tau, tidak semua orang yang tenang dapat menjadi kuat, tapi setidaknya orang yang tenang akan lama hidupnya." Weng Hua kemuidan pergi berjalan meninggalkan mereka berdua.

Saat merasa Weng Hua sudah cukup jauh untuk dapat mendengarkan dirinya berbicara, Weng Wan pun mengomentari sikap dan cara berbicara Weng Hua.

"Ada apa dengan dia? Dirinya tak pernah berubah sesikitpun, masih menghiraukan segala yang ada disekitarnya.

Aku yakin walaupun dia cantik, pasti tidak ada yang menyatakan perasaan mereka keapadanya." Ucap Weng Wan kesal.

"Pffft...kau tau? Setidaknya yang dikatakan oleh Weng Hua benar, orang yang tenang akan lama hidupnya." Weng Lou menahan tawanya saat melihat Weng Hua sudah berdiri tepat dibelakang Weng Wan.

"Huh? Kau percaya dengan omong kosongnya? Dia hanyalah seorang penyendiri yang kebetulan berbakat- AAAHHHH!!!!"

"Kau sepertinya ingin menguji batas umurmu bukan? Maka akan ku bantu kau."Weng Hua mencubit dengan keras pinggang Weng Wan sehingga dia berteriak seperti seorang gadis yang baru saja bertemu dengan pria tampan.

"Hahahahaa....senang rasanya melihat kalian masih akur seperti dulu." Weng Lou terkekeh melihat kelakuan dua temannya ini.

Tapi sial, dia tak berpikir tertawa seperti itu akan menghentikan keduanya, dan sekarang mereka berdua menatapnya.

"Kau sepertinya menikmatinya bukan? Biar aku praktekkan juga ditubuhmu." Tangan kanan Weng Hua dengan cepat melesat ke pinggang kiri Weng Lou dan membuatnya sontak berteriak kencang.

Inilah mereka dulunya, 3 teman yang sering berkumpul dan bergurau bersama. Masa-masa yang bisa dibilang dirindukan oleh mereka bertiga.

1
Eneng Eneng
Lumayan bagus cara mendarat ya
Serangan kenapa tdk habis habis
Babat Semua
Kasihan Bingbing
Ceritanya jadi gurauan
Yang terjadi bukan bertanding tapi berkelahi 🤣🤣🤣
Makin seru Tir
Masa Gu Lian kalah sama Weng Hua
keren bisa terbang
Bing Qian... leluhurnua
Ras Ilahi
Jadi Weng Lao tdk bisa ikut turnamen
Weng Lou bodoh amat keterlaluan
Latihan terus tapi Kuktivasinya tdk Naik ke Ranah
Pasti Lingling yang bangun
Nenek jahat rencanamu tidak berhasil
Weng Lou kesurupan Lagi
Siapa perempuan Tua yang ingin mbunuh keluarga Weng Lou
Beli baju baju dipasar agar tambah cantik
Balas Dendam.. 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!