Apa jadinya jika seorang gadis kabur dari perjodohan orang tuanya dan berencana terlibat dalam permainan pernikahan gila dengan sahabatnya, tapi malah salah sasaran dan berakhir menikahi Paman dari sahabatnya.
"Kau sudah sah menjadi istriku, mulai sekarang bagaimanapun aku memperlakukanmu itu adalah hak-ku!" ujar Max Xavier, lalu memaksakan miliknya masuk ke dalam milik istrinya.
Lyra mulai menyesali ide gila dari sahabatnya, tapi sudah terlambat. Kini dirinya harus melayani nafsu gila dari suami salah sasarannya.
Akankah pernikahan itu bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebencian Max.
Seorang anak lelaki kecil sedang berjalan arogan masuk ke dalam sebuah Perusahaan bersama sang Ibu. Wanita cantik nan Elegan itu juga berjalan arogan seperti putranya, para pegawai Perusahaan menunduk memberi hormat ketika mereka berdua lewat.
"Mom, aku ingin ke buang air kecil." Ucap sang anak.
"Pergilah, kamu tau dimana letak toilet, kan? Kevliano hati - hati!" ucap sang Ibu.
Setelah melihat putranya pergi, Gabriela melanjutkan langkahya masuk ke dalam lift menuju ruangan kantor Max. Ia akan mengajak Max makan malam bersama putra mereka di sebuah Restoran yang sedang famous.
Tak lama pintu lift terbuka, Gabriela menghentakan high heelsnya dengan keras membuat suara benturan nyaring karena beradu dengan lantai. Ia hanya melirik sekertaris Max sekilas, lalu ia membuka pintu ruangan kantor Max tanpa mengetuk pintu lebih dulu.
"Max."
Max sedang memeriksa sebuah dokumen, saat mendengar suara yang dikenalinya seketika ia mengangkat wajahnya.
"Untuk apa kau kesini? Aku juga sudah pernah bilang ketuk pintu lebih dulu sebelum masuk!" setelah mengatakannya Max bergulat kembali dengan dokumen yang sedang diperiksanya.
Gabriela tak mengambil hati bentakan dari Max, dia sudah terbiasa dengan perilaku Max padanya selama 8 tahun ini.
"Max, Kevliano ingin makan di Restoran yang baru saja buka dan terkenal itu. Berikan sedikit waktumu untuk anak kita," bujuk Gabriela.
"Pergi saja kalian berdua atau ajak Ibuku, bukankah kau adalah kesayangan Ibuku!" tolak Max.
"Max! Sekali saja kau perhatian pada anakmu! Bukankah selama 8 tahun ini aku tak pernah menyentuhmu sesuai kemauanmu, bahkan kau belum menikahiku setelah bercerai dengan wanita busuk itu!" teriak Gabriela.
Brak!
Max menatap tajam penuh emosi ke arah Gabriela, tangannya mengerat di atas meja menahan dirinya agar tidak memukul Gabriela.
"Gabriela, aku masih bisa menahan amarahku meskipun kamu sudah menghina wanita yang kucintai. Jadi, pergilah sebelum aku melakukan sesuatu pada Kevliano putra yang kau banggakan itu!"
Gabriela mundur ke belakang, ia ketakutan melihat sorot kebencian dari mata Max padanya.
"Baiklah, aku akan pergi." Gabriela membalikan tubuhnya untuk keluar, saat ia akan membuka pintu suara Max kembali terdengar dari belakangnya.
"Satu lagi yang harus kau ingat! Jika bukan karena aku masih percaya pada janji Ibuku yang bilang padaku jika Ibuku itu tau dimana keberadaan Lyra. Aku tidak akan pernah menerimamu dan putramu di rumah! Cam, kan itu!" Ucap Max.
Gabriela mengepalkan kedua tangannya, jika saja bukan karena ia mencintai Max dan juga keberadaan putra mereka yang butuh seorang Ayah ia juga tidak sudi terus - menerus ditolak oleh pria yang tak berperasaan itu.
***
Vinnie menciumi wajah kedua cucunya, sudah 3 bulan ia tak menemui Lyra dan kedua anaknya. Selama 8 tahun ini ia lah yang selalu pergi ke LN untuk menemui Lyra tapi putrinya itu tak pernah satu kalipun ingin pulang ke tanah air nya. Ia juga memaklumi jika Lyra tidak ingin pulang, mungkin karena putrinya itu tak ingin mendengar kabar apapun tentang mantan suaminya. Ketika ia datang menemui Lyra pun, ia tak pernah bercerita tentang Max lagi, ia membiarkan putri dan kedua cucunya itu hidup dengan tenang.
"Udah Nek, wajah Archie basah!" gerutu cucu lelakinya.
"Nenek jadi sedih, cucu Nenek gak kangen sama Nenek," balas Vinnie dengan wajah memelas.
"Sini, Nek. Cium aku aja, Ainsley kangen berat sama Nenek, xixixi..." cucu perempuannya cekikikan.
Lyra tertawa melihat kelakuan kedua anaknya, ia lalu memeluk sayang Ibunya.