Cahaya?

[ WARNING ]

1. BANYAK KATA - KATA KASAR.

2. KARYA PERTAMA, MAKLUMI KALAU ADA KESALAHAN DALAM DIKSI.

3. MAKLUMI TYPO.

4. KOMENTAR YANG SOPAN.

5. HARGAI KARYA PENULIS.

TERIMAKASIH!!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -...

Aurel cukup lama di dapur. Sedangkan Alvarez duduk menunggu dengan tenang.

'Kata Aurel.. toilet ada di sebelah kiri kan?' Batin Alvarez bertanya. Diri nya ingin ke kamar mandi. Menunduk sebentar, berpikir, apa ia harus memanggil Aurel untuk membantu nya?

"Aurel?" Alvarez memanggil Aurel, namun suara nya langsung hilang begitu saja, karena suara wajan dan spatula penggorengan yang saling bertabrakan. Alvarez kembali diam, seperti nya Aurel sibuk.

Ia mencoba menggerakan kaki nya perlahan, bisa. Tapi, lemas. Ia berdiri perlahan, meraba sekeliling sebagai pegangan. Kaki nya melangkah satu per satu, sedikit oleng. Ia berjalan membungkuk, meraba meja ruang tamu. Saat hendak melangkahkan kaki nya lebih jauh, ia terjatuh.

Brukk..

Alvarez meringis pelan. Alvarez membuka mulut, hendak memanggil Aurel sekali lagi, tapi tak jadi karena suara yang mengganggu telinga nya.

'Ya elah, nyusahin banget sih. Mau kencing aja masa harus minta bantuan?'

'Sekarang bukan cuma buta ya? lumpuh juga, hahaha..'

'Pelan - pelan jalan nya. Itu toilet nya deket.'

'Dia ga akan bisa. Dia kan payah. Selalu begitu.'

Suara itu benar.. Ia payah. Selalu menyusahkan Aurel. Ia harus berusaha sendiri, ia harus bisa. Awalnya, Varez berpikir begitu. Ia mengangkat pantat nya lagi untuk berdiri, tapi suara Aurel terdengar lebih dulu.

"Sele--- Astaga Varez!" Aurel meletakkan piring makanan ke meja, lalu hendam mendekat ke Alvarez. Tapi, Alvarez mengode dengan tangan untuk tak mendekat. "Jangan k-kesini.." Ujar nya pelan. Alvarez menunduk malu, mata nya memanas. Netra nya mulai di genangi air mata, ia diam, tetap pada posisi kepala menunduk.

"Kenapa? Sini gue bantu ang---" Baru Aurel berjalan mendekat, kaki nya terasa menginjak air. Aurel menunduk menatap lantai yang ia injak. Air berwarna kuning tergenang di lantai sekitar Alvarez. Oh.. Ia mengerti sekarang. Ia menatap Alvarez sendu, pria ini pasti berusaha keras.

Aurel mengesampingkan air di lantai itu. Ia kembali mendekat pada Varez dengan menginjak area yang tak basah, lalu berjongkok di sebelah Varez.

"M-maaf.." Suara Varez pelan, seperti berbisik. Ia malu. Biasa nya, bi Siti yang akan membersihkan nya, atau, kadang juga bi Siti yang akan membantu nya ke toilet walau sehari sekali. Karena, dulu ia tidak banyak minum. Sehari, hanya di kasih segelas air.

Aurel tersenyum simpul, menepuk pelan kepala Varez. "Sorry ya gue lama."

Alvarez menangis tanpa suara, dengan kepala menunduk. Kenapa ia tak bisa apapun? Kenapa ia harus perlu bantuan orang? Ia ingin sesekali melakukan sesuatu untuk orang. Tapi, untuk dirinya sendiri saja, ia tak bisa.

Aurel meraih pipi tirus Alvarez agar mendongak ke arah nya. Ia mengusap air mata Alvarez, "Gapapa.." Ujar Aurel lembut.

"Ayo, berdiri.. Ganti baju dulu, gue udah siapin makanan." Aurel melingkarkan tangan Alvarez pada bahu nya, membantu Alvarez duduk di kursi roda nya. "A-aurel.. Biar Varez bersihin.." Ucap nya pelan.

"Gausah. Gue anter lo ke kamar sama siapin lo celana, lo ganti ya. Bisa kan?" Tanya Aurel sembari mendorong kursi roda Alvarez pergi menuju ke kamar. Alvarez merespon dengan anggukan.

 .

Aurel mengeluarkan celana bahan pendek untuk Alvarez, di letakkan celana itu di pangkuan Alvarez. "Ini, lo ganti ya. Gue beresin depan dulu."

"Kalau udah selesai, panggil gue, oke?"

"Maaf-"

"Gapapa Alvarez. Gue ga marah."

"Lo ganti aja dulu celana nya." Kata Aurel menepuk pelan kepala Alvarez. Lalu, ia berjalan pergi, meninggalkan Alvarez di kamar nya.

Di ruang tamu, ia mengambil lap dan mulai membersihkan air berwarna sedikit kuning itu di lantai. Entah lah.. Sejujur nya, Aurel bukan tipe orang yang suka bekerja membersihkan rumah apalagi hal seperti yang ia lakukan sekarang. Tapi.. setelah melihat Alvarez tadi, ia menjadi prihatin. Ia ingin lebih membantu Alvarez. Tak masalah kalau ia jadi harus mengelap lantai seperti ini. Ia tak marah.

Setelah selesai membersihkan nya, suara Alvarez terdengar dari kamar nya. Suara itu tak terlalu besar, karena Alvarez memang tak terbiasa untuk berteriak. Tapi, Aurel mampu mendengar nya.

Ia membawa Alvarez ke ruang tamu lagi, lalu memberikan Alvarez makan. Alvarez menyantap dengan lahap, ia menyukai masakan Aurel. Masakan bi Siti memang enak, tapi masakan Aurel seakan berbeda, ada yang istimewa. Mungkin karena yang masak, bidadari kali ya, hehe.

.

.

.

...•BERSAMBUNG•...