NovelToon NovelToon
The Mask Painter

The Mask Painter

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Spiritual / Iblis / Hantu
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Asha Krajan

Odessa adalah pelukis topeng yang melanjutkan karir dari leluhur ayahnya.

Keluarganya memiliki sebuah toko topeng kecil yang buka di sebuah gang sepi yang jarang didatangi oleh pengunjung, pada awalnya Odessa tidak mengerti sama sekali mengapa keluarganya harus berjualan dan membuka toko di tempat yang sepi orang lewat.

Namun setelah Odessa mengambil alih bisnis itu, ia mengerti alasannya.

'Mereka' tidak menyukai tempat yang ramai.

Ya, yang Odessa layani sama sekali bukan manusia, melainkan 'mereka' jiwa yang tersesat atau pun arwah yang terjerat oleh masalah di bumi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asha Krajan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Ajeng, si chef bintang lima

     Odessa melirik Amir dengan misterius, "Kamu menanyakan apa selanjutnya? Selanjutnya adalah ... makan dulu." Amir tertegun, matanya berkedut tidak percaya dengan jawaban gadis itu, "Hah?" Odessa tertawa dan bangkit dari kursinya, ia berjalan menuju gudang dimana Ajeng biasanya suka berdiam diri.

Amir memperhatikan dari belakang ia sedikit ragu apakah Odessa bercanda padanya atau tidak, pada saat itu Odessa segera memberikan jawaban yang jelas, "Aku tidak bercanda, aku belum makan sama sekali dari tadi pagi. Mantra tadi juga cukup menyedot energiku, jadi aku ingin makan terlebih dahulu," ucap Odessa sembari mengetuk pintu gudang dengan lembut. "Ajeng, apakah kamu ada di dalam? Bisakah kamu membuatkan kami makanan?" Pintanya dengan lembut.

Tak lama setelah pintu di ketik pintu terbuka dari dalam, Ajeng muncul dengan tatapan kosongnya yang khas, "Tuan? Kamu ingin makan sekarang?" Mendapat anggukan dari tuannya membuat Ajeng segera bergegas untuk pergi ke dapur. Odessa melirik Amir dengan kode untuk mengikutinya, "Aku akan menunjukkan kamar untuk tamu kita terlebih dahulu, jika makanannya sudah siap tolong panggil kami untuk turun."

"Siap tuan!" jawab Ajeng dari dapur yang diiringi oleh suara panci dan kompor yang berisik. Amir hanya terdiam melihat interaksi keduanya. 

Odessa melambaikan tangannya menyuruh Amir untuk segera mengikutinya, "Ayo cepat." Amir mengangguk dan segera berdiri. ia berjalan menghampiri gadis itu dengan cepat dan mengikuti menaiki tangga untuk mencapai lantai dua dimana letak tempat kamar tidur berada. 

Odessa berhenti berjalan, ia melirik ke belakang. "Dimana kopermu?" Amir tertegun dan tersadar. 

'Sialan, kopernya!'

Ia menepuk dahinya karena ceroboh, ia segera bergegas kembali turun mengambil kopernya yang sebelumnya ia letakkan di samping kursi tempat ia duduk sebelumnya.

Odessa melihat kecerobohan pemuda itu dan menyeringai, "Bodoh." Odessa menggelengkan kepalanya dan lanjut naik ke atas. Amir menyeret kopernya dan melihat bahwa sosok Odessa sudah hampir menghilang ke lantai dua, ia langsung mengangkat kopernya dan berlari mengikuti karena takut ketinggalan. 

'Sial, aku lupa koper ini berat!' batin Amir mengomel. 

Setibanya di lantai atas, Amir melihat bahwa hanya ada tiga kamar tidur yang pintunya tertutup. Amir menurunkan kopernya dan menyeret mengikuti langkah Odessa, tidak ada obrolan selama mereka berjalan, karena suasana yang hening dan hanya lampu yang remang-remang membuat Amir takut ia berinisiatif untuk mengambil alih memulai obrolan. 

"Odessa … yang kamu panggil Ajeng itu … robot?" tanya Amir sebagai memulai basa-basi. Odessa mendengarkan pertanyaan pemuda itu dan menggelengkan kepalanya, "Bukan, dia boneka sendi." Jawaban dari gadis itu membuat Amir tertegun, karena awalnya ia pikir itu adalah robot yang di desain dengan gaya boneka sendi. Amir tidak pernah terpikir bahwa sebenarnya 'Ajeng' adalah boneka sendi sungguhan?

"Tunggu, lalu … kenapa ia bisa hidup?"

"Arwah Ajeng hidup di dalam boneka itu, energinya yang kuat mampu membuat sendi-sendi boneka bergerak dan beraktivitas." Odessa menjelaskan kepada Amir, obrolan ini bukannya membantu mengurangi rasa takut namun malah membuat Amir merasa seluruh bulu kuduknya berdiri karena tahu bahwa sebelumnya ia berinteraksi dengan arwah orang yang sudah mati. 

Amir bertanya dengan bingung, "Lalu kamu menyuruhnya memasak … apakah dia benar-benar bisa?" 

Odessa berhenti, ia melirik ke belakang dan menyeringai. "Hehe, jangan pernah remehkan Ajeng. Meskipun ia berada di dalam boneka sendi, masakannya tidak kalah dengan masakan hotel bintang lima asalkan ada bahan untuk ia memasak!" Amir terbelalak, ia menjadi heran dan penasaran akan hasil masakan arwah itu. 

"Benar-benar enak?"

"Rasakan saja nanti apakah benar enak atau tidak." 

"Oh…"

Sebelum Amir sempat kecewa karena tidak mendapat jawaban yang pasti, ia sudah berhenti melangkah karena Odessa di depannya juga berhenti di depan sebuah pintu yang terkunci. Odessa mengeluarkan kunci tembaga dari sakunya dan membuka kuncinya dengan bunyi 'klik', ia mendorong pintu terbuka menunjukkan isi kamar yang sederhana namun terkesan elegan dan antik. 

"Wah…"

Rahang Amir jatuh, matanya terbelalak dan ia tidak tahan untuk melangkah masuk. Amir menunduk menyentuh ukiran pada pinggiran meja kayu di dalam kamar, "Ini … jarang sekali aku melihat model ukiran ini, apakah seluruh kamar di rumah ini memiliki barang antik seperti ini?" 

Odessa mengangguk dengan bangga, "Ya, dan sebenarnya kami tidak pernah membelinya, hal ini semua di buat sendiri oleh kakekku ketika ia senggang!"

"Hebat sekali kakekmu, apakah sebelumnya beliau seorang pengrajin kayu?"

Odessa menggendikkan bahunya acuh tak acuh, "Awalnya. Lalu ayahku bilang kakek bangkrut, dan beralih ke profesi yang sama sepertiku." Amir mengangguk dalam diam dan terus menyentuh ukiran pada kayu sebelum akhirnya ia berhenti karena malu, "Jadi profesimu sebagai penjaga adalah turun-temurun?" Tanya Amir agar tidak malu, anggukan kecil dari Odessa membuat Amir bernafas lega. 

"Oh…" Amir mengangguk, ia kembali bertanya. "Apakah aku akan tidur di sini?" Odessa mengangguk, "Mulai hari ini kamu bisa tidur di sini. Sebelumnya ini adalah kamar kakekku, jadi tolong jangan melakukan hal macam-macam." Odessa menatap Amir dengan serius, ia mengingatkan pemuda itu. Tawa canggung keluar dari Amir karena di peringati, sejujurnya ia juga tidak tahu hal 'macam-macam' apa yang bisa ia lakukan. 

"Memangnya … aku bisa melakukan hal aneh apa?" Tanya Amir dengan iseng. Sayangnya jawaban dari Odessa hanyalah dengusan dan tidak benar-benar menjawab, yang membuat Amir semakin bingung oleh gadis rambut hitam keriting itu. 

Amir berkedip, ketika ia berjalan sembari membawa kopernya masuk ke dalam kamar, jantung Amir hampir saja copot karena suara teriakan dari Ajeng di lantai bawah yang menembus langsung ke kamarnya sekarang. 

"TUAN! MASAKANNYA SUDAH SIAP!" 

Jantung Amir berdetak kencang, ia memejamkan matanya mencoba menenangkan jantungnya yang rasanya sedikit sakit. Amir menghela nafas dan terdiam melihat Odessa yang tertawa di belakangnya, "Kenapa tertawa?" Amir menatap Odessa curiga. Odessa masih tertawa, ia melambaikan tangannya dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak, aku hanya lucu melihat reaksimu yang terkejut dan ketakutan." Odessa terkikik dan menghapus air di sudut matanya menatap Amir dengan geli. 

Amir mendengus, ia sedikit cemberut karena merasa telah di ejek. Odessa menghela nafas, ia perlahan berhenti tertawa dan melambaikan tangannya pada Amir sembari melangkah keluar, "Baiklah, lupakan. Tinggalkan saja kopermu di dalam, ayo turun. Sepertinya Ajeng sudah selesai memasak." Amarah yang sebelumnya muncul di hati Amir segera hilang, ia hanya mengangguk dan dengan patuh ikut berjalan untuk pergi ke lantai satu. 

Ajeng menoleh menatap keduanya yang turun dari tangga lantai dua, ia membawa penggorengan di tangannya dan mengetuknya dengan spatula, "Tuan, aku memasak nasi goreng udang, apakah tidak apa-apa?" 

Odessa menatap Amir di belakangnya, "Kamu tidak alergi udang, kan?" Amir menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku tidak alergi dengan udang." 

"Baguslah. Tidak apa-apa Ajeng." Odessa kembali menoleh kearah Ajeng di bawah dan terus berjalan turun perlahan. Ajeng mengangguk kaku dan membagi nasi goreng itu ke dua piring terpisah. Ajeng berjalan menyajikan nasi goreng itu di meja makan tepat di samping dapur. 

Odessa mengajak Amir duduk, mereka mulai mengambil peralatan makan dan menyantap hasil masakan arwah boneka sendi itu. Setelah gigitan pertama mata Amir terbelalak tidak percaya, sebab ia tidak pernah memakan masakan seenak ini!

"Ajeng, bagaimana kamu bisa memasak seenak ini?" Tanya Amir dengan takjub. Ternyata benar kata Odessa, masakan arwah ini sangat enak seperti masakan koki bintang lima! Amir bahkan merasa bahwa masakan ibunya di rumah bahkan lebih payah dari masakan arwah. 

Odessa menyeringai menatap reaksi pemuda itu yang terheran-heran, "Sudah kubilang, kan? Enak sekali seperti masakan bintang lima." 

Ajeng mendengar pujian dua orang itu sebenarnya tersipu malu, namun sayangnya boneka sendi tidak memiliki suhu tubuh sehingga wajahnya tetap masih putih pucat seperti porselen. Ajeng mengeluarkan suara batuk, "Tentu saja ini semua karena pengalaman memasak yang lama." 

Amir mengangguk dan terus makan, "Jadi Ajeng sudah pandai memasak sejak lama?"

"Ya, saya sudah rajin memasak sejak saya masih hidup."

Amir tersedak mendengar jawaban arwah boneka sendi itu, ia terbatuk dan memukul dadanya dengan keras, ia merasa sedikit canggung. "Memangnya … Ajeng hidup di tahun berapa?"

"1700-an." Jawab Ajeng dengan lembut. 

Odessa tertawa melihat wajah Amir yang pucat, ia menggelengkan kepalanya. "Sudah, sudah, makan tidak boleh berbicara. Ayo habiskan dulu lalu lanjut makan." Amir hanya mengangguk dan makan dalam diam, rupanya ia masih shock oleh tahun zaman arwah Ajeng hidup. 

Odessa tersenyum menatap Ajeng, "Terima kasih Ajeng atas masakannya, aku akan membakarkan dupa untukmu setelah aku selesai makan." 

"Sama-sama tuan! Ini sudah tugas Ajeng." Ajeng mengangguk dengan senyuman kaku di wajah bonekanya, namun Odessa tahu bahwa gadis arwah itu sebenarnya sangat senang. 

1
Hariyanti Katu
😂😂
Ediherianto
kok blm update ya thor.
Ediherianto
tetap semangat ya thor, walaupun lelah, kami tetap setia menunggu author update.
Ediherianto
terimakasih thor, seh double up
A.K: Sama-sama❤️
total 1 replies
Ediherianto
menarik dan bagus
Ediherianto
semoga lekas sembuh ya thor, dan selamat atas diterimanya disekolah yg diimpikan.
A.K: Aamiiin terima kasih banyak kak Edi!🔥❤️
total 1 replies
bbyylaa
Thank you author. Semoga lolos PPDB tahap selanjutnya, dan tetap jaga kesehatan ya. Aku tetep nunggu kapanpun updatenya kok~
A.K: Terima kasih banyak bbyylaa!❤️🔥🎉
total 1 replies
bbyylaa
Semangat author💘
A.K: Terima kasih bbyylaa! 🎉❤️🔥
total 1 replies
bbyylaa
sukakk banget sama konsep novelnya, underrated banget!!! semangat ya thorr
bbyylaa: ayooo thor semangat updatenyaa
A.K: Terima kasih banyak bbyylaa❤️🔥
total 2 replies
L K
hahahhaha tasnya ilang di gedung hotel
Setsuna F. Seiei
Tiap habis baca chapter pasti bikin aku pengen snack sambil lanjut baca!
A.K: Terima kasih telah berkomentar! komenmu membuat thor bersemangat deh!✨
total 1 replies
Desi Natalia
Ceritanya memukau, jangan berhenti menulis ya author!
A.K: Terima kasih telah memberi dukungan! nantikan bab selanjutnya ya~😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!