Setelah lima tahun Fatur pergi ke luar negri untuk menghilangkan luka hatinya karena Anggita, kini ia kembali ke Indonesia dan tiba-tiba bertemu lagi dengan perempuan yang sangat ia cintai di masa lalunya. Sampai akhirnya Fatur jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya kepada Anggita.
Disarankan membaca novel 'Jatuh Cinta Lagi' sebelum membaca novel ini.
Up dari senin sampai sabtu ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snow White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I'M Oke
Fatur meninggalkan Anggita dan berjalan menerobos hujan yang begitu deras. Air matanya jatuh ke pipinya dan tidak bisa lagi menahannya. Begitu juga dengan Anggita ketika melihat kepergian Fatur, ia menangis tiada henti. Sesampainya di dalam mobil tangis Fatur pecah, kedua tangannya menggenggam erat stir mobil yang ada di hadapannya. Kali ini teriakannya terdengar histeris di tengah gemuruh suara hujan yang begitu deras, air mata membasahi semua wajahnya sampai air beling keluar dari kedua lubang hidungnya.
Hatinya semakin sesak dan sakit seolah malaikat sedang mencabut nyawanya. Tangannya gemetaran dan mendadak kepalanya terasa pusing sepertinya penyakit vertigo Fatur kumat. Sesekali ia memejamkan kedua matanya sambil tangan kanannya memegang bagian sisi kanan kepalanya. Fatur berharap jika dirinya tidak akan pingsan saat ini.
"Kenapa aku harus bertemu denganmu kembali, Anggita? Kenapa semua ini harus terjadi lagi?" tanya Fatur bicara sendiri di dalam hati sambil menangis di dalam mobilnya.
Rasanya Fatur ingin kembali berteriak sekencang-kencangnya, ingin rasanya meluapkan rasa sedih dan marahnya yang selama ini ia pendam. Tanpa berfikir panjang Fatur menyalakan mobilnya dan pergi meninggalkan Anggita. Di sisi lain Anggita masih menangis matanya sembab dan wajahnya begitu lusuh karena air mata yang keluar deras sedari tadi seraya menatap kepergian Fatur.
"Maafkan aku, Fatur. Andai kamu tahu hanya kamu yang aku sayang, hanya kamu yang selalu ada di dalam hatiku sampai saat ini," kata Anggita dalam hati sambil menangis menatap kepergian mobil Fatur yang semakin lama semakin menjauh.
Di bawah hujan deras Fatur terus memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi entah kemana akan berhenti, hanya hatinya yang bisa menuntunnya. Saat ini yang dia mau adalah menjauh dari Anggita sejauh mungkin, bahkan sampai tidak terlihat lagi dengan jelas.
Tidak lama kemudian Fatur berhenti di sebuah kebun teh, cuaca yang masih hujan dan baju Fatur yang basah serta suasana kebun teh yang begitu dingin terasa suhu di sana menusuk pori-pori sampai ke tulang, tapi mau bagaimana lagi Fatur membutuhkan susana untuk sendiri.
Memorinya mengulang kejadian 5 tahun lalu, mengingat masa-masa pertama bertemu dengan Anggita sampai akhirnya mereka bisa dekat dan bertemu. Hati Fatur terasa sakit dan dadanya mulai sesak tidak tahu harus bagaimana, apakah dirinya masih kuat jika harus bertemu dengan Anggita.
"Semakin jauh aku pergi semakin terasa dekat dan tersiksa bagiku. Tapi ketika kamu ada didekat ku, aku terasa tercekik dan merasa sesak dada ini. Aku nggak tahu Anggita apakah aku harus kembali mencintaimu atau membencimu," kata Fatur dalam hati sambil terus menangis.
Malam tiba tetapi Fatur belum juga pulang Erik sedikit gundah dan panik. Erik dan Kania yang saat itu baru saja pulang dari butik untuk fitting baju pernikahannya menjadi khawatir ketika tahu sahabatnya belum juga kembali, padahal ini sudah malam.
"Harusnya dia udah pulang," kata Erik dengan nada sedikit panik menatap Kania ketika mereka sedang berada di ruang tamu melihat tidak ada keberadaan Fatur di sana.
"Lalu dia pergi ke mana?" tanya Kania yanh ikut bingung melihat calon suaminya sangat mengkhawatirkan sahabatnya.
Sedari tadi Erik terlihat mondar-mandir di ruang tamu sambil memikirkan sesuatu. Sesekali menata jam tangan yang melingkar di tangan kanannya menunggu kedatangan sahabatnya. Sudah hampir malam Fatur belum juga pulang padahal tadi berjanji akan pulang sebelum senja. Namun nyatanya sudah malam belum juga ada kabar darinya.
"Aku sudah tanya sama mandor di sana katanya Fatur sudah pulang," jelas Erik yang meminta nomor ponsel mandor dari Reza.
"Aku takut terjadi apa-apa," balas Kania mulai gelisah menatap Erik.
Melihat ekspresi wajah Kania membuat Erik ikut khawatir, apa ia bertemu dengan Anggita lagi di sana dan mereka terlibat perang emosi membuat Fatur seperti kemarin lagi? Dengan cepat Erik mencoba untuk menelepon Anggita berharap jika perempuan itu tahu akan keberadaan Fatur, tapi sayang Anggita tidak mengetahui keberadaannya.
BATAM.
Mili mendapat telepon dari papanya dan diberitahu jika besok harus bertemu papanya. Entah apa lagi yang diinginkan papanya, sepertinya Rudi sekarang semakin semena-mena mengatur kehidupan kedua buah hatinya pasca dirinya kembali lagi ke dalam kehidupan Fatur dan keluarganya.
"Papa menyuruhmu datang ke kantornya?" tanya Tias Ayu ketika mereka sedang menikmati makan malamnya hanya berdua saja.
"Iya, Ma. Ada apa ya?" Mili balik bertanya dengan penuh rasa penasaran.
"Mungkin ada sesuatu yang ingin disampaikan?" tebak Tias Ayu menduga menatap Mili yang terdiam sejenak menatap Tias Ayu, hal penting apa yang dimaksud oleh mamanya.
"Bagaimana keadaan Fatur, Ma?" tanya Mili mengganti topik pembicaraan sambil menikmati makan malamnya.
"Tadi pagi sudah mulai bekerja lagi, tapi sore ini dia belum mengirim pesan sama mama."
"Apa mereka akan bersama lagi?" tanya Mili yang dimaksud adalah Anggita dengan adiknya.
Tias Ayu tahu siapa yang Mili maksud, hanya ada Anggita dalam cerita Fatur. Tias Ayu berharap jika mereka berdua bisa kembali bersama lagi seperti dulu karena Fatur masih sangat mencintainya. Tatapan Tias Ayu bisa dibaca oleh Mili karena terlihat ada guratan kekecewaan dan Mili mengerti.
"Anggita akan menikah," jawab Tias Ayu dengan nada sedikit sedih.
"Aku tahu kalau Fatur masih sangat menyayanginya, maka dari itu dia belum mempunyai kekasih sampai saat ini," tebak Mili dengan nada sedikit lirih menatap mamanya.
Deg, Tias Ayu terdiam terpaku menatap Mili, ternyata putrinya juga bisa merasakan jika Fatur masih sangat menyayangi Anggita.
"Jangan sampai papamu tahu kalau Anggita berada di Bandung. Apalagi partner bisnisnya karena kalau sampai papamu tahu, adikmu akan kembali ke luar negri," pinta Tias Ayu sedikit memohon kepada Mili.
"Iya Ma. Aku janji nggak akan memberitahu papa masalah ini."
"Fatur sudah cukup tersiksa dengan semuanya, satu-satunya harapan dia adalah Anggita tapi semua itu sudah hancur."
Sudah beberapa jam Erik dan Kania menunggu kabar Fatur yang belum juga pulang, mereka berdua sudah begitu khawatir apalagi Rudi ingin berbicara dengan Fatur karena sedari tadi terus menelepon Erik untuk bertanya keberadaan putranya. Erik yang harus berbohong merasa sudah tidak sanggup lagi karena papanya Fatur mengancam akan mengirim seseorang datang ke Bandung esok hari jika Erik bohong kepadanya tentang Fatur. Tidak lama terdengar suara mobil yang dikendarai oleh Fatur. Merasa lega mendengar suara mobil Fatur dengan cepat Erik dan Kania bangkit dari duduknya secara bersamaan saling menatap satu sama lain. Fatur masuk ke dalam dan melihat sudah ada Erik dan Kania sedang duduk di ruang tamu dengan wajah cemas dan panik. Erik dan Kania begitu lega ketika melihat kedatangan Fatur dengan keadaan yang begitu kucel, lusuh dengan wajah dan rambut yang baru saja kering.
"Lo kemana aja? Gue panik sedari tadi di sini nunggu lo?" tanya Erik begitu panik menghampiri Fatur yang terlihat begitu santai dan tenang setelah sampai di ambang pintu.
"Sorry," jawab Fatur singkat tidak begitu mengkhawatirkan sahabatnya yang terlihat gelisah menunggu kabarnya sedari tadi.
"Lo dari mana aja? Kenapa keadaan lo kaya gini? Lo abis mandi hujan?" selang Kania ikut bertanya kerena mengkhawatirkan keadaan Fatur yang semua bajunya basah.
"Gue baik-baik aja, lo berdua jangan khawatir," kata Fatur singkat dengan nada datar.
Lalu tanpa pamit dan banyak bicara Fatur meninggalkan Erik dan Kania. Kakinya menuju kamar dengan matanya yang sembab dan memerah membuat sepasang calon suami istri dibuat semakin gelisah dengan keadaannya. Pasti sesuatu terjadi kepada Fatur sehingga membuatnya seperti ini, namun Erik belum berani bertanya saat ini.
Sesampainya di kamar Fatur langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, namun yang terjadi adalah duduk di lantai dan bersandar kepada tembok kamar mandi masih dengan pakaian yang tadinya bawah kini mulai mengering. Tangisnya kembali pecah masih mengingat apa yang diucapkan oleh Anggita tadi dan masih mengingat juga perkataan yang dirinya ucapkan kepada Anggita, bahwa Fatur begitu sangat membenci Anggita sama seperti Fatur membenci papanya.
"Maafkan aku, Anggita. Maafkan aku," rintih Fatur terus menangis sambil bersandar ke tembok kamar mandi.
Sungguh hatinya semakin hancur dan sangat menyesal karena telah berbicara kepada Anggita seperti itu. Fatur tahu Anggita pasti sangat sakit karena ucapannya tadi dan ia juga sangat menyesal akan ucapannya. Tapi semua ini Fatur lakukan agar Anggita tahu jika dirinya bisa melupakan Anggita sepenuhnya, namun nyatanya itu semua bohong.
Setelah selsai membersihkan dirinya Fatur tidak keluar kamar lagi untuk makan, rasa nafsu makan dan sakit lambung yang dirasakan tadi sudah hilang karena percakapannya dengan Anggita tadi.
Matanya entah menatap ke mana, ia memilih untuk tidur di tempat tidurnya namun kedua bola matanya masih terjaga dengan air mata terus jatuh ke pipinya. Pikirannya terus melayang memikirkan tentang Anggita.
Di ruang makan Erik dan Kania menunggu Fatur untuk ikut makan bersama, namun sepertinya lelaki dengan mata indahnya tidak akan keluar dari kamarnya untuk makan malam bersama.
"Sepertinya Fatur nggak akan makan malam," tebak Erik kecewa setelah sadar sedari tadi tidak melihat Fatur keluar lagi dari kamarnya.
"Apa dia baik-baik saja?" tanya Kania begitu khawatir menatap Erik.
"Kayaknya nggak. Aku rasa telah terjadi sesuatu," jawab Erik menebak dengan nada sedikit sendu.
"Apa ini ada hubungannya sama Anggita?"
"Mungkin iya."
Erik dan Kania hanya terdiam ini bukanlah kabar yang baik untuk mereka berdua, lalu di saat yang bersamaan ponsel milik Erik kembali berbunyi. Seketika secara bersamaan Erik dan Kania menatap ke arah ponsel milik Erik yang disimpan di atas meja makan tak jauh dari piring, dengan cepat Erik mengambilnya. Kali ini Erik tidak tahu jika yang menelepon adalah papanya Fatur.
Wajah Erik kembali terlihat tegang entah alasan apa lagi yang harus Erik berikan tentang Fatur. Kania menatap Erik seolah memberi kode jangan mengangkat telepon itu, tapi jika tidak Erik angkat akan menimbulkan masalah. Sesaat Erik memejamkan kedua bola matanya dan menarik napas panjang seraya menggeser tanda berwarna hijau. Hatinya mulai tidak karuan karena akan mendengar sesuatu yang membuat dirinya gelisah dan ketakutan.
"Selamat malam Om," sapa Erik terdengar ramah.
"Malam. Apa Fatur ada bersamamu?" suara bariton terdengar di telinga Erik begitu tegas membuat hati Erik berdetak ketakutan.
Apa yang harus Erik katakan saat ini karena Fatur sedang tidak bisa diganggu. Secepat kilat Erik memutar otak mencari alasan yang tepat dan Kania terlihat ikut tegang melihat ke arah Erik.
"Ada, Om. Dia ada di kamar lagi sibuk sama kerjaannya," jawab Erik berbohong dan berharap papanya Fatur percaya akan ucapannya.
"Baiklah." jawaban Rudi membuat hati Erik tenang dan kini bisa bernapas sedikit lega karena hampir saja tercekik.
Baru saja Erik merasa lega karena Rudi percaya akan ucapannya, namun kini Erik kembali dibuat terkejut dengan apa yang didengarnya.
"Besok akan datang orang kepercayaanku untuk menjaga Fatur di sana. Dia akan mengawasi setiap gerak-gerik Fatur, dan aku minta tolong urus dia," titah Rudi seketika membuat ekspresi Erik kembali tegang.
Orang kepercayaan? Siapa yang Rudi maksud? Apa itu tandanya Fatur akan selalu diawasi dan tidak akan bisa bergerak bebas? Bagaiman jika Rudi mengetahui keberadaan Anggita di sini? Kenapa masalah Fatur tambah runyam saat papanya kembali ke dalam kehidupannya. Erik hanya bisa pasrah mengikuti ucapan Rudi.
"Baik, Om. Akan aku urus," balas Erik dan tidak lama Rudi mematikan ponselnya secara sepihak.
Kini Erik bisa bernapas dengan lega, rasanya seperti akan ditembak mati saja jika dirinya berhadapan dengan Rudi. Kania dibuat penasaran akan ekspresi Erik saat ini, apa yang dibicarakan mereka berdua sehingga membuat tunangannya terlihat lemas tak berdaya.
"Kenapa, Yank? Apa kata papanya?" Kania bertanya menatap lekat Erik yang sedang mengumpulkan kembali energinya.
"Besok ada yang mau datang buat ngawasin Fatur di sini," jawab Erik menyimpan ponselnya lalu kedua tangannya memegang kepalanya seakan-akan kepalanya mau pecah karena pusing.
"Hah! Serius?" Kania balik bertanya dan Erik hanya menangguk ringan masih memegang kepalanya.
"Memang dia tawanan harus diawasin?" protes Kania yang merasa Rudi sangat berlebihan memperlakukan putranya.
Erik menatap Kania dengan lekat sepertinya ia lupa memberitahu Kania jika Fatur akan dijodohkan oleh papanya.
"Fatur mau dijodohkan sama papanya."
"What!" teriak Kania kaget.
"Dia memang nggak boleh balik ke Indonesia tanpa seijin papanya, tapi demi menghindari pernikahan kita dia mengingkari janjinya." Erik mulai bercerita dan Kania begitu serius mendengarkan.
"Papanya tahu kalau dia ada di Indonesia jadi Fatur boleh ada di sini asalkan dia mau dijodohkan sama perempuan pilihan papanya," lanjut Erik lagi yang kini mulai merasa bersalah karena demi dirinya Fatur rela mengingkari janjinya.
Bukan hanya Erik yang merasa bersalah tapi juga Kania, ia merasa iba kepada Fatur karena demi menghadiri pernikahannya harus berakhir seperti ini.
"Aku merasa bersalah," kata Erik dengan nada lirih merasa bersalah dan Kania hanya terdiam.
"Dia nggak pernah merasakan bahagia sejak ditinggalkan papanya, hanya Anggita yang saat itu mampu membahagiakannya. Mungkin sampai saat ini hanya Anggita yang ada di hati Fatur."
Benar ucapan Erik jika hanya Anggita sumber kebahagiaan Fatur. Hanya Anggita semangat hidup Fatur kembali ada, dan hanya Anggita segalanya bagi Fatur. Tanpanya hidup Fatur seakan pincang dan tidak bernyawa.
Keesokan paginya Erik merasa heran kenapa Fatur belum juga bangun padahal ia selalu bangun lebih dulu darinya. Tapi kali ini tidak dari tadi Erik mengetuk pintu kamar tidak ada jawaban dari dalam, apa mungkin jika sahabatnya begitu kelelahan karena kemarin. Tanpa pikir panjang Erik masuk ke dalam kamar Fatur yang kebetulan saat itu tidak dikunci, apa mungkin Fatur lupa? Dilangkahkan kaki Erik mencari keberadaan sahabatnya, namun ia melihat Fatur masih ada di atas tempat tidur dan tubuhnya ada di balik selimut tebalnya.
Senyum simpul dan gelengan kepala terlihat ekspresi Erik saat melihat keadaan Fatur yang masih tertidur. Sepertinya Fatur kesiangan. Tiba-tiba Erik merasa heran saat melihat kening Fatur begitu banyak mengeluarkan keringat, padahal suhu kamarnya begitu dingin. Erik menatap Fatur sedari tadi dengan lekat penuh dengan tanda tanya.
"Kenapa dia keringatan ya? Padahal memakai Ac?" Erik bertanya dalam hati dengan penuh rasa heran sambil terus menatap Fatur.
Penasaran dengan keadaan Fatur akhirnya Erik berinisiatif untuk membangunkannya karena sudah waktunya mereka untuk pergi bekerja. Blum sampai Erik membangunkannya, Fatur menggigil kedinginan dan wajahnya sedikit pucat. Erik angsung memegang kening Fatur dan betapa kagetnya ketika tahu sahabatnya demam. Tanpa banyak bicara Erik segera membawa Fatur ke rumah sakit karena setelah merasa kedinginan kesadaran Fatur hilang karena pingsan.