NovelToon NovelToon
Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah

Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Cerai / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:216.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rositi

Hidup Aranti sudah hancur sejak 1 bulan lalu, setelah siswi kelas 2 SMA itu diperkosa oleh Davin—kakak kelasnya. Namun, Aranti harus menegakkan bahunya lantaran kejadian tersebut menghadirkan seonggok janin yang akhirnya tumbuh di dalam rahimnya.

Ketika semua orang termasuk orang tua Aranti memaksa Aranti untuk menggugurkan janinnya kemudian menganggap tidak pernah terjadi apa-apa. Demi masa depan sang janin, Aranti terpaksa menerima tanggung jawab Davin yang sangat ia benci, atas perbuatan pemuda itu kepadanya.

Setelah menikah, Aranti tinggal bersama keluarga Davin, sementara Davin melanjutkan kuliahnya di luar kota. Namun, meski orang tua Davin merupakan orang paling terpandang di desa Aranti tinggal, mereka justru memperlakukan Aranti layaknya budak. Fatalnya, kepulangan Davin tiga bulan kemudian, justru dibarengi dengan seorang wanita bernama Anggita.

“Anggita sedang hamil anakku dan aku akan menikahinya, apalagi orang tuaku sangat setuju. Jadi, jika kamu tidak suka, aku akan langsung menceraikanmu!” ucap Davin tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Lantas, apakah kali ini Aranti masih akan bertahan di tengah kenyataannya yang berjuang sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Bab Dua Puluh Satu

“Ambil waktu buat istirahat, ... cuti!” ucap mas Narendra sengaja menghampiri sekaligus mengajak Aranti berbicara. Suaranya terdengar bergetar, bahkan untuknya sendiri. Karena itu wujud dari rasa tidak teganya kepada Aranti. Ia khawatir, Aranti yang sedang hamil muda, jatuh sakit karena kelelahan. Bukan hanya lelah fisik karena pekerjaan yang memang nyaris selalu sibuk. Namun juga lelah pikiran karena Davin sekeluarga.

Di jam makan siang dan sedang sibuk-sibuknya, Aranti mendapati mas Narendra yang menatapnya berat. Aranti yang memboyong satu tumpuk piring beling bekas makan, jadi tidak enak hati.

“Pak Narendra jangan berpikir macam-macam apalagi sampai merasa bersalah. Hanya karena Pak Narendra tahu keadaan saya yang juga Pak Narendra bantu.” Aranti berbicara lirih tanpa berani menatap mas Narendra.

“Kandasnya hubungan saya dengan Davin, murni karena kesalahan Davin bahkan saya. Karena keputusan saya memberi Davin kesempatan, juga menjadi kesalahan besar yang telah saya lakukan.” Aranti menutup ucapannya dengan menunduk dalam. Namun selanjutnya, ia dipanggil oleh kasir untuk mengantarkan pesan antar.

“Aranti jangan antar pesanan karena itu bikin dia motoran. Dia lagi hamil. Aranti kasih kerjaan yang di sini saja,” ucap mas Narendra dengan suara lantang juga lantaran suasana di sana memang ramai. Suasana yang memaksa mereka untuk berucap lantang agar tetap bisa terdengar.

Mendengar itu, Aranti yang baru saja melewati mas Narendra menegaskan, bahwa dirinya bisa. “Saya bisa, Pak. Enggak apa-apa. Tolong jangan dibeda-bedakan. Di sini kan saya juga kerja. Sama-sama kerja, takutnya jadi kesenjangan buat yang lain!” yakin Aranti sangat santun, meski kali ini, ia sampai menatap kedua mata mas Narendra.

Aranti sungguh tidak mau diperlakukan berbeda apalagi spesial, bagaimanapun keadaannya. Ia tak mau perlakuan spesial yang ia dapatkan, malah membuat teman kerjanya jadi menjauhi bahkan tidak menyukainya. Lihat saja, kasir yang sempat mas Narendra tegur langsung murung sekaligus jengkel kepadanya.

“Enggak apa-apa, Mbak Bulan ... saya bisa. Enggak apa-apa,” yakin Aranti terpaksa memaksa. Sebab Bulan sang kasir dan juga bertugas menyerahkan setiap pesan antar, jadi tidak mau memberinya pesanan yang harus diantar.

“Andai aku enggak hamil, pasti aku sudah minggat ke luar negeri atau minimal ke kota. Akhir bulan lah, setelah aku nutup pinjaman. Eh, setelah nutup pinjaman, ke depannya aku juga otomatis enggak punya uang. Berarti minimal bulan depan, aku baru bisa berhenti dari sini,” batin Aranti sambil bersiap di motor matic hitam yang terparkir di depan rumah makan.

Motor matic yang Aranti gunakan merupakan motor khusus untuk transportasi pekerjaan di rumah makan, termasuk juga ketika mengantar setiap pesanan.

“Omong-omong mengenai statusku, bukanlah lepasnya aku dari Davin juga merupakan bagian dari kebebasanku? Ya sudah yuk, Ran ... semangat! Karena sekarang saja, aku bisa urus kelanjutan sekolahku!” batin Aranti seiring dirinya yang jadi semangat menggebu-gebu.

Aranti mengemudikan motornya dengan sangat lancar lantaran kebetulan, jalan tak begitu penuh apalagi macet. Aranti mengantar pesanan ke sebuah rumah gedong dan lokasinya tidak begitu jauh dari rumah makan tempatnya bekerja. Rumah tersebut bersebelahan dengan toko pertanian. Bertepatan dengan Aranti yang beres melakukan serah terima, ia tak sengaja melihat kedua orang tuanya.

Untuk sejenak, dunia ibu Santi, pak Wanto, apalagi dunia Aranti, seolah berhenti berputar. Dari tatapan kedua orang tuanya, Aranti sadar bahwa sepasang paruh baya berpenampilan sederhana itu masih sangat kecewa kepadanya. Buktinya, ketika ia dekati, ibu Santi sudah langsung menggandeng pak Wanto pergi.

Sebuah kantong berisi obat semprot padi, menghiasi tangan kanan ibu Santi. Sementara tangan kanan pak Wanto yang tidak digandeng sang istri, mendekap karung pupuk ukuran 20kg.

“Pak, Bu ...,” ucap Aranti bersama sesak di dadanya yang terasa makin menyiksanya. Rasa sesak yang juga membuat air matanya tidak bisa ia tahan, hingga berakhir berjatuhan membasahi pipi.

Aranti bermaksud mengajak orang tuanya berbicara baik-baik. Namun, kedua orang tuanya terus melangkah dan seolah sudah tidak mau tahu kepadanya.

“Pak, Bu ...!” Aranti sengaja berseru, dan sengaja berlari dalam menuruni anak tangga menuju jalan sebelah aspal, guna menyusul kedua orang tuanya. Meski karena itu juga, pangkal perutnya jadi terasa nyeri.

Aranti sengaja menarik selendang pengikat bawah perutnya. Ia membuat kedua tangannya melakukannya di balik seragam kerjanya.

“Pak, Bu. Aku ingin berbicara baik-baik,” sergah Aranti benar-benar memohon. Ia melangkah cepat karena tak kuasa lari lagi. Napasnya pun sudah langsung terengah-engah akibat rasa nyeri sekaligus sakitnya.

“Sudah, ... semua tetangga sudah tahu!” sergah ibu Santi sambil balik badan sekaligus mendelik kepada Aranti. “Kamu sudah sukses bikin kami malu!” sergahnya lagi kepada Aranti yang perlahan diam kebingungan.

Selain jadi tidak berani menatap ibu Santi, Aranti juga jadi berhenti melangkah. Aranti yang menunduk juga masih membiarkan kedua tangannya di depan sekaligus bawah perut. Kedua tangannya masih menarik kuat selendang pengikat yang sebenarnya sudah terikat sangat kuat di sana.

“Iya, ... aku minta maaf. Meski aku masih ingin menegaskan, bukan mauku hamil di luar pernikahan. Meski aku sadar, hati dan pikiran kalian tetap tidak bisa menerimanya. Karena memang, enggak semua orang tua bisa legowo apalagi menyadari tugas dan kewajibannya. Karena jika Bapak dan Ibu merasa tidak sudi memiliki anak sepertiku. Andai aku bisa memilih, aku juga tidak pernah ingin menjadi bagian dari kalian, apalagi sampai menjadi anak kalian!” tegas Aranti masih berusaha tenang sekaligus sopan.

Aranti yang awalnya menunduk, perlahan menatap kedua mata orang tuanya dengan kedua matanya yang basah. Ia mengabarkan rencana perceraiannya dengan Davin.

“Meski memang baru proses, dalam waktu dekat kami pasti akan bercerai!” tegas Aranti. Sampai detik ini ia masih membiarkan air matanya jatuh memandangi kedua orang tuanya yang teramat egois.

“Kami tetap tidak bisa menerimamu! Jangan pernah kembali ke rumah! Jangan bikin geger apalagi aib lagi!” tegas ibu Santi masih dengan suara sangat lirih, tapi sangat menusuk.

Setelah menghela napas pelan sekaligus dalam, Aranti yang masih menatap tegar kedua orang tuanya, berangsur menggeleng. “Enggak ... aku pastikan, aku enggak akan pernah pulang selain untuk silaturahmi.”

Kemudian, sambil mengangguk-angguk, Aranti berkata, “Kalian enggak usah khawatir. Karena jangankan materi, sekadar doa kalian saja, ... aku enggak akan pernah minta. Bismillahirrahmanirrahim, aku kuat. Karena aku percaya, Allah enggak mungkin mengujiku melebihi kemampuanku!”

“Di pertemuan ini, aku hanya ingin mengatakan hubunganku dan Davin, agar ke depannya tidak ada salah paham!”

Aranti memutuskan pergi sebelum kembali membuat orang tuanya emosi. Namun seperti tekadnya, ia tak akan pernah meminta apa pun dari orang tuanya, bahkan itu sekadar doa.

1
Nani Rodiah
Aku selalu tunggu2 karyamu ttg keluarga mba arum dan pak kalandra, sambung menyambung bikin hati sangat terhibur👍👍👍❤️❤️❤️❤️💪💪
Nuryanti Yanti
pura pura ky...nyahok sidavin
Nuryanti Yanti
duhhh....mirip si Nina nih ceritanya...beda status aja....byk air mata
Nuryanti Yanti
dah kabur aja....
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
Danny Muliawati
kemana yah Thor kok sepi lanjutan nya mana
IG : Rosit92❣️❣️🏆🏆💪🤲: Kakak enggak lihat novel ini sudah ada label tamat?
total 1 replies
Haira Latifa
ceritanya sangat bagus, sampai tamat aku baca..!
Nur Halima
Luar biasa
Natasya Lia
sangat puas thor
Nazla Awalia
sejak membaca karya dari ka ros... aq jd males baca novel yg lain,, soalny nyambung bacaan ny wlaupun judul ny beda2 bikin penasaran sama kisah2 selanjutnya.. 👍👍
IG : Rosit92❣️❣️🏆🏆💪🤲: Hooohhhh aku nangis baca ini. Makasih banyak Kak 😭😭😭😭❤️
total 1 replies
Dede Yulli
Luar biasa
azka karim
ternyata anak pembokat 🤣🤣🤣
azka karim
👍👍👍👍 sampai gak bisa ngomong sangking nyeseknya tuh cerita, dan best banget dah .
Restoe Alive
Luar biasa
Susi Akbarini
pantesan bisa bayarin Desy saat kecelakaan...
Atmita Gajiwi
/Smile//Determined//Smirk//Kiss//Rose//Rose/
Sabaku No Gaara
Luar biasa
Firli Putrawan
yeeeey bs bc elra sm syukur athan gmn dia bs berpisah sm syukur
Dessy Sugiarti
Okey ditunggu kisah mereka...
Yasna Khaira AZzahra
belum berani AQ baca.. apalgi mala2m gini .hhii...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!