Siapa sangka Riana kembali bertemu dengan Brian, mantan suaminya, pria yang benyak menoreh kan luka pada pernikahan mereka terdahulu.
Rupanya semalam itu membuahkan hasil, dan kini demi status sang anak, mereka terpaksa kembali menikah, tentunya dengan banyak perjanjian dan kesepakatan.
Tanpa sepengetahuan Riana, Brian punya niat terselubung, setelah anak yang dia inginkan lahir.
Bagaimana reaksi kedua orang tua Riana, manakala mengetahui pernikahan Riana yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka setelah Riana mengetahui niat jahat Brian menikahinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
BAB 20.
Tiga orang itu, kini duduk di ruang tengah mengitari meja, Fabian sungguh sungguh hanya menjadi penengah, sama sekali tak ikut campur dalam perjanjian keduanya, sesungguhya Fabian pun tak menyukai ide gila Brian yang ingin membawa pergi bayi mereka setelah dilahirkan, sedikit banyak Fabian tahu, jika bayi yang baru saja dilahirkan memerlukan banyak asupan nutrisi dan sentuhan dari ibunya, sungguh kasihan jika nanti Brian memisahkan bayinya dari sang ibu, bukan tidak mungkin jika bayi kesulitan beradaptasi tanpa kehadiran sang ibu.
Fabian masih berharap Brian mau merubah keinginan dan niat bodohnya tersebut.
Riana membagikan tiga lembar kertas yang sudah berisi syarat yang ia inginkan selama mereka menjalani pernikahan.
Brian dan Fabian nampak serius membaca isi perjanjian tersebut, pada awalnya wajahnya terlihat biasa saja, namun lama kelamaan ia tak terima, bahkan marah melihat poin demi poin yang jelas jelas tidak sesuai dengan keinginannya.
BRAAAKK !!!!
Suara gebrakan meja menggema, Riana dan Fabian sampai di buat terkejut karenanya.
Sementara wajah Brian sudah merah padam, menahan amarah, jari tangannya terkepal kuat, hingga menampakkan sebagian otot dan dan tulang tulangnya.
“Berikan penjelasan padaku tentang semua poin yang kamu tulis.” tuntut Brian dengan suara pelan, namun nampak sekali menahan agar amarahnya tidak terlontar keluar begitu saja.
Pihak A adalah Brian Gustav Agusto.
Pihak B adalah Riana Richard William.
Pihak saksi adalah Fabian Alejandro.
Pernikahan dilakukan sah secara hukum namun bersifat rahasia.
Tinggal terpisah, termasuk tidak ada kontak fisik dalam bentuk apapun selama menikah.
Tidak ikut campur dalam urusan pribadi masing masing, termasuk jika pihak A atau pihak B menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Pernikahan berakhir setelah persalinan.
Hak asuh jatuh ke tangan pihak B.
Setelah bercerai, Pihak B sama sekali tidak menuntut tunjangan perceraian, ataupun tunjangan anak.
Pihak A, bisa bertemu anak satu minggu 3 kali.
Riana melipat kedua lengannya di dada, “Jelaskan padaku di mana kesalahannya? dilihat dari sisi manapun kamu menerima banyak keuntungan,”
Brian tertawa dingin, “Apa poin ke 7 kamu sebut keuntungan?”
“Dan poin ke 2, jelas jelas sebuah kerugian besar,”
Riana hanya menatap datar, “poin ke 2?” tanya nya.
“ya.” Jawab Brian. “Bukankah sudah pernah ku katakan, aku ingin bersama anakku, bahkan membiayai semua kebutuhannya bahkan sejak dalam kandungan.”
“Aku bisa menerima jika kamu ingin membiayai bayi ini sejak dalam kandungan, tapi maaf aku tak bisa berdekatan dengan.” Jawab Riana jujur.
“Hapus pasal ke 2, kita akan tinggal bersama, terserah dimanapun, di rumah lama kita, di apartemen ini, atau di mansion papa.” pungkas Brian, tanpa , memikirkan keinginan Riana.
“Jika kamu memutuskan hal ini sendiri, lalu apa gunanya kamu memintaku membuat surat perjanjian pernikahan seperti ini?” balas Riana, “sejak awal aku tidak menginginkan pernikahan, tapi kamu memaksakan karena ingin memberi status yang sah pada bayi ini.”
“Ya … dan itu benar,”
“Dan jika pernikahan demi status yang kamu inginkan, maka aku ingin tinggal terpisah, jika tidak setuju, mari kita balik kanan dan bubar jalan.” jawab Riana tegas.
Sudah cukup ia membiarkan Brian bersikap semena mena dahulu, kini Riana setidaknya ingin menyelamatkan dirinya terlebih dahulu, bahkan dengan statusnya yang sudah menjadi istri Brian.
Brian memejamkan kedua matanya, mengatur nafas perlahan, mencoba menjadi waras ketika mendengar pernyataan Riana yang blak blakan, memang Brian akui, dahulu ia selalu mengacuhkan keberadaan Riana, bahkan bersikap kasar, bahkan lebih memilih berselingkuh dengan wanita lain, ketimbang menerima perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orang tua mereka.
“Baiklah, kamu boleh tinggal di apartemen ini, tapi aku juga akan datang sesuka hatiku, pagi, siang, atau malam, terserah aku, bagaimana?”
“Tak masalah, tapi sebelum datang, kamu harus mengabariku.” imbuh Riana yang lama lama merasa risih karena Brian masuk ke apartemennya tanpa izin.
Brian mengangguk, “Fabian ubah poin nomor 2.” perintah Brian.
Fabian mengangguk kemudian membuat coretan di kertasnya.
“Fabian, tambahkan juga kalimatku, aku tidak suka si brengsek ini keluar masuk apartemenku sesuka hatinya.”
Brian hanya menunduk tanpa berani mengajukan protes kembali.
Dan Fabian hanya bisa menahan senyumnya, mendengar tuan mudanya hanya bisa mengiyakan keinginan mantan istrinya, Brian memang suka bersikap seenaknya, syukurlah nona Riana sudah mengantisipasi.
“Baiklah, poin 3, 4, 5, tak masalah … tapi poin 6 aku akan tetap ingin memberikan tunjangan untuk masa depan anakku, walaupun kamu tidak menginginkannya,”
“Bila perlu, aku akan menyiapkan rekening terpisah, atau kamu yang siapkan rekeningnya, aku tak peduli.”
Riana hanya menyimak perkataan Brian dengan seksama, “baiklah jika kamu memaksa, aku akan menyiapkan nomor rekening khusus.”
“Fabian, siapkan nomor rekening khusus untuk Riana dan anak ku.”
“Baik tuan.”
“Fabian siapkan untuk anak saja, itu akan terlihat seperti aku memperjual belikan anakku.” jawab Riana santai, bahkan tanpa uang dari Brian atau dari papa Richard sekalipun, ia sudah bisa hidup mewah dengan penghasilannya saat ini, jadi ia sama sekali tak membutuhkan uang dari Brian.
“Baik nona.” lagi lagi fabian hanya bisa menyetujui perintah, karen sekali lagi ia tak berhak.
“Poin ke 7, jika anak tinggal bersamamu, itu artinya kamu bebas bertemu dengannya sesuka hati, sedangkan kamu membatasi pertemuanku dengannya hanya 3 kali saja seminggu, apakah itu adil?”
“Lalu berapa kali yang kamu inginkan?” tanya Riana sengit, karena merasa pembagian waktu itu sudah sangat adil, karena hitungan hari dalam seminggu adalah tujuh hari, dan jika Brian masih merasa tidak adil, maka pada hari minggu mereka akan menghabiskan waktu bertiga, seperti keluarga bahagia lainnya.
“Kapanpun aku ingin.” Lagi lagi Brian bersikap seenaknya.
“What???” pekik Riana tak terima.
Jika sebelumnya Brian yang menggebrak meja, maka kali ini Riana yang menggebrak meja tak terima.
“Jika semua poin berisi semua tentang apa yang kamu inginkan, lalu apa gunanya ada perjanjian antara kamu dan aku, sudahlah lebih baik kita balik kanan bubar jalan, sia sia saja aku membuang waktu ku memikirkan poin poin perjanjian, Fabian, bawa tuan muda mu pulang, sia sia saja aku menghabiskan hari liburku untuk menemui dia.”
Riana bangkit hendak masuk kembali ke kamarnya, namun Brian lebih dulu menahannya, “Oke oke baiklah, kita sepakat, aku hanya akan menemui anakku 3 kali seminggu,” bohongnya, karena sama saja, jika saatnya tiba Brian lah yang akan membawa anaknya kabur, jadi untuk saat ini ia membiarkan Riana diatas angin.
Kesepakatan pun di mulai, setelah keduanya bersalaman, Brian membawa Riana membeli perhiasan untuk simbol pernikahan mereka, walau menikah dengan banyak kesepakatan, ia tak ingin di hantui oleh arwah penasaran papa Roger, karena Brian tak memberikan kepada Riana perhiasan yang layak untuk pernikahan kedua mereka, terlebih lagi, Riana adalah menantu kesayangan mendiang papa nya.