NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:486.6k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sidang Pertama

Hari berganti minggu, hari ini hari Senin, cuaca begitu cerah. Tidak terasa hari ini sidang pertama gugatan cerai Hanifa terhadap Setya di laksanakan. Hanifa berdiri di depan cermin di dalam kamarnya. Ia menatap penampilan nya dengan senyum mengembang. Ia memakai gamis bewarna milo dan jilbab senada. Gamis model kekinian dan jilbab segiempat yang bermotif. Hanifa memutar tubuhnya sekilas di depan cermin. Ia terlihat sangat cantik, makeup tipis semakin menambah kesan kecantikan nya. Setelah itu Hanifa berjalan menuju lemari tas. Ia memilih salah satu tas yang di rasanya serasi sama pakaian yang dikenakan nya.

"Ahaa ... Yang ini saja.'' gumam Hanifa riang seraya mengambil tas branded berukuran sebesar handphone bewarna milo. Tas yang di beli oleh Abdillah beberapa hari yang lalu. Abdillah sungguh Kakak yang baik hati. Ia mencukupi segala kebutuhan Hanifa dan Arif dengan pakaian bermerek begitupun barang yang lainnya. Hanifa sangat bersyukur memiliki Kakak kandung seperti Abdillah.

Saat Hanifa hendak keluar kamar, tiba-tiba saja Arif menghampiri nya.

''Bunda mau kemana? Bunda cantik sekali.'' ucap Arif seraya menatap lekat kearah sang Bunda. Arif yang masih kecil saja terpesona sama penampilan dan kecantikan Hanifa. Karena pada hari biasanya Hanifa selalu berpakaian apa adanya, dan wajah nya pun tidak pernah ia poles dengan makeup. Hari-hari ia selalu menggunakan bedak may baby untuk membaluti wajah polosnya.

''Bunda mau ketemu sama teman Bunda dengan di temani Paman. Arif tetap sekolah seperti biasanya, ya. Hari ini Bibik Marwah yang akan menemani kamu Sayang.'' ucap Hanifa ketika tubuhnya dan Arif sudah sejajar. Hanifa mengelus pucuk kepala sang putra dengan lembut. Arif nampak sangat tampan dengan seragam sekolah yang membaluti tubuhnya. Marwah adalah nama istri Pak Agus.

''Arif pengen ikut Bunda.'' ucap Arif sedikit merengek. Sebagaimana rengekan kebanyakan anak di usia nya.

''Nggak boleh Sayang. Kamu harus tetap sekolah supaya suatu hari nanti kamu jadi orang sukses, dan bisa bahagia'in Bunda. Bukankah itu yang selalu Arif bilang.'' Hanifa berkata selembut mungkin, ia mencoba membujuk Arif.

''Tapi ...'' ucapan Arif menggantung. Karena Hanifa menutup sedikit ujung bibir Arif dengan jarinya.

''Sstttt ...''

''Em ... Begini saja, bagaimana kalau sore nanti saja Bunda dan Paman ajak kamu jalan. Kita jalan-jalan ke Mall dan ketaman bermain.'' seru Hanifa lagi dengan senyum mengembang.

''Oke. Baiklah Bunda.'' jawab Arif akhirnya luluh juga. Arif juga ikut tersenyum. Lalu ia mengecup pipi sang Bunda. ''Muaaaccchh ... Aku sayang banget sama Bunda.'' ujar Arif. Hanifa semakin melebarkan senyumnya. Ia merasa sangat bersyukur sama kehidupannya yang sekarang. Perlahan kehidupannya mulai membaik. Tidak ada lagi orang yang membuat ia dan Putranya bersedih.

''Anak pintar.'' ucap Hanifa. Hanifa lalu mengecup bagian wajah sang putra berulangkali. Hingga Arif sedikit protes.

''Sudah Bunda. Nanti lipstik Bunda nempel di pipi aku. Aku bisa malu sama teman-teman aku!'' racau Arif berusaha menghindar agar Hanifa tak menciumi nya lagi. Tawa Hanifa pecah, setelah itu Hanifa menggendong tubuh Arif menuju lantai bawah. Di ruang keluarga, nampak Abdillah telah menunggu nya. Sedangkan Ameena juga telah menunggu Hanifa di kantor pengadilan. Setelah itu mereka berangkat.

***

Di tempat berbeda, sebuah keluarga yang berjumlah lima orang turun dari mobil Pajero. Arumi menggandeng tangan sang suami dengan erat. Mereka sudah sampai di kantor pengadilan agama lebih dulu. Bagaimana tidak, Arumi begitu antusias saat ia tahu Hanifa telah menggugat Setya. Ia berpikir, ia tak perlu repot-repot mengeluarkan banyak biaya, untuk mengurus surat cerai sang suami. Cukup Hanifa saja yang menanggung semuanya. Pikirnya. Arumi sudah tidak sabar lagi ingin memiliki Setya seutuhnya.

Berbanding terbalik dengan Arumi yang ceria. Wajah Setya dari mulai berangkat tadi nampak sangat murung. Ia begitu tak bersemangat untuk menjalani sidang pertama. Perasaan tak rela kehilangan Hanifa masih menggelayut hatinya. Bagaimanapun kenangan masa lalu bersama Hanifa masih sulit untuk ia lupakan.

Di samping Arumi dan Setya, kedua orang tua Setya dan Adiknya juga tengah berjalan memasuki ruang pengadilan. Keluarga Setya baru sampai Jakarta tadi malam. Ibu Setya dan Adiknya sama semangatnya seperti Arumi. Tapi, Ayah Setya juga terlihat begitu lesu. Pria paruh baya itu ingin sekali bertemu dengan Hanifa dan cucunya Arif. Ia merasa sangat rindu sama mereka. Tapi, ia belum punya kesempatan untuk menanyakan keberadaan Hanifa dan Arif kepada Setya karena Arumi yang terus menempel pada Setya sedari semalam. Arumi sama sekali tidak merasa sungkan memamerkan keromantisannya kepada sang mertua. Membuat Ayah Setya tak suka sama sosok Arumi.

''Hah, belum datang rupanya.'' ujar Arumi tersenyum sinis ketika ia telah duduk di bangku di dalam ruang pengadilan agama. Ia tidak melihat wajah Hanifa. Hanya seorang wanita berjilbab pasmina saja yang ia lihat. Di depan wanita itu terdapat tulisan ukiran di kayu, tulisan yang menandakan kalau ia seorang pengacara. Orang itu adalah Ameena.

''Iya. Mana itu si Hanifa. Padahal Ibu sudah tidak sabar lagi ingin melihat wajahnya yang menyedihkan. Sok-sokan mau menggugat Setya. Kayak punya banyak duit aja. Apakah Hanifa datang kesini akan menggunakan kostum badut bewarna pinknya itu? Hahahaa lucu sekali.'' timpal Ibunya Setya seraya menghina Hanifa. Ia memang belum tahu apa-apa tentang kehidupan Hanifa yang sekarang. Arumi dan Ibunya Setya memang begitu cocok. Mereka sama-sama memiliki hati yang tak baik. Ameena yang duduk di kursi lain hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Arumi dan Ibunya Setya.

''Iya, Bu. Pasti nanti saat ia sudah datang, ia memasang wajah menyedihkan penuh drama. Dengan kostum badutnya yang itu. Aku juga tidak sabar lagi ingin melihat nya. Dasar wanita miskin sok kaya. Belagu banget dia pakai acara menggugat Mas Setya dan menyewa seorang pengacara. Setelah ini ia dan Kakaknya pasti akan menjual rumah mereka karena kehabisan uang. Hahaha ...'' sahut Arumi lagi dengan begitu angkuh. Arumi memang belum tahu apa pekerjaan Abdillah sebenarnya. Setya dan Ayah nya yang duduk tidak jauh dari dua wanita itu hanya mampu menggeleng kepala. Sedangkan Adiknya Setya yang bernama Hellen dari tadi hanya tertawa kecil mendengar ucapan Ibu nya dan Arumi.

Tidak berapa lama setelah itu, ruang sidang sudah mulai di penuhi oleh Hakim dan beberapa saksi.

***

Hanifa dan Abdillah turun dari mobil Lamborghini, di belakang mobil mereka terdapat mobil Malik. Mereka tadi saling beriringan menuju Pengadilan. Malik juga menyempatkan dirinya untuk hadir, karena rasa kesetiakawanan terhadap Abdillah. Abdillah bukan hanya saja Asisten baginya, tapi ia sudah menganggap Abdillah seperti keluarga dan teman dekatnya.

''Terimakasih sudah menyempatkan hadir untuk menyaksikan sidang pertama proses perceraian Hanifa, Tuan.'' ucap Abdillah. Mereka bertiga berjalan beriringan memasuki ruang sidang. Dengan Hanifa berada di tengah-tengah. Hanifa sangat beruntung karena bisa di dampingi oleh dua pria tampan yang begitu cool.

''Tidak perlu berterimakasih kasih, Abdillah. Aku merasa senang bisa menemani kalian kesini.'' balas Malik. Malik melihat sekilas ke arah Hanifa yang dari tadi hanya diam. Hanifa nampak sangat anggun di matanya.

Saat sudah sampai di dalam ruang sidang, keluarga Setya melihat kehadiran Hanifa di ruang sidang dengan mata sedikit melotot dan mulut menganga. Apalagi Setya, Setya tidak bisa beralih menatap wajah Hanifa. Hanifa terlihat begitu cantik dan elegan hari ini.

''Wihhh keren sekali,'' gumam Hellen lirih. Hellen terpesona melihat ketampanan Malik. Arumi pun sama, Arumi melihat Hanifa, lalu beralih kepada Malik dan Abdillah. Ia merasa dua pria yang mendampingi Hanifa lebih tampan dari Setya. Ia merasa sedikit iri.

Ibunya Setya pun sama, ia merasa pangling melihat Hanifa yang nampak begitu cantik, kecantikan Hanifa sudah melebihi artis ibukota yang suka oplas. Ternyata dugaannya meleset jauh, ia merasa kesal melihat itu. Seketika semangat nya untuk menghina Hanifa menguap begitu saja.

Sedangkan Ayahnya Setya tersenyum penuh arti melihat Hanifa dan Abdillah. Ia merasa sangat rindu sama dua bersaudara tersebut. Rasanya ia ingin memeluk Abdillah dan Hanifa, melepaskan rindu yang telah lama tertahan.

Hanifa duduk di sebuah kursi yang paling depan yang telah disiapkan. Sedangkan Abdillah dan Malik duduk di belakangnya.

Tidak bisa di pungkiri, Hanifa tiba-tiba saja merasa grogi. Apalagi saat ia menatap Setya dan mertua nya. Bayang-bayang masalalu memenuhi ingatannya lagi. Orang yang ia rasa sangat dekat dengan dirinya dahulu, kini, akan segera menjadi kenangan karena suatu pengkhianatan.

Setelah itu sidang perdana di mulai. Sidang berjalan cukup lancar. Tidak ada yang protes dan menolak. Kedua belah pihak yang bersangkutan sama-sama setuju. Setya hanya mampu mengangguk dan mengatakan iya, iya, saja saat di tanya oleh Hakim. Kalau ia protes dan menolak gugatan cerai. Sudah pasti Ibunya dan Arumi akan murka. Hak asuh terhadap Arif pun tidak luput dari topik pembicaraan, dengan mudahnya pihak laki-laki menyerahkan hak asuh Arif kepada Hanifa sepenuhnya. Tanpa pikir panjang. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Hanifa pun tidak meminta Setya menafkahi sang putra. Karena ia yakin, kalau ia meminta nafkah Arif kepada Setya, sudah pasti Setya tidak akan mau dan membuat proses perceraian semakin lama. Hanifa tidak ingin itu terjadi. Rasanya, hari itu juga Hanifa ingin terbebas dari Setya. Tapi tidak bisa, masih ada sidang kedua lagi, yang akan memutuskan semuanya. Mediasi pun di sarankan oleh para hakim. Tapi dengan tegas Hanifa menolak. Semua percuma baginya. Tidak ada yang perlu ia bicarakan lagi dengan Setya.

Setelah itu sidang selesai. Besok, dua Minggu yang akan datang, sidang kedua akan dilaksanakan. Dan Hanifa sudah tidak sabar menunggu hari itu datang. Ia ingin mendengar Setya mengucapkan kata talak terhadap dirinya.

Mereka keluar dari ruang sidang dengan beiringan. Hanifa berjalan beriringan dengan Ameena, Malik dan Abdillah. Begitu sudah tiba di parkiran.

''Hanifa, Abdillah ...'' panggil Ayahnya Setya sedikit berteriak. Hanifa dan Andillah seketika mengalihkan tubuhnya ke arah sumber suara. Mereka menoleh kebelakang.

''Ayah,'' jawab Hanifa lembut. Tidak bisa di pungkiri, Hanifa juga merasa rindu sama pria paruh baya itu. Karena selama ini Ayah mertuanya itu memang sangat baik terhadap dirinya. Abdillah pun sama, Abdillah tersenyum simpul melihat Ayahnya Setya.

''Maaf, maafkan Setya, Nak.'' Ayahnya Setya berjalan cepat kearah Hanifa. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya, mata tuanya nampak berkaca-kaca, ketika sudah sampai di depan Hanifa.

''Udah, nggak apa-apa Ayah.'' jawab Hanifa lembut.

''Di mana Arif? Ayah ingin sekali bertemu dengan cucu Ayah.''

''Arif lagi sekolah Ayah. Ayah gi mana kabarnya?'' tanya Hanifa seramah mungkin.

Arumi, Ibunya Setya, Hellen, dan Setya melihat dengan tatapan tak suka. Apalagi Setya, entah mengapa ia merasa cemburu melihat Hanifa berada dekat dengan seorang pria tampan. Iya, dari tadi Malik selalu berada di sebelah Hanifa dengan tetap menjaga jarak. Setya bisa melihat ada tatapan suka yang Malik tunjukkan untuk Hanifa.

Bersambung.

Like, komen dan subscribe. Kalau ramai aku update lagi bab selanjutnya nanti sore. Kalau sepi aku lanjut besok saja.

1
Herma Wati
begitu cepatnya hasil DNA keluar?/Sob//Sob/
Sutiani Sutiani
kecewa
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
wooaàlllahhhh arif kok sembarangn ngikut2 org 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaahhhh, pengulangn lg 😫😫😫😫😫😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!