*manusia cenderung sadar ketika ditinggal dibanding saat masih di depan mata*
dia adalah shinta. seorang wanita cantik dan baik hati yang sedang mencari peruntungan dikota sebrang.
namun karna kebaikan hatinya yang membuat ia harus menikahi laki-laki dingin yang tidak mencintainya.
sampai ia harus berjuang dan bertahan sendiri dalam rumah tangganya yg dingin bagaikan es dikutub utara.
lalu bagaimanakah kehidupan shinta setelah menikah?
untuk lebih lanjutnya mari kita simak bersama2 novel ini sambil terus menekan like dan komennya..
(maaf jika dalam penulisan, penyajian dan penyampaian yg kurang berkenan atau tidak sesuai, karna ini adalah karya pertama author. mohon dukungannya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VEAA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makanan Kesukaan
***
Shinta memulai kegiatan memasak untuk makan malam. Shinta lah yang memegang kendali dapur saat ini. Shinta berniat memasak semua menu utama makan malam, sedangkan bi Sri hanya membantu Shinta.
Shinta memasak 3 menu hidangan utama, yaitu rendang yang merupakan makanan kesukaaan Fernando, tumis cumi rica-rica yang merupakan makanan kesukaan Silvi dan ayam suir pedas manis yang merupakan makanan kesukaan Evan.
Sedangkan bi Sri memasak beberapa hidangan lain sebagai pelengkap.
Setelah selesai memasak, Shinta bergegas membersihkan dirinya dan menunggu suaminya pulang.
Hari sudah semakin petang. Terlihat kedua mertuanya sudah pulang bersamaan beberapa waktu yang lalu, ternyata setelah selesai bertemu costumer tadi, Silvi mampir ke kantor suaminya dan akhirnya pulang bersama.
Terdengar suara mobil memasuki gerbang. Ya, itu adalah mobil suaminya. Shinta menyambut kedatangan suaminya dengan mencium punggung tangan Evan lalu mengambil alih tas kerja dan sepatu Evan untuk ia letakkan di tempatnya
Setelah sampai kamar, Shinta membantu Evan melepaskan pakaian Evan, dari dasi, jas, kemeja, sabuk dan celana kerja Evan hingga tinggal menyisakan boxer dan kaos dalam putih yang menempel di tubuh evan.
Sekarang Shinta sudah mulai terbiasa dengan tubuh Evan dan itulah rutinitas Shinta saat ini setelah suaminya pulang bekerja. Tidak ada penolakan dari Evan, karna ia pikir saat ini Shinta sedang melakukan kewajibannya melayani suaminya. itulah yang dipikirkan Evan saat ini.
"Bersihkan dirimu dulu mas, aku akan membuatkan teh manis untukmu" ucap Shinta lalu membawa baju kotor ke ruangan cuci dan menuju dapur untuk membuatkan teh manis untuk suaminya.
Setelah selesai, Shinta membawa teh tersebut ke dalam kamar. Sambil menunggu suaminya selesai mandi, Shinta segera menyiapkan pakaian untuk di pakai suaminya.
Setelah merasa telah selesai dengan urusan suaminya, Shinta menuju dapur untuk memanaskan masakannya untuk makan malam karena waktu sudah menunjukkan untuk makan malam.
Setelah selesai memanaskan masakannya dan menghidangkan menu makan malam di atas meja, Shinta segera memanggil mertuanya di kamar dan beralih memanggil suaminya yang masih di kamar.
"Mas ayo turun makan malam" ucap Shinta
"iya" ucap Evan lalu beranjak dari duduknya
Sesampainya meja makan,,
"Wah ini makanan kesukaan papah" ucap Fernando melihat rendang di meja makan
"Iya pah, ini juga ada makanan kesukaan mamah dan itu juga ada makanan kesukaan Evan" ucap Silvi senang
"Ini kamu yang sengaja masak semua ini sayang?" tanya Silvi kepada Shinta
"Iya mah, tadi Shinta tanya makanan kesukaan mamah, papah dan mas Evan sama bi Sri. terus Shinta coba masakin" ucap shinta sambil menaruh nasi di piring Evan
Silvi dan fernando nampak antusias untuk merasakan masakan menantunya itu. Sedangkan Evan terlihat biasa saja dan Shinta segera mengambilkan ayam suir pedas manis ke piring suaminya.
Merekapun mulai memakan makanan mereka.
"Ini sangaat enak sayang, cobalah pah" ucap Silvi dengan muka senangnya
"Iya mah, rendangnya juga enak. bumbunya pas di lidah papah" ucap Fernando menimpali
Shinta sangat senang karena kedua mertuanya menyukai hasil masakannya. Sedangkan Evan ia hanya menampilkan ekspresi sedikit terkejut lalu merubah ekspresi mukanya lagi menjadi datar
"kenapa enak banget ini masakan dia bahkan lebih enak dari masakan restoran favoritku" batin Evan kagum dengan hasil masakan Shinta
"Bagaimana Van rasa masakan istrimu" tanya Silvi kepada Evan yang dari tadi hanya diam saja
Shinta pun menoleh suaminya dan menatapnya menunggu jawaban dari suaminya itu
"hmm,, lumayan" ucap Evan datar sambil terus mengunyah makanannya
Jawaban itu tidak membuat Shinta senang namun juga tidak membuat ia kecewa. Merekapun makan dengan nikmat karena yang tersaji adalah makanan kesukaan mereka
"Lihatlah Van, makananmu yang telah habis tak tersisa terlebih dulu" ucap Fernando melihat Evan yang makan begitu lahap sampai habis tak tersisa
"iya pah, dia sudah nambah berapa kali saja tadi. sepertinya kau begitu menyukai masakan istrimu Van" ucap Silvi menimpali
Evan yang sedang di bicarakan hanya diam saja, karena saat ini ia sedang sangat kekenyangan. Sedangkan Shinta, ia tersenyum melihat piring dan lauk kesukaan Evan sudah habis tanpa sisa.
Setelah selesai makan malam, Shinta dan Evan kembali ke kamarnya untuk beristirahat
"Besok malam bersiaplah dan ikut denganku ke acara makan malam bersama dengan teman pengusahaku di kediamannya" ucap Evan kepada Shinta yang baru keluar dari kamar mandi untuk menyikat gigi sebelum tidur
"baiklah mas" jawab Shinta
"Apakah ada sesuatu yang harus aku siapkan untuk besok malam?" imbuh Shinta bertanya
"Tidak ada yang perlu kau siapkan" jawab Evan
Shinta yang sangat begitu antusias untuk menunggu hari besok sampai ia tak bisa tidur nyenyak. Ia sangat begitu senang, karena sejak pertama mereka menikah, baru kali ini Evan mengajaknya keluar dan lebih lagi untuk acara makan malam dengan teman pengusahanya.
Malam ini ia bingung besok harus berpenampilan seperti apa, dan apa yang harus ia siapkan. Ia terus memikirkannya sampai ia tertidur.
Ke esokan harinya ketika evan sedang mandi, Shinta terlihat sedang memandangi lemarinya. Ia sedang memandangi lemari pakaiannya karena bingung dengan pakaian apa yang akan ia pakai nanti malam. Evan pun melihat kelakuan Shinta yang sedang berdiri dan menatap lemari bajunya
"kau kenapa?" tanya Evan yang keluar dari kamar mandi dan membuat Shinta terkejut
"mm tidak apa-apa mas" ucap Shinta lalu memberikan pakaian Evan yang telah ia siapkan tadi sebelum ia melamun. lalu Evan memakai pakaian yang di berikan Shinta
"Mas nanti malam kau mau pakai baju apa?" tanya Shinta kepada Evan sambil memakaikan dasi
"Kenapa?" tanya balik Evan sambil menundukkan kepalanya untuk melihat Shinta yang lebih pendek darinya
Shinta yang mendapatkan pertanyaan balik oleh suaminya pun mendongakkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Evan.
Namun bibirnya seakan membeku seketika saat wajah mereka saling bertemu dengan jarak yang hanya beberapa cm saja, bahkan hembusan nafas Evan sangat terasa mengenai wajah Shinta
Evan pun yang melihat wajah Shinta dengan begitu dekatnya pun membuat jantungnya seakan bergemuruh dan berdetak dengan begitu cepat
Sesaat mereka saling menatap. Hingga Shinta menyadarkan tatapan mereka
"Tidak" ucap Shinta sambil menolehkan kepalanya dan menghentikan aksi tatapan mereka. Dan membuat Evan yang juga segera memalingkan mukanya untuk menutupi ekspresi salah tingkahnya
"aku hanya bingung harus memakai pakaian seperti apa. Karena aku tidak pernah melakukan makan bersama dengan seorang pengusaha. Aku takut mencoreng nama baikmu" lanjut shinta sambil mengambil jas suaminya dan memakaikannya
"Pakailah pakaian seperti biasa namun terlihat sopan, lagi pula temanku mengundangku sebagai seorang teman, bukan sebagai seorang pengusaha" ucap Evan
"baiklah mas" ucap Shinta
"Jika kau membutuhkan sesuatu, beli lah kebutuhanmu dengan kartu yang aku berikan waktu itu, pakailah semaumu karna sekarang itu milikmu" ucap Evan kepada Shinta karena selama ia memberikan ATM kepada Shinta, belum pernah sekalipun ada notifikasi penggunaan ATM tersebut di ponselnya.
"Baik mas, akan aku gunakan sebaik mungkin" jawab Shinta
"Oh iya mas, apakah temanmu itu sudah menikah?" tanya Shinta sambil berjalan keluar untuk mengantarkan suaminya bekerja
"Sudah, dia juga sudah mempunyai anak" jawab Evan lalu berpamitan untuk berangkat kerja.
Ya, saat ini Evan sudah terbiasa dengan istrinya yang mencium punggung tangannya dan ia bahkan tanpa sadar sudah mulai berpamitan saat akan berangkat kerja
"Baiklah mas, hati-hati di jalan" jawab Shinta sambil mencium punggung tangan Evan dan melepaskan kepergian suaminya untuk berangkat kerja
Jangan lupa dukung author dengan cara like, komen, rate and vote ya.
Terimakasih untuk yang telah memberikan dukungan kepada author. Dan terimakasih atas kritik dan saran yang telah di berikan. Alhamdulillah sudah author perbaiki dan akan terus belajar untuk menjadi baik. Terimakasih😘