Jika biasanya wanita dijodohkan dengan pria kaya, lain halnya dengan Elizabeth. Elizabeth justru dijodohkan dengan pria miskin yang tak memiliki apa-apa. Bahkan, untuk rumahku pria miskin itu tidak punya. Hal itu, membuat Elizabeth merasa sangat malang dengan hidupnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah Elizabeth akan tetap meneruskan hubungan suami istri tersebut? Ataukah Elizabeth memutuskan untuk bercerai dari Alexander?
Yuk simak karya ini!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
Rose sudah pulang ke rumahnya dan waktunya bagi Elizabeth bermanja-manja dengan suaminya sebelum pergi bekerja.
“Alexander!” teriak Elizabeth terkejut karena suaminya tiba-tiba saja menggendongnya.
“I Miss You,” ucap Alexander dan perlahan menciumi leher Elizabeth.
Elizabeth menggeliat dengan dibarengi suara desah*n yanga keluar dari mulutnya.
“Alexander, kamu nakal,” tutur Elizabeth dengan suara yang begitu menggairahkan.
“Ya, aku nakal karena dirimu,” sahut Alexander yang sangat senang menggoda Elizabeth.
Ketika mereka sedang asik bercumbu, sebuah ketukan pintu membuat keduanya terpaksa menghentikan keintim*n itu.
“Biar aku saja,” ucap Elizabeth menghentikan suaminya yang ingin menuju pintu.
Elizabeth bergegas membuka pintu rumahnya dan ternyata yang datang adalah Jennie.
“Sorry,” tutur Jennie seraya tersenyum lebar.
“Kamu tumben datang sepagi ini? Ada apa?” tanya Elizabeth sembari mempersilakan Jennie untuk masuk.
Melihat Jennie datang, Alexander sebenarnya cukup kesal. Akan tetapi, Alexander tidak ingin hanya karena masalah sepele ia marah kepada Jennie.
“Sayang, aku pergi bekerja,” ucap Alexander.
“Sekarang juga?” tanya Elizabeth sembari berjalan mendekat.
“Sepertinya Jennie ingin berbicara serius,” bisik Alexander.
Sebelum pergi, mereka berdua berciuman terlebih dahulu. Jennie sama sekali tak terganggu, pemandangan seperti itu sudah sangat umum di negara mereka.
“Aku pergi, Bye!”
“Be, take care!” seru Elizabeth seraya tersenyum lebar.
Setelah suaminya tak terlihat lagi, Elizabeth bergegas duduk di samping Jennie untuk mengetahui alasan Jennie datang ke rumah.
“What happen?” tanya Elizabeth penasaran.
“Aku hanya ingin datang kemari dan memastikan bahwa Rose semalam menginap di sini?” tanya Jennie penasaran.
“Ya, Rose tidur di sini. Apa Rose tidak memberitahumu?” tanya Elizabeth.
“Ponselnya mati dan aku tidak bisa menghubunginya. Tadi pagi aku datang ke rumahnya dan dia tidak pulang,” terang Jennie khawatir.
“Kamu yang tenang, Rose mungkin sudah pulang ke rumahnya,” balas Elizabeth dan memberikan secangkir kopi miliknya yang belum sempat ia minum.
Jennie meneguk kopi tersebut dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
“Karena Rose benar tidur di sini dan dia sudah pulang, maka waktunya aku pergi,” ujar Jennie.
“Bolehkah aku menumpang di mobilmu?” tanya Elizabeth yang sebelumnya melihat mobil Jennie terparkir di depan rumah.
“Off course, lagipula kita satu arah,” sahut Jennie.
****
Malam hari.
Alexander sudah mengirim beberapa bawahannya untuk mencari pria bernama Bastian dan meminta mereka untuk membawa Bastian ke hadapannya.
Alexander bahkan berpesan untuk tidak bermain kasar kepada Bastian, sebelum mendengarkan keputusan Bastian terhadap Rose dan bayi yang di kandung Rose.
“Tuan Alexander, ini pria yang Anda cari,” ujar Gabriel seraya mendorong Bastian tepat di hadapan Alexander.
Bastian yang saat itu dalam kondisi terikat, hanya bisa memohon ampun kepada Alexander. Bastian kenal betul siapa Alexander di dunia mafia dan Bastian sama sekali tidak tahu kesalahannya, karena selama ini dirinya tidak pernah menyinggung Alexander.
“Tuan Alexander, saya mohon ampun. Tolong lepaskanlah saya,” ucap Bastian memohon belas kasih Alexander.
Alexander berjalan mendekati Bastian dan seketika itu Bastian menutup mulutnya dengan berurai air mata. Bastian sungguh ketakutan dan berharap dirinya tidak mati di tangan Alexander.
“Kamu tahu apa kesalahan mu dan membuatku memanggil mu kemari?” tanya Alexander seraya menarik rambut Bastian dengan kuat.
“Saya tidak pernah menyinggung Tuan Alexander, tolong beritahu kesalahan apa yang telah membuat Anda marah,” tutur Bastian dengan suara gemetar penuh ketakutan.
“Apakah kamu mengenal Rose?” tanya Alexander dengan tatapan tajam seakan-akan ingin membunuh Bastian saat itu juga.
“Tidak, Tuan Alexander,” jawab Bastian.
“Aku paling tidak suka dibohongi, terlebih lagi oleh sampah seperti mu,” tegas Alexander.
Bastian menyatukan kedua tangannya seraya memohon ampun. Karena mengira bahwa Rose adalah wanita Alexander.
“Tolong maafkan saya, Tuan. Saya berjanji tidak akan menemui Rose lagi,” ucap Bastian dengan terus memohon ampun.
“Bukankah Rose sedang mengandung, apakah kamu tidak ingin bertanggungjawab atas apa yang telah kamu perbuat? Rose adalah sahabat istriku dan siapapun yang bermain-main dengan sahabat istriku, akan berurusan langsung dengan ku,” tegas Alexander.
Bastian syok mendengarnya dan berjanji akan bertanggung jawab kepada Rose serta bayi yang dikandung Rose.
“Baik, Tuan Alexander. Saya akan bertanggungjawab.”
“Dengan cara apa kamu bertanggungjawab?” tanya Alexander yang sudah mengeluarkan pistolnya dan bersiap-bersiap menebak kepala Bastian jika jawaban Bastian tidak memuaskan.
“Sa... saya akan menikahinya dan tidak akan menceraikannya,” ucap Bastian terbata-bata.
“Benarkah? Lalu, apa konsekuensinya jika kamu selingkuh?” tanya Alexander.
Bastian terdiam mendengar pertanyaan Alexander, bagi playboy seperti dirinya tentu saja sangat sulit untuk tidak bermain dengan wanita lain.
Dorrrr!!!!!! Alexander menebak bahu Bastian karena terlalu lama berpikir.
Bastian tentu saja berteriak kesakitan karena tembakan Alexander yang datang dengan tiba-tiba.
Bastian yang kesakitan dengan pakaian berlumuran darah, meminta ampun dan berjanji tidak akan selingkuh.
“Jika kedepannya aku mendengar kamu berselingkuh, siap-siap saja nyawa mu yang akan menjadi taruhannya. Aku tidak main-main dan jangan pernah melupakan kejadian ini,” tegas Alexander dan melenggang pergi dengan menghisap rokok miliknya.
Gabriel mendekat pada Bastian dan meminta Bastian untuk merahasiakan identitas Alexander serta pertemuan mereka. Jika sampai Bastian membocorkan nya, Gabriel akan memotong lidah Bastian sehingga Bastian tidak akan bisa bicara untuk selamanya.
Kemudian, Gabriel melemparkan uang ke wajah Bastian sebagai uang ganti rugi untuk pengobatan Bastian.
Bastian hanya bisa mengikuti apa yang Alexander katakan dan pesan Gabriel. Baginya, nyawa lebih penting daripada segalanya.
***
Elizabeth telah tiba di rumah 2 jam yang lalu dan Sang suami belum juga kembali. Hal itu membuat Elizabeth khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu pada suaminya.
“Di mana kamu, sayang. Kenapa jam segini belum juga kembali,” gumam Elizabeth dengan terus memperhatikan arah pintu.
Tak berselang lama, Alexander pulang. Elizabeth berlari secepat mungkin untuk bisa memeluk suaminya.
“Alexander, kamu kemana saja? Aku sangat mengkhawatirkan mu,” ujar Elizabeth.
“Pekerjaan ku hari ini sangat banyak, Elizabeth. Maaf telah membuat mu khawatir,” balas Alexander.
Elizabeth mengendus-endus leher serta ketiak suaminya yang sama sekali tidak tercium bau keringat, apalagi bau dari bahan-bahan roti.
“Kamu yakin hari ini pergi bekerja? Kenapa tubuhmu tidak tercium bau keringat dan juga bau roti?” tanya Elizabeth.
“Sayang, sebelum pulang aku mandi dan ganti pakaian. Apa kamu lupa sebelumnya pakaian ku bukan yang ini? Di sana aku memiliki beberapa pakaian ganti,” jawab Alexander setenang mungkin agar Elizabeth tidak curiga.
“Benarkah begitu?” tanya Elizabeth memastikan.
Alexander mengiyakan dan tiba-tiba saja perut Alexander berbunyi.
Elizabeth tertawa dan mengajak suaminya untuk makan malam.
Alexander bernafas lega, ia bersyukur karena cacing diperut nya membantu dirinya.
Hampir saja. (Batin Alexander)
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤