Kanayah memeluk lututnya serta mengigit lengannya. Gadis itu tengah menahan tangisnya. Terlihat sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis merah ia genggam dengan gemetaran. Kanayah hamil, dan lebih parahnya lagi benih dalam rahimnya itu adalah milik Jacob Garadha, putra sulung dari Keluarga Garadha yang saat ini telah memiliki tunangangan.
Kanayah menangisi dirinya yang begitu memiliki nasib mengenaskan. Hidup sebagai yatim piatu, dengan memiliki kelebihan wajah cantik bak dewi serta tubuh indah nyatanya tidak membuat hidup Kanayah beruntung. Karena kecantikannya itu Kanayah harus mengalami diskriminasi oleh warga desa dan difitnah sebagai penggoda hingga diusir dari desanya.
berharap di kota akan menemukan kebahagiaan namun nyatanya Kanayah justru harus merelakan harta wanitanya yang berharga di renggut paksa oleh Jacob Garadha.
Lalu akankah Jacob Garadha mau bertanggung jawab akan kehamilan Kanayah?
Dan bisakah hidup Kanayah berubah serta hidup bahagia? simak kisahnya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Duyung Indahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Saya terima nikah dan kawinnya Kanaya Adisti Binti Rahmat dengan mas kawin tersebut dibayar tunai. "
"Bagaimana para saksi? Sah? "
"SAH. "
Kata sah menggema di ruangan tersebut. Kini status Kanaya tidak lagi sendiri melainkan telah menjadi istri dari seorang pria bernama Jacob Garadha. Usai kalimat ijab kabul, semua orang yang hadir bersama-sama membaca doa.
"Sekarang mempelai wanita diperbolehkan bersalaman dan mencium tangan suaminya, "ujar penghulu itu.
Dengan gemetaran, Kanaya meraih tangan Jacob lalu menciumnya cukup lama. Sedangkan Jacob yang baru pertama kali merasakan perlakuan seperti itu menatap Kanaya dengan perasaan bercampur.
Pernikahan keduanya dilaksanakan secara sederhana, tidak ada pesta meriah hanya dihadiri oleh keluarga masing-masing mempelai.
Kini Jacob dan Kanaya yang baru saja memiliki status baru sebagai pasangan suami istri itu telah berada di kamar Jacob. Niatan awal Jacob ingin tinggal di apartemen namun karena Nyonya Celline yang terus memaksanya dan mengatakan demi kebaikan kandungan Kanaya maka mau tidak mau ia menuruti permintaan orangtuanya itu.
Dan kini disinilah keduanya berada. Di kamar seorang Jacob Garadha. dengan perasaan canggung di hati masing-masing. Kanaya yang duduk di atas kasur hanya diam menundukkan kepalanya, sedangkan Jacob juga duduk di atas kasur hanya berada di sisi lain sehingha keduanya saling memunggungi.
Hampir tiga puluh menit lamanya namun suasana di kamar itu masih saja hening. Dua orang asing yang tidak pernah dekat sebelumnya kini berada dalam satu kamar dengan. Baik Jacob maupun Kanaya sama-sam tidak tahu harus memulai percakapan diantara keduanya. Sampai akhirnya Kanaya memberanikan diri untuk memulai percakapan diantara keduanya.
"Mas, "panggil Kanaya pelan.
Mendapat panggilan baru ditelinganya, sontak saja membuat Jacob menoleh pada Kanaya lalu menunjuk dirinya.
"Kamu memanggilku? "tanya Jacob memastikan.
"Maaf, jika Anda merasa tidak nyaman maka Saya tidak akan menggunakan panggilan tersebut. "
"Tidak tidak, Kamu bisa menggunakan panggilan itu, coba ulangi lagi. "
Entah mengapa saat Jacob memintanya mengulangi panggilan tersebut membuat Kanaya merasa malu, berbeda di awal karena dia berinisiatif sendiri.
"Kenapa diam hem, coba ulangi panggilan itu lagi, "pinta Jacob sekali lagi.
Dengan perasaan malu, Kanaya memanggil Jacob dengan panggilan tersebut.
"M-mas."
Jacob tersenyum sangat tipis bahkan siapapun tidak akan menyadari jika pria itu tersenyum.
"Kamu mau mandi lah dulu, biar Aku setelahnya,"ujar Jacob.
"Tidak mas, Saya mandi di kamar mandi belakang saja. supaya bisa sekalian pinjam baju sama Indri mas, "ucap Kanaya.
Kanaya memang belum membawa bajunya karena rencana awal mereka akan ke apartemen sehingga baju-baju wanita itu masih di kontrakan kecilnya. Rencananya besok baru akan dibawa sekalian kepindahana Nenek Risma ke rumah yang telah di belikan oleh Jacob untuk wanita itu. Di rumah tersebut Nenek Risma akan ditemani oleh beberapa pelayan.
"Indri? "
Jacob yang memang tidak tahu nama-nama pelayan kediaman Garadha tentu tidak mengenal dengan sosok Indri.
"Ah itu mas, Indri itu salah satu pelayan disini. Dia sahabat Saya Mas, "jelas Kanaya.
"Tidak perlu. Mandilah disini untuk pakaian Saya rasa Mama pasti sudah menyiapkannya di lemari biar nanti pelayan yang akan menyiapkannya. Aku mau menemui Papa lebih dulu, "ujar Jacob.
"Baik Mas. "
Jacob dan Kanaya sama-sama berdiri dengan tujuang masing-masing. Jacob yang akan keluar untuk menemui Tuan Garadha sedangkan Kanaya berdiri untuk mandi. Sebelum keluar Jacob berbalik dan berkata.
"Setelah mandi, istirahatlah di kasur itu."
Kanaya yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya patuh.
***
TBC